Masa Kuliah

1 1 0
                                    

Baru saja sepeda motor itu berhenti di depan halaman rumah. Belum sampai aku turun dari kendaraan, aku di sambut dengan manisnya "Madia!" Seruan ibu dari dalam rumah ketika mendengar suara motorku, "Belikan ibu pisang buat bikin kue arisan lusa, cepetan!" Ini sudah pukul 17.24 sore, tidak kah ibu mengerti jika anaknya lelah sepulang kuliah, setidaknya menawarkan makan terlebih dahulu sebelum di minta untuk ke pasar?
Nyeri, selalu begitu. Apa memang tidak ada yang menyayangiku, walaupun itu orang tua ku sendiri?
"Apa aku tidak bisa dikasih makan dulu ibu!", lirihku dengan penuh penekanan. Bukannya aku ingin menjadi adak yang pembangkang, aku hanya merasa semua yang ibu ku perintahkan harus di laksanakan secepatnya tanpa ada bantahan, dan tidak perduli keadaan yang kita miliki.
Mendengar jawaban ku, ibu menjadi brang, ekspresi wajahnya menjadi memerah karna kesal akan jawaban yang aku berikan, "Ayo cepat, entar pasarnya keburu tutup, kamu mau ibu cuma dapet keranjangnya doang bukan pisangnya!"

Kadang aku berfikir, apakah aku ini anak kandung?
Perlakuan ibu sanggat berbeda pada ku. Jika di telisik kembali, aku adalah anak satu-satunya yang dimiliki ibu, tapi kenapa ibu memperlakukan aku berbeda.

Aku merasa sangat iri dengan adik sepupu ku. Karena ibu sanggat menyayanginya melebihi kasih sayang yang beliau berikan kepada ku.

Kadang aku merasa, yang anak kandung ibu itu aku apa sepupuku.

Aku tau, aku terlahir sebagai perempuan dan mungkin ibu menginginkan anak laki-laki, bukan perempuan seperti ku yang lemah, yang tidak bisa memasak, tidak bisa mencuci, dan banyak kurangnya.

Tapi apa salah aku terlahir sebagai perempuan, bukankan seorang ibu juga dari kata perempuan.

***

Tugas kuliah makin menumpuk, ini semua karana aku belem menyelesaikan tugas sebelumnya karna mengantar ibu ke arisan, kepasar, dan ke toko kue miliknya.

Tugaspun makin menumpuk, alamat SKS dalam mengerjakan tugas. Tubuh ini lelah, tapi mau bagaimana lagi, semua harus rampus besok pagi.

Menjadi mahasiswi jurusan Biologi itu sulit. Beratnya itu di pembuatan laporan sehabis praktikum. Apalagi jika laporan yang kita buat harus di tulis tangan, bukan memakai alat canggih seperti leptop yang ada sekarang. Para Co.As bilangnya supaya tidak terjadi pengCopyan file laporan.

Huh...
Aku sepeti tidak dapat bernapas hari ini. Dari kemarin aku belem sempat tidur. Untung saja mata ini dapat di ajak berkerjasama.

Begadang semalaman suntuk itu tidak membuat mata ini terlihat merah atau seperti kebanyakan orang ketika begadang akan terlihat bengkak. Syukurnya mata ku ini hanya terlihat layu.

Ketika sampai di kampus, Nia menyapaku, "Madia" ketika berbalik melihat ke arahnya dia sedang berjalan menuju ke arahku beriringan dengan teman sekelas ku yang lain namanya Nadia.

"Laporannya sudah jadi?" Nadia bertanya sambil tersenyum ke arah ku. "Alhamdulillah sudah nih" aku pun memperlihatkan jilidan laporan yang ku bawa.
"Berarti kita selamat di praktikum selanjutnya" lanjut Nia.

Semoga saja, nilai laporan yang kami buat mendapat nilai yang memuaskan.
Aku memang bukan mahasiswi yang pintar, tapi bukan mahasiswi yang bodoh pula.

Berkat jari-jemari ku ini alhamdulillah laporan ini selesai tepat waktu. Sungguh kau jari-jari emas yang ku banggakan.
Hahahaha...

***

Kenapa ruang kelas ini sunyi sekali, tidak mungkin ganti ruang kelas hari ini, soalnya swmua kelas penuh batin ku.

Mungkin aku terlalu pagi datang ke kelas hari ini.
Pun berjalan ke ruangan itu, samar-samar aku mendengan suara decakan, bulu kudu ku meremang. Tapi aku mencari dimana sumbur suara berasal.

Sungguh mengejutkan, apa yang kulihat sangat membuat mencengangkan, dua teman ku yang berlawanan jenis sedang beradu bibir, saling melahap di bawah banggu yang di tata serapat mugkin. Mungkin tujuannya supaya tidak ada yang melihat adegan mereka.

Setelahnya aku berbalik, meninggalkan ruangan itu dan memunggu teman-teman yang lain di luar ruangan.

Huh...
Mataku tercemar lagi. Kenapa selalu aku yang melihat adegan tak senonoh itu. Tidak dulu tidak sekarang, aku selalu melihat adegan seperti itu di setiap kenaikan jenjang sekolah.

Aku pertama kali memergoki seseorang yang beradegan seperti itu dulu ketika aku SMP. Di SMA pun aku pernah memergoki teman yang sedang beradu bibir. Dan lagi sekarang, apa aku harus menyebut ini musibah atau anugrah?
Hahaha...

Sungguh lucu, apa arti semua kejadian ini. Apa ini akibat suka membantah ibu?

***

Attarwa Al-fatih Abimana, dia adalah kakak tingkat yang memiliki banyak penggemar perempuan.
Selain pintar, dia juga tampan, terlihat berwibawa. Hampir semua dosen juruan kenal dengannya, dia ramah.
Dan aku sama seperti perempuan lainnya yang kagum karnanya.

***

TBC

Gold FingerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang