part 2

15 2 0
                                    

“Iya, baru kemarin gue pindahnya.” Jawab Sherin.
“Oh ya Ken, permainan basket lo tadi keren banget, tau nggak.” Ucap Sherin.
“Kapan-kapan gue boleh minta di ajarin mainbasket sama lo, ya.” Lanjut Sherin.
“nggak.” Ucap Kenneth datar.
“Kalau Kenneth nggak mau, gue bisa kok ngajarin lo main basket.” Tawar Gino.
“Makasih, tapi gue pengennya Kenneth yang ngajarin gue, boleh ya?” Pinta Sherin kepada Kenneth.
“Gue nggak bisa.” Ucap Kenneth lalu berlalu dari hadapan Sherin.
Sementara dari jauh, Olin mengamati semua hal yang dilakukan Sherin tadi.
“Gue harap Sherin bisa ngilangin sifat cueknya Kenneth.” Gumam Olin.

Keesokan harinya, Sherin datang ke sekolah dengan membawa sekotak coklat. Rencananya ia akan mengungkapkan isi hatinya kepada Kenneth hari ini. Mungkin Sherin belum terlalu mengenal Kenneth, tapi ia sudah yakin dengan perasaannya kepada Kenneth.
“Lo beneran mau ngungkapin perasaan lo sama Kenneth.” Tanya Olin memastikan.
“Iya, Lin. Gue nggak peduli kalau nanti gue ditolak, yang penting gue udah ngaku sama dia.” Ucap Sherin optimis.
“Ya udah deh. Gue Cuma bisa doain lo doang.” Ucap Olin.Sherin melihat Kenneth melewati kelasnya. Ia kemudian berlari mengejar Kenneth lalu berhenti di hadapannya.
“Lo ngapain ngalangin jalan gue.” Ucap Kenneth bingung.
“Mungkin ini terlau cepat buat gue, tapi gue udah yakin sama perasaan gue sendiri.” Ucap Sherin yang masih menundukkan kepalanya.
“Gue nggak peduli lo mau ngatain gue kayak gimana. Gue Cuma mau ngungkapin perasaan gue sama lo, kalau gue itu, suka sama lo.” Sherin mendongakkan kepalanya menatap mata Kenneth. Siswa yang berada di koridor tersebut kaget melihat aksi Sherin yang mengungkapkan perasaanya kepada Kenneth.
“Gue nggak minta apa-apa sama lo. Gue Cuma mau ngungkapin perasaan gue ini. Oh ya, ini coklat buatan gue sendiri.” Ucap Sherin sambil menyodorkan kotak coklat yang sedari tadi ia pegang. Kenneth tidak mengambil kotak tersebut, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya. Merasa diabaikan, Sherin kembali mengejar Kenneth.
“Kalau lo nggak bisa bales perasaan gue, setidaknya lo terima ni coklat. Gue udah susah-susah buatin ini Cuma buat lo.” Sherin menarik tangan Kenneth lalu memberikan kotak tersebut. Kenneth hanya melihat punggung Sherin yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Kenneth duduk di sebuah cafe sambil meminum kopi yang baru saja ia pesan.
“Kenneth?”
“Karin?” Ucap Kenneth
“Gue nggak nyangka bisa ketemu sama lo di sini.” Ucap Karin.
“Gue baru kembali dari Singapura kemarin.” Lanjut Karin. Kenneth masih tidak mengeluarkan suara.
“Ken, soal kejadian waktu itu, gue minta maaf.” Ucap Karin.
“Gue tahu waktu itu lo pasti kecewa banget sama gue, gue minta maaf. Gue kembali ke sini supaya gue bisa memperbaiki hubungan kita lagi.” Ucap Karin lagi.
“nggak ada yang perlu diperbaikin lagi, Rin.” Ucap Kenneth.
“Gue nyesel banget ninggalin lo waktu itu. Gue nggak bisa lupain lo, gue terus kepikiran lo di sana. Dan gue yakin lo masih cinta sama gue.” Ucap Karin.
“Gue pengen kita balik kayak dulu lagi, Ken” Tambahnya.

Sherin memasuki sebuah cafe yang di dalamnya ada Kenneth dan juga Karin. Kenneth yang melihat keberadaan Sherin di cafe tersebut langsung melambaikan tangannya ke arah Sherin.
“Sherin.” Panggil Kenneth. Sherin yang mendengar namanya di panggil langsung menoleh ke arah Kenneth. Sherin kemudian berjalan ke meja Kenneth.
“Lo duduk di sini.” Ucap Kenneth. Sherin kemudian duduk di samping Kenneth. Karin hanya diam melihat Kenneth dan juga Sherin.
“Ken, ini apa?” Tanya Karin bingung melihat Kenneth yang menggenggam tangan Sherin di atas meja. Sementara Sherin hanya diam memandangi tangannya yang di genggam oleh Kenneth.
“Gue udah punya pacar, dan ini pacar gue.” Ucap Kenneth sambil menunjukkan tautan tangannya dengan Sherin.
“Ken, lo nggak mungkin bisa lupain gue.” Ucap Karin dengan air mata yang sudah menumpuk di matanya.
“Gue minta maaf, Rin. Gue nggak bisa balik lagi sama lo. Gue udah punya Sherin.” Ucap Kenneth. Sherin masih terdiam, ia belum bisa mengeluarkan suaranya. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi sekarang ini.
“Ken?” Ucap Karin lirih. Kenneth tidak tahan melihat Karin yang sudah menangis di depannya. Ingin rasanya ia menghapus air matanya, tapi mengingat apa yang sudah Karin lakukan kepadanya dulu, menjadi alasan Kenneth untuk tidak kembali lagi padanya.
“Gue duluan, Rin.” Kenneth menarik tangan Sherin keluar dari cafe tersebut. Sepeninggalan Kenneth, Karin mulai terisak, ia sangat menyesal telah meninggalkan Kenneth.

Setelah cukup jauh dari cafe, Kenneth melepaskan tangan Sherin.
“Gue baleh minta tolong, nggak?” Tanya Kenneth.
“Minta tolong apa.” Ucap Sherin.
“Gue minta lo pura-pura jadi pacar gue kalau di depan Karin.” Ucap Kenneth.
“Karin?” Tanya Sherin.
“Cewek yang di cafe tadi.” Jawab Kenneth.
“Oh, emangnya kenapa lo harus pura-pura punya pacar di depannya Karin?” Tanya Sherin bingung.
“Ya udah kalau lo nggak mau.” Kenneth berjalan meninggalkan Sherin. Sherin dengan sigap mencekal tangan Kenneth.
“Gue bakal bantuin lo.” Ucap Sherin.
“Setidaknya dengan ini, gue bisa lebih dekat sama lo, Ken.” Batin Sherin.

Hati Yang TERLUKA!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang