01

162 62 80
                                    






































"Saya tidak gila, dan saya baik baik saja" ucap wanita berparas cantik dengan rambut sepunggung dan berkulit putih pucat itu.

Hangyul tahu bahwa wanita ini berbohong, tapi Hangyul tidak mungkin harus memaksanya.

Wanita berparas cantik yang bernama Kim Yeokyo itu terus berkata seperti itu dengan senyum nya yang tenang.

Wanita itu, Yeokyo-- Dia sangat pandai menutupi segala kekacauan dalam hidupnya, Hangyul hanya membalas ucapan gadis itu dengan senyuman manisnya.

"Baiklah, saya akan menanyakan sesuatu hal boleh?" Tanya Hangyul dengan tutur kata lembut dan ekspresi tenang nya.

Yeokyo hanya menatap Hangyul kosong, walaupun senyum manis terukir di bibirnya. Fikiran nya sedang jauh melayang entah kemana. Dan Hangyul tahu itu.

"Jadi, apa boleh saya mulai bertanya?" Tanya Hangyul sekali lagi, wanita itu tetap menatap Hanggyul dengan senyum manis dan tatapan kosongnya.

Hangyul pun tidak ambil pusing, karena dia tahu seberapa banyak dia bertanya kepada wanita itu. Hasilnya akan tetap sama, menatap nya dengan senyum manisnya.

Hangyul hanya ingin mengetes pasien ini dengan baik tanpa pemaksaan sedikitpun, ataupun so tau layaknya seorang cenayang.

Walaupun Hangyul tahu apa yang sedang mengganggu fikiran wanita itu, tapi Hangyul harus tetap bertanya untuk memastikan nya, mestipun kemungkinan besar wanita ini akan berbohong.

Hangyul adalah salah satu psikolog cerdas dalam melayani pasien nya, dia tahu tapi dia harus tetap mencoba bertanya dan dia harus mengucapkan kata dengan hati hati.

Agar tidak terlihat seperti sedang menggurui ataupun seorang cenayang.

"Kenapa kamu selalu bertindak kasar kepada orang di sekitarmu, salah satunya kepada ayahmu?"

"Karena saya menyukainya" jawab Yeokyo dengan tenang, Hangyul pun menganggukan pelan dan menuliskan sesuatu di dalam buku catatan kecil Yang di bawanya.

"Sudah berapa banyak orang yang kamu sakiti?" Tanya Hangyul kemudian, tak butuh waktu lama. Yeokyo pun menjawabnya.

"Teman sekelasku jumlah nya 25, tetangga dekatku jumlahnya 5 dan adik kelas ku jumlahnya 10" Hangyul mengerti dan mulai menuliskan lagi kedalam buku catatan nya.

Tidak sulit untuk Hangyul mengetahui tentang apa yang di katakan Yeokyo barusan.

Itu adalah jumlah orang yang pernah Yeokyo sakiti, walaupun terhitung banyak. Tetapi Yeokyo tidak sering melukai mereka dengan luka yang serius.

Yeokyo melihat psikolog di depan nya dengan sorot mata berbeda, ada maksud lain di balik tatapan nya itu.

Setelah Hangyul selesai menulis, ia pun kembali melihat ke arah Yeokyo yang melihat nya.

"Boleh saya lanjut bertanya?" Tanya Hangyul seramah mungkin, Dan Yeokyo masih menatap nya tanpa menjawab apapun.

Hangyul Yang menyadari akan hal itupun langsung bangkit dari tempat duduknya dan membuat secangkir teh yang sudah tersedia di dalam ruangan nya.

Setelahnya, ia menyimpan secangkir teh itu di meja dekat sofa nyaman di ujung ruangan sana.

"Mari kita lanjutkan pembicaraan kita disana" ajak Hangyul kepada Yeokyo yang Yeokyo langsung angguki dan mengikuti langkah Hangyul.

Yeokyo duduk di sofa panjang di samping Hangyul, dan ia melihat ke arah belakangnya Yang menampilkan beberapa gedung menjulang tinggi dan bangunan bangunan kecil di bawah sana.

Matanya masih memandang keluar jendela kaca besar disana, Hangyul pun membiarkan nya dan berjalan ke arah mejanya untuk mencari sesuatu.

Setelah itu kembali ke pada Yeokyo yang sedang terduduk di sofa sana.

Alangkah terkejutnya Hangyul saat melihat Yeokyo membawa suntikan yang berisi cairan bening di dalamnya.

Ia pun menghampiri Yeokyo dengan setenang mungkin, dan mengambil suntikan di tangan Yeokyo dengan tenang.

Hangyul pun segera memasukan suntikan itu ke laci yang dekat dengan posisinya sekarang.

Ia pun mendudukan dirinya dan bersikap setenang mungkin.

"Sebenarnya, apa yang akan kamu lakukan dengan suntikan itu?" Tanya Hangyul langsung pada intinya.

Yeokyo terlihat sedang berfikir dan mengangkat jari telunjuknya bersemangat.

"Tadinya saya akan mengajak bapak buat pesta narkoba" ucapnya masih dengan semangatnya.

Hangyul pun membulatkan matanya dan tersirat sedikit ketakutan dari sorot matanya.

"Ko bapak takut sih? Lagian bapak kan pinter, bapak bisa berbuat apa yang bapak mau" ucap Yeokyo yang sukses membuat Hangyul emosi.

Bagaimanapun juga, semenjengkel kan ataupun sekurang ngajarnya pasien. Hangyul harus tetap memakluminya dan bersikap tenang.

"Mengapa kamu terfikirkan sampai kesitu?" Tanya Hangyul penasaran, Yeokyo hanya membalas nya dengan senyuman.

Hangyul yang tahu bahwa ucapan nya tadi tidak akan di jawab, akhirnya dia berusaha untuk kembali fokus kepada pekerjaan nya.

"Oke lupakan, boleh kan saya nanya lagi tentang hal yang sebelumnya?" Yeokyo pun mengangguk kecil dan tetap menatap Hangyul dengan sorot mata yang sulit di artikan.

"Apa tujuan kamu selanjutnya setelah kamu menyakiti mereka?" Tanya Hangyul berusaha setenang mungkin menghadapi wanita kurang waras di depan nya ini.

"Tadinya saya ingin menculiknya, tapi saya tidak berani jadi saya sakiti saja mereka" jawabnya yang membuat hangyul bingung.

"Mengapa kamu ingin menculik mereka?" Tanya Hangyul dengan seribu pertanyaan di benaknya.

"Entahlah, tapi setelah di fikir fikir. Mereka tetap tidak akan berguna walaupun ku culik"

"Apa kamu sedang membutuhkan banyak uang?" Tanya Hangyul yang langsung mendapat gelengan kecil dari Yeokyo.

"Apa kamu kesepian?" Tanya hangyul kemudian, dan Yeokyo terdiam sejenak setelahnya kembali menggeleng.

Hangyul sudah tahu setelah respon nya yang seperti itu, dan Itu akan memudahkan Hangyul untuk memecahkan masalah ini.

"Baiklah sudah cukup, bagaimana hari harimu?" Tanya Hangyul dan Yeokyo hanya menaikan sebelah alisnya.

"Bodo banget, kenapa lo nanya hal itu?!" Jawab Yeokyo dengan tutur katanya yang tidak sebaku sebelumnya.

Hangyul tahu, Yeokyo marah karena kehidupan sehari harinya di usik orang asing. Hanggyul pun tahu bahwa Yeokyo typical orang yang tidak ingin di usik tentang keseharian nya.

Hangyul pun mulai menangkan dirinya agar tidak emosi, dan akan menanyai hal selanjutnya.





















"Semaleman, lo habis tidur sama siapa??" Tanya Hangyul dengan bahasanya yang santai. Dan bertanya dengan tatapan tajam.

~TBC~

Bagaimanakah gaiseu?): kalo gaje maapken huhu apalagi kalo ga nge feel): sorry banget yahhh (π~π)

Terimakasih yang udah baca, dan jangan pelit buat Kasih voment yaw (π~π)

About You And Me || Lee Hangyul [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang