BAB I - PROLOG

4.5K 72 0
                                    

3 Generasi sudah dan kini sudah memasuki usia 97 Tahun. 8 bulan sudah, aku menjalankan restoran clasik ini. Ya, terasa sangat berat memang ketika kita harus menjalankan profesi yang tidak kita sukai. Aku lulusan Psikolog disalah satu universitas ternama di negri ini, tapi semua ilmuku terasa tak berguna saat ayahku meninggal. Aku adalah anak tunggal yang memiliki beban cukup berat, dimana harus memikul dan meneruskan restoran bintang 5 dengan nama yang cukup tersohor namun aku tidak memiliki bakat disana.

Ketika ayahku wafat, seluruh management jatuh padaku. Kepala Chef berkata, ia akan membantuku semaksimal mungkin, karena ia tahu aku sama sekali tidak memiliki background didunia kuliner. Ia hanya berkata, duduklah dan biarkan kami yang berjuang. Kata-kata itu sunggu meyakinkanku. Karena memang dia adalah andalan ayahku sejak lama. Namanya Ronald, usia 34 tahun dan dia belum menikah. Karena aku tau dia benar-benar sangat bergairah di dunia kuliner. Seperti hidup dan matinya hanya untuk dapur dan cita rasa. Aku sangat jarang melihat dia bermesrahan melalui phone call atau video call. Tidak seperti staff lainnya. Tapi yang aku tau, dia memang memiliki kekasih.

8 bulan berjalan seperti biasah. Tidak ada perubahan yang cukup terasa. Memang tidak bisa di pungkiri, tempat ini menjadi sedikit sepi tidak seperti biasanya. Tidak banyak kritikus makanan atau food vloger yang datang meliput. Memang karena sudah hampir 1 tahun kami belum mengeluarkan inovasi atau resep menu baru. Sejak ayahku mulai mengurangi aktifitas di dapur 2 tahun lalu karena penyakitnya restoran ini seperti kehilangan sedikit cahayanya. Aku masih ingat betul kata-kata beliau.

"Tidak masalah kamu tidak suka dapur, tapi jangan membencinya. Karena disini ada roh leluhurmu. Cobalah sedikit mengembangkan tempat ini dengan cara dan bidangmu. Seperti kakekmu, ia adalah lulusan seni di institut terkemuka di luar negri, tapi ia sukses melambungkan tempat ini. Mengabungkan cita rasa seni, dan resep buyutmu. Menjadikan makanan lezat namun cantik dan bernilai seni tinggi."

Kakekku memang seniman, dan aku rasa seni dan memasak memang memiliki 1 tone yang hampir sama. Namun, psikolog dan cita rasa? Apa yang bisa aku perbuat? Aku memang memiliki indra penciuman yang sangat tajam, dulu aku ingin menjalani bidang parfume, namun moodku berubah karena aku lebih tertarik pada dunia sikap dan jiwa manusia. Mengamati dan menilai prilaku mereka adalah hal yang menyenangkan.

Dan kini, memasuki 1 tahun aku yang menjalankan tempat ini. Tempat ini kehilangan banyak cahaya. Bahkan kritikus makanan Jhon Del mengatakan tempat ini sudah kehilangan gairahnya dan tidak layak untuk di datangi, seperti kota mati yang sudah selayaknya di ganti dan di hancurkan. Sejak opini tersebut di publikasi, tempat ini semakin merugi. Aku bahkan harus memakai uang simpanan untuk biaya operasional dan gaji para staff. Aku rasa tempat ini perlu pembaharuan segera...!!!

SAPORE MONDIALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang