"Dia Sedikit Menyebalkan"
Chisa Kim
Dingin...
Udara di kota ini semakin dingin saja begitu mendekati akhir tahun. Aku tidak suka. Suhu rendah seakan mewakili sesuatu dalam diriku yang perlahan ikut membeku. Aku mengeratkan cengkraman pada cup sleeve berisi Cappucino milikku, sedikit mencuri kehangatan dari sana.
Bisa kulihat hembusan nafasku menjelma menjadi embun yang menyapa udara. Begitupun milik orang-orang disekitar tempat ini. Aku sedang berada di sisi jembatan sungai Honggak. Salah satu tempat favoritku saat ingin melepas penat. Melihat detik-detik matahari terbenam menjadi sebuah keseharian begitu pindah ke kota ini, Sandfort.
Kota metropolitan dimana ada banyak sekali orang-orang sepertiku datang mengadu nasib, mencari pekerjaan untuk menyambung hidup. Bisa juga sekedar berlibur untuk sedikit banyak mencicipi kemewahan yang ada. Hanya berlaku untuk para kaum kapitalis, tentu saja.
Intinya, Sandfort adalah kota modern yang sama sekali tidak menghilangkan kesan clasic miliknya sendiri. Melihat masih ada beberapa bangunan lama beraroma khas yang dipertahankan bentuknya oleh sang pemilik. Singkatnya sepeti itu.
Aku menghirup sebentar Cappucino milikku, sebelum menyesapnya agar tubuhku kembali disapa rasa hangat. Untungnya, suhu dingin tidak ikut mencuri kehangatan kopiku. Pandanganku menerawang jauh pada riak air dibawah sana. Menatap kosong sebelum mendapati segerombolan merpati datang dan perlahan mendekatiku. Aku segera berbalik kendati melempar sisa-sisa roti yang sebelumnya menjadi makan siangku.
Tak butuh waktu lama sampai mereka menyerbu makanannya. Begitulah, aku memang sering kesini bukan hanya untuk melihat saat matahari terbenam. Namun juga kadang memberi asupan untuk para merpati cantik ini.
Bukan hanya aku, pengunjung-pengunjung lain pun sering melakukan hal serupa. Nothing special, but this is fun.
"Dari mana saja, eoh? aku sudah menunggu sejak tadi sampai kakiku hampir sedingin batu es". Aku mengambil duduk berjongkok agar bisa lebih dekat dengan para merpati itu. Sesekali menjulurkan tangan agar mereka mengambil dari tanganku.
"Haha! tertipu kau. Lihat, tidak ada apa-apa disini, semuanya sudah kulempar tadi". Sergahku sembari mengelus sayap merpati yang berhasil kutangkap namun kemudian berhasil terbang dari tanganku. Aku berpura-pura menggerutu padahal dalam hati menikmati bermain bersama mereka. Aku pasti sudah gila karena berbicara dengan merpati.
Namun, siapa yang peduli? paling tidak ini dapat mengobati daksa dan batinku yang kelelahan akibat rutinitas harian. Bergelung dibidang bahasa bukanlah sesuatu yang mudah apalagi jika kau bekerja di perusahaan besar. Bukan cuma english, aku bahkan mengambil ahli Japan dan Indonesian karena memang mengerti ketiga bahasa itu. Orang biasa menyebutnya dengan multilingual.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOI || [Kim Taehyung] ||
PoesiaHei... sebenarnya siapa dirimu? Manusia lemah yang bertahan dibalik topeng palsu. Bersembunyi di istana kelam milik orang lain. Pembohong ulung berhati rapuh. Pemilik senyum manis berakhir sendu. Hei... kemarilah. Biar kuberitahu satu rahasia k...