Haon segera kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan sarapan paginya. Semalam dia sudah membuat janji dengan pacarnya untuk keluar bersama. Dia tengah sibuk memilih pakaian yang akan dipakainya dengan bibir yang dikerucutkan lucu. Coba saja kekasihnya atau Lee Byungjae atau juga yang punya nama panggilan Vinxen melihatnya saat ini pasti sudah disosor itu bibir.
“Adek?” Haon menolehkan kepalanya mendengar panggilan sayang dari sang bunda yang sudah membuka pintu kamarnya.
“Adek, jadi mau car free day?” tanya Junhoe sekadar basa basi sebagai pembuka obrolan.
“Iya, Bun. Ini lagi nyari pakaian yang pas,” balas Haon masih memilah pakaiannya.
“Sama si Abang?” Junhoe kembali bertanya tapi dengan nada lebih pelan.
“Iya sama temen-temen yang lain juga, Bun,” kali ini Haon membalas dengan melirik pada Junhoe sebelum kembali ke memilih pakaian.
Tangan Haon yang sebelumnya tengah memilah pakaiannya terhenti saat merasakan lengan sang bunda melingkar di perutnya. Dia mengerti sebenarnya kedua orang tuanya tak begitu suka dirinya menjalin hubungan dengan Byungjae terutama sang bunda yang berharap anak-anaknya fokus dulu dengan pendidikan. Namun, karena sang ayah merasa kalau Haon jauh lebih bisa menjaga diri dengan pergaulannya maka dia diijinkan untuk berpacaran, tapi meski begitu tetap saja dengan banyak syarat yang harus dilakukan.
“Adek sering banget perasaan keluar sama si Abang,” ujar Junhoe lagi yang kini sedang memainkan helaian Haon yang tengah di model seperti Bobby jaman muda dulu rada keriting-keriting gitu.
“Ya namanya juga pacar bun, lagian juga jalan pas akhir pekan aja,” balas Haon merasa kalau meski dia pacaran dengan Vinxen juga keluar tetap dibatasi dan tak sesering itu jalan keluar seperti teman-temannya yang lain.
“Kan kalian juga ketemu di sekolah,” lanjut Junhoe kemudian.
“Ini maksudnya bunda gak percaya sama adek kalau kita tuh di sekolah yah cuma belajar? Lagian kita tuh juga nggak sekelas, Bun.” Haon yang merasa seperti tengah diinterogasi oleh sang Bunda akhirnya mengatakan apa saja yang tengah dipikirkannya. Junhoe sempat terdiam sejenak mendengar balasan yang Haon berikan untuknya dan mulai bertanya pada dirinya sendiri. Sepertinya dia memang mulai khawatir berlebihan dengan anak bungsunya makanya sampai bertanya begitu. Dia kemudian tersenyum dan memberi jarak antara dirinya dan Haon
“Ya udah nanti Adek jangan pulang malam yah.” Haon hanya bergumam sambil menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Junhoe yang merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan segera meninggalkan putra bungsunya setelah memberinya satu kecupan sayang di pelipisnya.
Sepeninggal sang bunda, Haon malah melemparkan tubuhnya ke ranjang dan bukannya segera bersiap-siap. Satu embusan napas berat keluar dari bibirnya dan dia memejamkan matanya sejenak hingga dering ponselnya membuat dia mau tak mau bangkit dari posisinya.
Abang ❤ is calling .....
Melihat pemilik nomor yang menghubunginya tanpa sadar bibir Haon membentuk satu lengkung indah.
“Abang udah di depan?” tanya Haon dengan semangatnya membuat Vinxen di seberang sambungan jadi terkekeh.
“Iya ini mau turun,” Lanjutnya sebelum mematikan sambungan telepon dari Vinxen begitu saja lalu meraih hoodie abu-abu kesukaannya dan menyemprotkan parfume alakadarnya lalu segera keluar kamar.
Bobby yang sedang bersantai di ruang tengah mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara dari arah tangga. Dia melihat anak bungsunya sedang terburu untuk turun membuatnya menggelengkan kepala. Saat Haon mencapai anak tangga terakhir tak sengaja pandangan mereka bersibobrok membuat si anak hanya menyunggingkan senyum konyolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA CEMARA (BOBJUN ft. LBG & KHO)
FanfictionKisah tentang kehidupan keluarga Bobby dan Junhoe serta kedua anak mereka.