Prolog

41 3 0
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

"Pak, Mici mau mandiri Pak,Mici tidak mau menyusahkan bapak,mengertilah pak."
Dengan tegas dan keras kepala Mici tetap saja memaksa ayahnya untuk menyetujui keputusannya.

Tangan tua yang telah mulai keriput itu berada di depan dada ,mencoba bersabar menghadapi tingkah laku anak semata wayangnya yang sangat ia sayangi.

"Mici.. hidup sendiri itu tidak mudah, bapak takut kamu tidak sanggup, dimana kamu akan tinggal, "

Mata yang sendu itu sudah berkaca kaca ,memaksakan diri menguatkan air itu agar tidak jatuh.

"Pak, bapak tenang saja..masalah rumah itu sudah dicarikan oleh teman Mici dan juga Mici mendapatkan rumah yang bagus dengan harga murah."Ucapnya tanpa keraguan.

Setetes air jatuh dari sudut matanya, ia membuka kacamata dan menyeka air itu, ia tidak ingin terlihat lemah di depan anaknya. Walau perasaan itu tidak dapat dibohongi , jauh di dalam lubuk hatinya rasa kesepian telah menghinggapi setelah kematian istri yang sangat ia cintai ,sekarang anak semata wayangnya juga ingin meninggalkannya, dimana di masa tua ia hanya menginginkan untuk berkumpul bersama keluarganya tapi ia tidak mungkin egois, ia sadar watak anaknya.

"Baiklah, kalau begitu bapak akan izinkan, dengan satu syarat kamu harus segera menghubungi bapak jika butuh bantuan atau jika terjadi masalah denganmu."Tegasnya dengan sedikit keraguan diujung matanya.

"Iya Pak, bapak tenang saja Mici yakin dapat hidup mandiri."Dengan senyum kemenangan di wajahnya esoknya ia memutuskan untuk langsung pindah ke rumah barunya, karena kalau tidak tidak menutup kemungkinan ayahnya akan membatalkan keputusannya.



Awal awal masih rada rada gaje😂
Maaf ya gyz krna baru belajar😀
Please vote and comennt buat tetap semangat belajar dan sarannya di kolom komentar🙏

Thanks,reader
Up sekali seminggu😍

Jam Dua BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang