[10] SEMAKIN DEKAT

111 12 1
                                    

Sejak kejadian itu Jitsen benar-benar berhasil menutup kupingnya dari cibiran jahat orang-orang. Ia tak lagi bersedih dan minder. Malahan sekarang hubungannya dengan Virgo semakin dekat.

Stella yang melihat dengan mata kepalanya sendiri hubungan Virgo dengan Jitsen semakin dekat tentu saja merasa jengkel dan aneh. Pasalnya ia tak mengerti kenapa perubahan hati Virgo begitu cepat.

Virgo memang tak pernah mencintainya. Stella sudah menyadari hal itu dari awal sebelum Virgo memberitahunya. Namun, kenapa Virgo terasa sangat bahagia saat berada di dekat Jitsen? Kalau memang dari awal hati Virgo milik Jitsen, kenapa Virgo tak langsung mendekatinya saja? Mengapa ia malah meminta Stella untuk jadi pacarnya, heh?! Ini aneh, kan? 

Iya, Stella tahu Virgo termasuk ke dalam cowok playboy. Tapi Stella yakin Virgo tidak sebajingan itu.

Bagi beberapa orang, mungkin mereka akan menganggap percintaan Virgo adalah hal yang paling remeh seperti halnya menggambar. Alasannya satu, karena mereka tahu Virgo adalah playboy. Sebaliknya, bagi Stella, ia merasa kali ini ada sesuatu yang ganjil dengan percintaan Virgo.

Bagaimanapun caranya Stella harus tahu penyebab perubahan Virgo. Ia yakin ada yang salah di sini. Menurutnya, kedekatan Virgo dan Jitsen yang terlihat manis hanyalah sebuah sandiwara yang sengaja disembunyikan.

***

"Jitsen, mau coba mainan bolanya nggak?" tawar Virgo sambil memutarkan bola basket jingga di jari telunjuknya. Bak seorang sirkus yang sedang menampilkan aktraksi.

Jitsen yang sedari tadi hanya duduk diam di kursi penonton melihat Virgo berlari dan memantulkan bola basket ke sana- ke mari serta menyemangatinya dengan tepukan tangan menggelengkan kepala. Ia benci aktivitas yang bersangkutan dengan olahraga.

"Nggak ah, Kak." tolak Jitsen lembut.

Bolos? Tidak. Jam pulang sekolah sudah berdering sekitar satu jam yang lalu. Jitsen hanya ingin menemani Virgo bermain baske sebab hari ini tidak ada orang di rumahnya. Jitsen tak mau sendirian di rumah. Ia takut.

Tangan Virgo mengentikan pergerakan bola basket. Ia meletakkan bola itu di dekat tiang lalu berjalan menuju Jitsen yang duduk di kursi penonton.

"Nih, Kak." kata Jitsen seraya memberikan sebotol air mineral saat Virgo duduk bersebelahan dengannya.

Karena tenggorokannya butuh siraman air minum segera, Virgo langsung menegaknya begitu saja tanpa tahu perisa air dan melihat merek. "Kok, airnya nggak dingin sih?" tanya Virgo sedikit kesal begitu ia selesai minum. Virgo tak terbiasa minum air mineral tak berperisa dingin setelah olahraga, apalagi bermain basket.

"Bagusan minum air mineral yang biasa kalo abis olahraga daripada yang dingin, Kak Virgo." sahut Jitsen.

Virgo hanya meresponnya dengan anggukan. Ia memang tak terbiasa minum air mineral yang tak berperisa dingin, tapi itu nomor dua. Sekarang yang terpenting biarlah ia membasahi tenggorakannya yang sudah sangat kering dengan air yang tersedia. Asalkan bukan air mentah saja.

Keringat yang membasahi sekujur tubuh Virgo membuat Virgo gerah. Ia menanggalkan seragamnya hingga menyisakan kaus hitam polos di tubuh. Jitsen yang diam-diam memperhatikan bentuk tubuh Virgo meneguk ludah. Oh, betapa tampannya lelaki pahatan Tuhan yang sedang duduk disampingnya.

"Iya, gue tau kok kalo gue ganteng." celetuk Virgo. Ia berhasil menangkap basah Jitsen yang tengah memperhatikannya.

Mulut Jitsen menganga. "Dih, Kak Virgo geer!" bantahnya sebisa mungkin. Ck, lain kali Jitsen harus lebih pandai mencuri-curi pandang.

Si Tampan & Buruk Rupa (TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang