1. Jakarta

29 4 0
                                    

Masih ingat aku?

Mungkin tidak, tapi aku yakin dari 10 orang kemungkinan yang mengenalku hanya 1.5 orang. Kenapa? Jawabannya tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Ingat pepatah kan. Tak kenal maka tak sayang. Maka dari itu ayo kita kenalan. Namaku Gresya Avara Sadio. Masih banyak yang belum kenal ya, maafkan aku yang menurutku susah bergaul, namaku aja jarang yang kenal.

Aku tidak se famous Andini. Tidak sepintar Agri. Tidak secantik Cindy. Tidak setinggi Aulia. Tidak sebohay Lathifa. Tidak semanis Velli. Tidak sekurus Ariana. Tapi aku hanya se-cukupnya. Ye emangnya aku gula, secukupnya saja. Bukan, aku hanya biasa biasa saja. Dan sampai sekarang aku masih berusaha untuk tidak mencolok.

Aku masih menduduki kelas sepuluh selama tiga bulan yang lalu. Aku suka apel hijau. Aku suka sepatu sports. Aku suka sarapan dengan nasi ketan ditambah goreng pisang. Kenikmatan yang haqiqi. Aku suka bau buku. Aku suka membaca subtitle. Aku suka diperpus nyolong wi-fi. Aku suka nulis. Aku suka ngoleksi yang imut menurut aku. Aku suka bereksperimen dengan gunting, kertas, lem dan lainnya. Aku suka tidur. Aku suka telat mandi. Aku suka lupa jadwal makan. Aku suka yang jelas sama laki - laki. Udah kan? Ini ceritaku. Ini duniaku. Aku yang jadi pemeran utama wanitanya. Entah siapa pemeran utama prianya?.

Ttok ttok.

Aku yakin itu pasti ibu. Siapa lagi kalau bukan ibu, hanya Ibu yang menjadi langganan dikamarku setiap harinya.

"Ibu masuk sayang" benar. Aku langsung menuju knop pintu dan akan membukanya tapi, ibu terlebih dahulu telah membuka pintunya.

"Sayang ikut sama ibu ya, anak - anak banyak yang minta kamu ke panti." Ibu segera mengambil bajuku yang ada dalam lemari. Padahal aku tidak pernah meminta ibu mengambilnya.

"Ibu, aku aja bu, ntar ibu tambah capek kan jadi berabe kalo ibu capek." Jawabku sesedemikian mungkin terlihat memelas. Dan ibu menunjukkan ekspresi. Ibu keterlaluan, ekspresi ibu menertawakanku.

"Ga lucu, ibu pergi dulu" ucap ibu kembali menutup pintu kamarku. "Jangan lupa yang cantik" teriak ibu dari luar kamar.

Lima belas menit kedepan, aku keluar dari zona nyamanku menuju ibu yang sudah duduk manis didepan televisi, memegang remote tv. Dan didepannya sudah ada rantang Oren yang akan kami bawa.

"Ibu, ayo"

Aku bergandeng tangan sampai kedepan rumah yang sudah ada mamang, sopir pribadi keluargaku.

"Udah siap nyonya" mamang langsung membuka pintu mobil Alphard hitam itu.

"Mang, kan saya udah bilang panggil ibu saja mang" ucap ibu, kesal dengan ucapan mamang.

"Iya bu, maaf" mamang menundukkan kepalanya. Aku langsung masuk kedalam mobil hitam itu dan diikuti ibuku.

• • •

Ruangan bernuansa putih itu baru saja aku pijaki. Tidak ada yang berubah dari minggu lalu. Hanya saja, orang yang tidak kukenal ada didalam ruangan itu. Tertawa bersama adek adek kecil yang gemesnya minta ampun. Pengen bawa pulang.

Aku langsung menuju orang yang sudah kunantikan. Agil. Anak laki - laki yang mebuatku selalu ikut tertawa dengan tingkahnya. Aku sudah duduk didepannya yang sibuk dengan gambarnya.

"Kakak, aku rindu" ucap Agil, yang menyadari keberadaanku dan langsung memelukku. Aku ikut tersenyum dan juga membalasnya.

"Jangan rindu dulu sebelum waktunya" ucapku sambil mencubit puncak hidung Agil yang mungil.

Kemudian, Agil mengajakku bermain dengan yang lainnya. Membawa ke halaman disamping panti. Anak - anak yang lain juga sudah disana, berlari larian. Bahkan ada diantara mereka yang main manjat manjat pohon. Aku ikut senang dengan mereka yang membagi tawanya. Tawa mereka yang pecah, tidak ada paksaan didalamnya. Sesekali Agil menarik narikku hingga sampai dibawah pohon. Tapi, aku menolaknya, karena aku ingin menyaksikan pemandangan indah dari sini. Lebih tinggi dari yang lainnya.

Jam ditanganku sudah menunjukkan jarum pendek dipertengahan angka empat dan lima. Dan jarum panjangnya diangka 7. Aku beranjak dari dudukku berjalan kesana kemari. Mencari seseorang. Setelah celengak celingukan terlihat wanita muda yang sedang duduk bersama yang lainnya.

"Ibu ayo pulang bu" ucapku tergesa melihat ibu yang masih santai duduk disana.

"Inti acaranya belum" ucap ibu mengajakku duduk disampingnya.

"Iyadeh bu" pasrahku.

Ibu berjalan kearah anak kecil yang sedang menenteng gelas dan boneka ditangan kirinya. Entah apa yang ibu bisikkan. Sejurus kemudian, semua anak - anak yang tadinya masih diluar sudah duduk manis didepan ibu semuanya.

"Anak - anak, ibu ada sesuatu nih" ucap ibuku, memberikan satu persatu yang sudah ibu persipakan dari seminggu yang lalu. Anak - anak menyambutnya dengan antusias.

"Ibu sama kak Gresya besok akan pindah-" ucapan ibu dipotong oleh rutukan anak - anak yang lainnya.

"Yaah ibu ga seru"

"Berarti kak gresya juga pergi"

"Aaa kakak mah jahat"

"Aku gamau ibu sama kakak pergi"

"Bu kenapa harus pindah"

"Kakak disini aja lah"

"Kak gausah pergi kak"

"Aku benci sama kakak"

"Main tinggalin orang aja"

"Ibu juga, jangan pergi yah bu"

Dan rutukan rutukan itu kembali bersahutan. Menjawab satu sama lain, mencoba melaraikan tapi ini gimana. Padahal pembicaraan ibu tadi belum selesai. Dan beberapa detik kemudian. Mamang tadi masuk kedalam panti. Entah apa yang dibisikkan mamang kepada ibu aku hanya diam mengamati.

"Kakak ayo, ayah udah nunggu" ucap ibu, menarikku pergi.

"Dadah adek - adek, ayah kakak udah nunggu" dan aku melambaikan tanganku disepanjang perjalan menuju dalam mobil. Begitupun dengan ibu, juga melambaikan tangan kepada ibu - ibu yang ada disana.


• • •

see u on the next !
Jangan lupa sedekah :)

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang