Sang mentari sudah memunculkan sinar nya yang mampu menerobos sela-sela jendela dan berhasil membangunkan gadis malang yang sedang tertidur
"Enghhh" Lenguh gadis cantik itu sambil meregangkan otot-ototnya
Sungguh badannya sakit sekali, sepertinya dia semalaman tertidur di lantai
Dia menghela nafasnya sejenak dan beranjak ke meja rias melihat pantulan dirinya yang mengenaskan dengan mata yang bengkak
"Bulan bangun nak" Panggil wanita paruh baya di depan kamarnya, ya wanita itu adalah mamahnya
"Bulan udah bangun mah" Teriak bulan dengan suara seraknya mungkin efek karena dia menangis sepanjang malam
"Ya udah, cepat mandi setelah itu turunlah kebawah" Perintah Ranti- mama bulan
Bulan samar-samar menganggukan kepalanya sadar bahwa sang mamah tidak bisa melihatnya ia lantas menjawab "Iya nanti bulan ke bawah"
Dan gadis itu mendengar suara sendal yang menjauh dari pintu kamarnya, mungkin mamahnya sudah turun ke bawah
Gadis itu bergegas pergi ke kamar mandi karena dirinya harus terlebih dahulu mengompres matanya yang bengkak
Setelah selesai ia lantas pergi ke lantai bawah dan duduk di meja makan dengan tenang, ia dapat merasakan bahwa papahnya terus saja mengawasi dirinya dari tempat duduk
Ranti yang merasa bahwa suasana tiba-tiba menegangkan berusaha untuk mencairkannya
"ehem, mas udah ahh lebih baik kita mulai sarapan nya kasian nanti Bulan telat masuk sekolah" Ujar Ranti sambil duduk di kursi nya yang berhadapan dengan Bulan
Dan yap untung saja papahnya menurut dan memakan makanannya dengan tenang, ah sepertinya sarapan pagi kali ini dia tidak perlu mendengarkan kemarahan sang papah, betapa senang nya bukan?
Tapi harapan hanyalah harapan karena tiba-tiba ia mendengar ucapan papahnya, ingin sekali dia kabur dan berlari untuk segera sampai di sekolah
"Nanti ada yang mau papah bicarakan sama kamu bulan" Ujar Rendi pada Bulan dan dirinya hanya bisa mengangguk an kepalanya pasrah
Kini ia dan papahnya sedang duduk berhadapan di meja makan sedangkan mamahnya sedang mencuci piring di westafel
Rendi menghela nafasnya sejenak tidak habis pikir dengan perbuatan anak gadis nya semalam dan Bulan yang melihatnya hanya diam saja, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagipula dia sudah terbiasa dengan omelan sang papah tapi tidak bisa di pungkiri dia masih saja sedikit takut
"Berhenti lah berulah, dan papah harap kejadian semalam tidak terulang lagi" Ingat Rendi tegas
"Kamu tau bukan apa yang akan papah lakukan jika kamu membangkang aturan papah" Ancam Rendi
Selalu saja papahnya mengancam dengan ancaman yang sama untuk membuat Bulan menuruti perkataannya, bahkan Bulan sudah muak mendengar nya
"Berhenti lah mengekangku dan di saat itu lah aku tidak akan membangkang kepada kalian" jeritnya dalam hati
Ingin sekali dia mengutarakan isi hatinya tapi sadar bahwa itu tidak ada gunanya jadi lebih baik dia diam saja
"Bulan Evelyna apakah kau mendengarkan perkataan papah? " Tanya Rendi
"Hmm" Balas Bulan sambil menganggukan kepalanya
"ahh jika kalian sudah selesai berbicaranya sebaiknya kalian bergegas pergi, lagi pula bukankah kau ada pertemuan dengan rekan bisnis pagi ini mas? " Tanya Ranti pada Rendi
"Ya aku akan berangkat sekarang"
Rendi mengambil kunci mobilnya dan hendak pergi keluar rumah tapi sebelum itu dia berpamitan dengan sang istri dan terakhir pada Bulan
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN
Teen Fiction✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ " Bulan memang tidak seindah senja tetapi keindahan senja hanya sekejap tidak seperti bulan yang akan selalu hadir ketika menjelang malam " ✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏