Perjalanan Yang Tak Biasa

40 2 0
                                    

(Reza)

Kisah ini di awali ketika aku duduk di kelas 12 SMA. Bisa dikatakan terlalu lambat untuk dijelaskan, namun saat ini mungkin akan menjadi sebuah cerita pengakhiran yang indah untuk dikenang. Oh iya, namaku Reza, ya nama pasaran untuk diketahui. Bisa dibilang nama Reza sudah digunakan oleh lebih dari seratus ribu orang. Aku belajar di sebuah SMA yang tak jauh dari rumahku.

Cukup melewati beberapa perumahan, jalan raya, dan beberapa taman. Mungkin jika dibayangkan cukup jauh. Tapi tak semua tempat itu aku lewati, ada beberapa taman yang hanya aku lihat di sudut perempatan. Sekolah itu tidak terlalu bagus, tapi tidak terlalu jelek untuk dikatakan sekolah bebas. Mungkin lebih tepatnya sekolah ideal, tidak terlalu militer, tidak terlalu berprestasi.

Aku hanya berharap sekolah tersebut memiliki sebuah cara khusus untuk tetap menarik para siswa lulusan SMP yang bingung untuk melanjutkan kemana pendidikan mereka. Karena banyak menurutku sekolah yang lebih bagus daripada sekolahku ini. Tapi disinilah aku sekarang. Menimba ilmu yang kuharap bisa sangat berguna dalam kehidupanku.

Banyak siswa baru yang masuk ke sini karena memang tidak bisa masuk ke sekolah yang mereka inginkan. Namun aku tidak, aku hanya ingin lebih dekat saja dengan rumah, daripada harus pergi jauh – jauh dan selalu mengingat hangatnya rumah sendiri. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Mengurus kedua adiku, mencuci, membereskan rumah, dan melakukan semua pekerjaan rumahan sendirian. Tapi sesekali adik perempuanku yang sering pulang lebih awal dariku selalu membantu ibu merawat sang adik kecil.

Adikku memang sedang menjalani pendidikan SMP sekarang, dan sang adik kecil yang baru berusia empat tahun yang baru mencoba untuk berbicara dengan lancar. Ya, ibuku bisa dibilang orang yang pandai mendidik anak – anaknya.

Ayahku? Baiklah, ayahku bekerja di sebuah perusahaan besar yang berada di pusat kota. Ya, pusat kota. Dan rumahku berada di sebuah pedesaan dekat kota. Butuh waktu sekitar dua jam untuk tiba menuju ke pinggiran kota. Jadi, bisa dibilang ayahku memang menetap sementara di kota, ia pulang setiap akhir pekan untuk mengajak kami berlibur ke kota.

Namun, seringkali aku berfikir tentang perasaan ayahku. Apakah ia tidak merasa lelah jika setiap akhir pekan mengajak kami berlibur dan tidak menghiraukan apakah ia sedang lelah, sedang tertimpa masalah dalam pekerjaannya? Namun itu hanya menjadi pertanyaanku yang mengendap di dalam pikiranku, entah apakah hal itu dipikirkan juga oleh ibuku? Atau mungkin adikku? Tapi sepertinya ibuku selalu membantunya dalam menghadapi masalah, dan adikku mungkin tidak akan berfikiran sejauh itu tentang ayahku.

Ok, kembali ke apa yang akan aku ceritakan sekarang. Hari ini, aku akan pergi ke sekolah jam 6 pagi. Sekarang masih jam 5 pagi, dimana aku sering mendengarkan lagu relaksasi, melakukan olahraga kecil, dan juga mempersiapkan peralatan sekolah. Namun sebenarnya untuk sekarang kami kelas 12 hanya tinggal menunggu kelulusan, dan mencari guru pelajaran untuk mengetahui jadwal remedial. Yaaa, karena sudah jadi sebuah kebiasaan. Jadi aku memang sudah tersetting untuk melakukan hal – hal itu setiap pagi.

Baiklah, semua kegiatan sudah dilaksanakan. Aku pamit untuk pergi kesekolah. Aku pergi ke sekolah menggunakan sepeda lama yang menjadi hadiah ulang tahunku saat usia 13 tahun. Sepeda BMX biasa yang lumayan ringan untuk melakukan beberapa trik sepeda level rendah. Aku pergi ke sekolah sendiri, hingga akan bertemu dengan 'temanku', Wulan, di persimpangan dekat taman. Ya, aku menaruh hati padanya. Tapi memang aku belum menyampaikannya saja, karena aku tak yakin jika ia akan mengerti keadaan aku.

Wulan adalah teman baruku, ia baru pindah dari pusat kota ke perumahan dekat sini. Mungkin dikarenakan ia mencari tempat dimana ia bisa tinggal jauh dengan orang tuanya. Karena setauku, ia tinggal dengan neneknya sekarang. Ayah ibunya tinggal di kota, dan pulang setiap akhir pekan. Iya, aku tau hal itu. Menurutku ia memang bukan teman baru. Karena aku ingat waktu kecil aku pernah melihatnya bermain dengan seseorang di taman dekat rumahnya tersebut. Hal yang tak pernah terlupakan bagiku.

Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang