3

118 27 1
                                    

Hari H turnamen, mereka semua terlihat sangat sibuk didalam ruang ganti pemain. Adena yang menjabat sebagai manager tim basket juga ikut ada disana melakukan briefing sebelum pertandingan dimulai. Setelah pelatih memberikan arahan mengenai segala macam strategi dan posisi masing-masing pemain, dia keluar dari ruang ganti. Meninggalkan pada pemain dan juga ada Adena disana.

"Semuanya udah beres kan?" Sekali lagi Adena mengecek seluruh kelengkapan pemain dan menyediakan segala yang mungkin akan dibutuhkan nanti.

Semuanya kompak menjawab. "Siap, sudah!!" Kemudian satu persatu dari mereka keluar, meninggalkan ruang ganti. Hangyul adalah orang paling terakhir yang keluar dari sana. Dia berhenti sejenak sebelum melewati Adena, lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Adena.

"Kalo kita menang, lo ngedate sama gw." Ujar hangyul kemudian berlalu begitu saja, menghilang dibalik pintu. Meninggalkan Adena sendiri disana, terpaku.

"KOK GW?!!!"







Adena masih menatap nanar kearah papan skor yang ada didepannya. Terdengar riuh dari para pemain.

"Nev, kita menang." Seungwoo menghampiri Adena yang masih terpaku.

"Gak tau gw mesti seneng atau sedih." Memikirkan kenyataan bahwa dia harus kencan dengan Hangyul adalah sesuatu yang sulit. Bukannya dia tidak menyukai Hangyul hanya saja dia merasa sangat malas.

"Muka lo pucet Nev, lo sakit?" Gak atau aja kalo Adena sedang mencemaskan hal lain. Seungwoo reflek ingin mendaratkan punggung tangannya pada dahi Adena untuk memeriksa suhu tubuhnya. Tapi tangannya ditepis begitu saja oleh Hangyul.

"Eh sorry bang, gak sengaja." Hangyul dengan muka polosnya.

"Lo apaan deh." Seungwoo mengerutkan alisnya.

"Bentar yaa bang, gw ada perlu sama dia." Hangyul meraih pergelangan tangan Adena dan membimbingnya menuju suatu tempat, menjauh dari Seungwoo.

"Minggu depan gw jemput dirumah lo ya." Ujar Hangyul.

"Gak usah, ketemuan aja dimana gitu." Tolak Adena. Tapi heran juga dia, kok gak ada perlawanan sih padahal tadi cuma kesepakatan sepihak aja dari Hangyul.

Karena sekarang rasanya sangat sulit berada terlalu dekat dengan Hangyul, apalagi setelah insiden waktu itu. Kadang Adena suka berfikir, apa emang Hangyul itu tipe orang yang suka seenaknya seperti ini? Enteng banget ngambil first kiss orang. Apa banyak juga anak cewe yang dibikin baper kaya gini sama dia?

"Gw jemput aja sih."

"Gak usah." Adena kekeuh tidak mengizinkan Hangyul menjemputnya kerumah. Makin bahaya nanti kalo dia tau rumahnya, pikir Adena.

"Yee batu banget."

"Bodo!!"




"Pake baju apaan yaa." Ini adalah pengalaman ngedate pertama Adena. Karena selama ini memang dia terkenal sebagai anak rumahan. Sekolah-pulang-sekolah-pulang, jarang bersosialisasi. Keluarnya yaa cuma buat klub basketnya aja.

Adena sibuk menggali kamarnya, apakah ada baju yang cocok untuk dipakai hari ini. Lalu dia mengeluarkan sebuah dress sepanjang lutut berwarna pastel dari dalam lemarinya. Memposisikan baju tersebut didepan badannya lalu melihat kearah cermin.

"Najis, emang gw mau ke perta dansa apa." Keluhnya. "Eh tunggu deh, kok gw segininya banget? Kan cuma mau jalan sama hangyul." Adena memutar bola matanya. Baru sadar bahwa dia telah melakukan sebuah kesia-siaan.

Tak lama kemudian ibu Adena meneriakkan namanya dari bawah. "Masa dia disini? Gak mungkin kan!" Gumamnya, Adena reflek berlari kearah jendela rumahnya dan melihat sebuah mobil berwarna putih terparkir didepan rumahnya. "Gak mungkin Hangyul kan."

Manager-nim 🏀 | ft. Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang