Adena's POV
Disukain Hangyul bener-bener bikin gw besar kepala. Tanpa sadar gw suka semena-mena sama dia, sama perasaannya. Berkedok 'pengen tau dia beneran suka sama gw atau gak', gw terus gantungin dia tanpa kepastian. Gw tau ada saatnya Hangyul sangat amat frustasi sama kelakuan gw. Mulut gw bilang gak mau sama dia, tapi kalo liat dia sama cewe lain bisa marah dan kesel gak jelas.
Walau sebenernya disukain Hangyul emang sepelik itu. Hangyul suka sama gw, apa mungkin? Apa gw pantes?
Awalnya gw cuma mikir Hangyul itu cowo gila yang obsesi banget pengen macarin gw karena gw aneh. Bahkan gw semper mikir kalo mungkin aja sebenernya dia cuma tarohan sama temennya dan gak akan heran kalo tiba-tiba hangyul keselolah naik mobil sport baru. Sampe ketika gw sadar, mungkin gw salah. Dari cara dia memperlakukan gw, cara dia merhatiin gw, walaupun anaknya kalo ngomong ceplas-ceplos tapi hampir semua kata-kata judesnya itu isinya perhatian.
Sekarang jadi sering mikir, apa gw udah jatuh?
Adena's POV End
--
"I have a crush on you, Nev."
Mata Adena membelalak sempurna mendengar satu kalimat paling mengejutkan dalam hidupnya.
"Be.. becandanya gak lucu kak."
"Kamu kaget ya? Aku gak becanda." Adena menoleh kearah sekitarnya.
"Kakak tadi dapet dare buat confess ke aku? Aduh kak, aku gak mau ah maen gini-ginian." Tentu Adena sangat panik. Tapi kepanikam Adena justru menjadi hal yang lucu dimata Seungwoo hingga membuatnya terkekeh ganteng.
"Gak lah, gak ada game kaya gitu. Aku serius, Nev." Adena menatap Seungwoo sambil mengerutkan kedua alisnya. Ingatannya kembali pada saat dia terkunci diruang klub basket bersama hangyul dan memergoki Seungwoo dan pacarnya berdua.
Adena jadi teringat Hangyul. 'Tadi kan dia telfonan manis banget sama cewe ditelfon. Jangan-jangan gebetannya yang lain? Ah gak bisa nih, nanti gw gimana?' Batin adena.
Adena terdiam. Hingga tangan Seungwoo mendarat diatas punggung tangannya. "Jadi Nev-"
"Kak maaf aku gak bisa." Seungwoo terperanjak, melepaskan genggaman tangannya. "Aku harus kejar Hangyul."
--
Adena bergegas keluar dari restoran itu, mencari hangyul. Dia mengedarkan pandangannya, mencari sosok pria berpostur tinggi besar disekitarnya. Sambil berjalan cepat, mata terus mencari.
"Ketemu." Adena melihat Hangyul dikejauhan, masih sibuk dengan ponselnya. Adena terus berjalan, memperkecil jarak diantara mereka.
"Hangyul." Pria itu menoleh dan sedikir terkejut saat mendapati Adena dibelakangnya berdiri dengan nafas sedikir terengah.
"Buat lo." Adena menyodorkan bungkusan cantik berwarna merah pada Hangyul.
"Apaan ini?"
"Headband, lo gak punya kan?"
"Bukan, maksudnya ini apa? Hadiah valentine?" Mata Adena melebar sempurna.
"Gak usah kepedean, itu karena lo waktu itu bantuin gw cari buku catetan."
"Dih." Hangyul tersenyum kecil. "Gw terima, makasih." Hangyul berbalik lalu berjalan meninggalkan Adena.
"Hangyul!!" Teriak Adena. Membuat empunya nama menoleh.
"Ngapain masih disini, balik sana lo. Ntar Seungwoo nyariin."
"Kok Seungwoo, ngapain bahas Seungwoo sih." Tiba-tiba Adena kesal.
"Kok nanya, ya kan lo suka ama dia." Adena menundukkan pandangannya.
"Gak. Gw gak mau Seungwoo, gw maunya Hangyul." Hangyul mengerutkan Alisnya.
"Hah?" Hangyul berjalan hingga sekarang dia tepat berada didepan Adena. "Apa tadi lo bilang?"
Adena mendongak, hingga tatapan mereka bertemu. "Gw maunya Hangyul."
"Astaga." Hangyul meraih Adena kedalam dekapannya. Adena tersenyum, memang kehangatan ini yang diinginkannya. Dekapan ini yanh dirindukannya. Wangi tubuh ini yang selalu diingatnya. "Gw pikir gw udah gak ada harapan lagi."
"Ha? Kok bisa?" Adena mengendurkan pelukannya untuk menatap Hangyul.
"Jangan kira tadi gw gak liat lo pegang-pegangan tangan sama Seungwoo." Hangyul berdecak sebal. "Gw hampir bikin rencana gimana ngerebut lo dari Seungwoo."
"Makasih."
"Buat?"
"For not giving up on me."
"Gak bakal." Hangyul kembali mengeratkan pelukannya.
--
Mereka berdua berjalan sejajar, saling menggenggam. Ditengah udara malam yang begitu dingin, mereka justru merasakan kehangatan.
"Btw yang tadi telfon siapa? Manis banget. Calon gebetan ya? Cewe yang waktu itu ya?"
"Ngarang. Itu nyokap."
"Bohong. Trus kenapa pake kabur keluar segala?"
"Mau ke atm, nyokap minta diisiin emoney." Jawab Hangyul santai. "Jangan bilang lo lari-lari kesini karena ngira gw punya gebetan lain? Cemburu ya?"
"Pede banget."
"Iya deh, gak cemburu."
"Jangan ngeledek." Hangyul terkekeh.
"Dih siapa yang ngeledek." Kekehan Hangyul semakin terdengar nyaring ditelinga Adena.
"Dah lah gw sama Seungwoo aja."
"Enak aja." Hangyul menarik Adena makin mendekat padanya. "Gw borgol ntar lo biar gak kemana-mana." Adena jadi salah tingkah mendengar ucapan Hangyul yang terkesan posesif, justru terdengar sangat manis ditelinga Adena. Bucin detected.
"Dan gw gak bilang gw mau jadi pacar lo yaa."
"Beneran gak mau?"
"Siapa bilang?
"Yee, terserah deh." Hangyul terkekeh sambil mengeratkan genggaman tangannya pada Adena. Kembali berjalan beriringan, entah menuju kemana.
"Dingin gak?" Adena menggeleng pelan sambil menatap pria disampingnya. Pria yang tanpa sadar sudah mengajarkan banyak hal padanya. Bagaimana cara menghargai perasaan orang lain. Bagaimana rasanya amat dicintai. Bagaimana cara menjadi dirinya sendiri dihadapan orang lain. Adena sangat berterima kasih untuk itu.
Terima kasih, Lee Hangyul.
FIN.
Alhamdulillah tamat~
Epilog?
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager-nim 🏀 | ft. Lee Hangyul
Hayran Kurgu[COMPLETED] "Kalo gw gak rese, apa lo bisa suka sama gw?" - Lee Hangyul Tidak baku Untuk 15 tahun keatas Mengandung kata-kata kasar