Terbukanya Rahasia

13 1 9
                                    

  “Tidak bisa ditunda lagi, Paman!”

Dara mendengar teriakan itu. Langsung ia memiringkan kepalanya untuk mendengar lebih lanjut. Dia tahu suara siapa itu. Paman Gala Gajendra, ayah Ratih, seperti biasa, sedang mengunjungi Kakek Baskanapura di malam seperti ini. Tapi tidak pernah Dara mendengar dia menaikkan suaranya ke Kakek seperti yang terjadi barusan.

Diam sejenak, lalu terdengar suara rendah Kakek. Dara beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke pintu untuk bisa mendengar lebih jelas.

“Aku tahu, Gala. Entahlah. Mungkin aku yang belum siap. Ditambah lagi sejak Kanaka  meninggal, tidak ada orang di bumi ini yang menguasai ilmu nusantara. Dara tidak bisa belajar dari siapapun. Dia akan sangat terancam.”

“Maka dari itu, Paman. Akan semakin berbahaya bagi Dara kalau dia tidak tahu. Kita tidak punya pilihan. Dua hari lagi Dara akan tujuh belas  tahun. Mantra Kanaka hanya akan bertahan hingga hari itu. Kita tidak bisa siaga kalau Dara sendiri tidak mengerti.”

Dara tersentak mendengar namanya disebut-sebut. Dan juga nama ayahnya, Kanaka. Tapi tidak ada satupun yang dia mengerti dari pembicaraan itu. Ulang tahun? Iya, dia akan ulang tahun dua hari lagi, tepat satu hari setelah hari kelulusan sekolah besok. Tapi ilmu nusantara? Mantra? Dirinya terancam? Apalah itu?

Semakin ditempelkannya telinganya di pintu, berharap dengan begitu semuanya akan lebih jelas. Tapi tentu saja tidak!

“Semua orang tahu soal ucapan Ki Mintang, Paman. Dara sebaiknya dipersiapkan.”
Ki Mintang? Siapa lagi itu?

“Tapi setidaknya Paman sudah mengajarkan dia memanah dengan baik,” Paman Gala kembali bersuara.

“Iya, tidak pernah aku melihat orang yang lebih mahir memanah melebihi Dara seumur hidupku.”

Hening sejenak. Hanya terdengar hembusan nafas Kakek Baskanapura meniupkan asap dari pipa cangklongnya.

“Aku akan memikirkan caranya, Gala. Kau benar, kita harus segera bertindak. Tidak bisa didiamkan lagi.

PRANG!!! Kaki Dara yang gatal bergerak dan tidak sengaja menendang celengan kalengnya yang kosong. Aduh, pasti mereka tahu dia mendengarkan percakapan mereka. Dara menepuk kepala sendiri.

“Dara!” Kakek Baskanapura berteriak.

“Iya, Kek!” Dara juga berteriak menjawab dari belakang pintu.

“Kamu belum tidur?”

“Iya kek, ini juga udah mau tidur,” Dara segera kembali ke tempat tidurnya. Apes! acara menguping jadi tidak bisa dilanjutkan. Mereka pasti akan pelan-pelan bicaranya sekarang. Percuma saja berdiri di belakang pintu tebal itu. Tidak mungkin akan bisa mendengar apa-apa lagi.

****

“Hanya itu?” Suara Ratih kencang bertanya. Dia mengangkat badannya sehingga berdiri di lututnya di atas tempat tidur Dara, tempat mereka berbisik-bisik sepanjang sore.

“Sshhtt,” Dara menarik Ratih duduk lagi.

“Jangan kencang-kencang!”

Ratih kembali duduk. Matanya masih memandang Dara dengan keingintahuannya yang besar. Ditubuhnya masih melekat baju segaram sekolah yang penuh coretan, bekas acara kelulusan hari ini.

“Mereka langsung bicara pelan-pelan setelah itu. Tidak ada lagi yang bisa aku dengarkan.”

“Hhmm… Aneh. Aku mendengar percakapan seperti ini juga dua malam yang lalu. “

Dara menatap Ratih dengan heran. Gadis ini tidak ada cerita apa-apa sebelumnya. Dan sekarang ketika Dara bercerita percakapan Kakek dengan Paman Gala, tiba-tiba dia bercerita bahwa dia juga mendengar percakapan yang sama? Dasar!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARA NUSANTARA - MAHKOTA KEDIGJAYAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang