Harapku Untukmu

20 0 0
                                    

Ayah adalah seorang motivator terdekat, terhebat, dan terkuat. Cinta ayah tak kalah besar dengan cinta ibu. Ia relakan hidupnya demi anaknya, tanpa harus memperlihatkan derita yang ditanggungnya. Ayah hadir untuk melindungi, ayah bekerja untuk menghidupi, ayah bertahan untuk mengayomi, selalu mengajari anak-anaknya tentang arti sebuah perjuangan hidup, tanpa menggurui, namun menjalaninya bersama. Begitu merdu terdengar, begitu indah terbayangkan sosok ayah dalam sebuah kehidupan. Namun takdir berkata lain.

Ketika rembulan mulai menampakkan cahayanya, tersenyum indah di atas sana. Menemani diri ini yang hanya mampu merenungi sosok seorang ayah, yang kata orang ayah adalah sosok terhebat dalam kehidupannya. "akankah aku dapat merasakan itu?" sebuah pertanyaan yang selalu menghantui. Tapi aku tak dapat berbuat apa-apa, aku tak bisa menyalahkan takdir yang telah membawa ke dalam hiruk pikuk kehidupan yang aku jalani. Terkadang aku lelah menahan gejolak rindu ini kepada ayahku. Sempat terbayang olehku, ketika aku melihat seorang anak bersama ayah dan ibunya di sebuah taman yang indah, tak nampak sedikipun beban terlihat dari raut wajah mereka. Terlihat ayahnya yang amat menyayangi anak-anaknya. Dan aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, membayangkan betapa indahnya jika aku yang merasakan itu dan aku yang berada di antara mereka. Ayah adalah sosok yang aku dambakan. Aku menyayanginya, aku mengasihinya. Tapi semua itu kini hanya sebuah angan.

Ingin aku berlari dan memeluknya, ingin aku ungkapkan semua kasih dan rinduku kepadanya. Aku tak pernah tau mengapa ini terjadi?

Aku menemukan tiga buah album foto pada lemari tua, mungkin lemari itu adalah lemari orang tuaku tatkala mereka masih bersama. Satu per satu album itu aku buka dengan perasaan penuh tanya.

Pada album pertama yang kulihat hanya kertas putih dengan sebuah ucapan

" selamat ulang tahun jangan lupakan aku sahabatmu"

Mungkin itu adalah kado pernikahan orang tuaku, yang dihadiri oleh ribuan sahabat mereka.

Pada album kedua, seorang lelaki dengan gagahnya menunggang kuda bersama seorang gadis. Gadis itu nampak bahagia, tak ada kesedihan yang ia tampakkan dari cahaya wajahnya yang berseri. Hari-harinya begitu indah penuh dengan nuansa kekeluargaan. Aku sangat iri pada gadis kecil dalam foto itu. Aku ingin merasakan hal itu bersama ayahku, bersama keluarga kecilku. "aah... kenapa aku berandai-andai seperti ini?" aku terkejut ketika memalingkan wajah ternyata nenekku dari tadi sudah berada di pintu. "album yang berada di tanganmu adalah album milik orang tuamu,nenek sengaja menyimpannya dan tak pernah mempelihatkan itu kepadamu, karena nenek tak ingin kau bersedih". Nenek menangis menceritakan hal itu. " lantas siapakah gadis yang menunggang kuda bersama seorang lelaki itu?" nenek menghampiriku dan memelukku seraya menjawab pertanyaanku" Gadis kecil itu adalah kamu dan ayahmu". Rasanya aku tak percaya ayahku terlihat sangat menyayangiku. Dia sangat mengasihiku tak pernah terbayang olehku, jika aku pernah merasakan manisnya kasih seorang ayah. Sekarang yang aku fikirkan hanyalah "mengapa keindahan ini berakhir?" aku melepas pelukan nenekku, dan nenekku pergi meninggalkanku. Seraya berpesan kepadaku "Ayah tetaplah seorang ayah, seburuk apapun perlakuannya terhadapmu" Aku hanya dapat merenung, tak mampu mengucapkan apa-apa. Di sudut ruang kecil ini, aku mencoba merangkai kata yang terucap di hatiku. Namun semua itu terkalahkan oleh air mataku. Air mata ini adalah ungkapan ketika bibir sudah tidak mampu berucap. Dengan perasaan yang berkecamuk aku membuka album terakhir, lagi-lagi aku melihat kebahagiaan itu. Aku tak tahu mengapa akhirnya seperti ini? Mengapa keluargaku yang dulu indah sekarang menjadi kelabu?

Ayah yang dulu selalu menimangku, selalu memanjakanku walau aku sama sekali tak mengingat kapan hal itu terjadi namun aku yakin ayahku memang benar sosok yang pantas aku banggakan. Walau aku tak lagi mengenal, mengingat bahkan mengerti lebih jauh tentang dirinya. Kenapa ayah meninggalkan aku dan ibu? Apa ayah lupa kepada anak gadis yang dulu amat disayanginya? Tapi kini ayah memilih untuk pergi meninggalkanku. Apa ayah lupa, dengan kenangan indah bersamaku? Aku berusaha tegar, menerima apapun yang harus aku hadapi. Walau aku sering dicela oleh orang-orang terlebih lagi oleh saudaraku sendiri, saudara yang seharusnya menjagaku, tapi yang mereka lakukan justru menyakitiku. Mereka selalu menganggap bahwa aku adalah anak yang tak punya ayah. Ingin aku marah tapi apa daya aku tak dapat membuktikan kepada mereka sosok ayahku. Mengapa semua tak ada yang pernah mengerti perasaanku? aku capek hidup seperti ini. Aku slalu salah di mata mereka tanpa mereka milihat dirinya. Kapan ada seseorang yang mengerti perasaanku. Kapan ada yang dapat membuatku tersenyum. Kapan ada yang bisa membuat hari ku indah laksana pelangi yang membentang di langit luas. Kesabaran ku ada batasnya. Jiwa dan batinku, dapat rapuh. Aku bukan sebuah menara.Walau di terpa badai tetap berdiri kokoh dan bertampak gagah. Aku hanya manusia biasa. Diriku dapat rapuh, aku dapat terpuruk .Aku punya hati dan hati ku bukan matahari yang slalu cerah di awan .Walau hatiku bagai matahari.Matahari pun dapat tenggelam oleh awan. Hatiku bagai bunga. Dapat merekah indah. Dan dapat layu dan juga mati. Namun itu semua adalah perjalanan kehidupan. Rasanya aku hanya dpat mengeluh tanpa bersyukur apa yang aku miliki saat ini.

Aku harus bangkit membuktikan kepada semua yang memandangku seblah mata, bahwa aku punya ayah. Dari segumpal darah aku di lahirkan. Dan aku punya ayah yang teramat menyayangiku. Ayahku sangat baik kepadaku. Walau sekarang entah dimana.

Aku yang semakin hari merindukan ayahku, aku mencoba merayu nenek untuk menceritakan semua kepadaku.

" Nek, duduk dong sini " kataku merajuk manja.

" Apa sih masak sudah besar masih aja manja"

" Boleh aku bertanya kepadamu, tentang ayah ?" nenek terdiam, dan menghela nafas panjang.

" Baiklah, apa yang hendak engkau tanyakan tentang ayahmu?"

" Bagimana sih Nek, Ayah dulu"

" Elif, ayahmu adalah sosok yang baik, sopan, berwibawa. Sholeh lagi, dia tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat"

" Lalu kenapa ayah pergi meninggalkanku Nek?" aku memberanikan diri menanyakan hal itu.

Panjang lebar nenek menjelaskan semuanya, tak terasa air mataku membasahi pipi.

Ternyata benar, ayah sangat menyayangiku. Ayah selalu menimangku, menceritakan semua harinya kepadaku. Ayah yang selalu pura-pura marah untuk membuatku merayunya. Semua hal indah yang pernah kita lakukan bersama, aku ingin mengulanginya. Apa ayah masih mengingat hal itu? Apakah ayah merindukanku sama seperti aku yang merindukannya?. Ibu slalu marah ketika aku bertanya tentangnya, " Buat apa aku memikirkan orang yang belum tentu memikirkan aku" kata ibu ketika aku bertanya tentang ayah. Tapi semua itu aku hiraukan. Dan kini aku tahu maksud kata itu, ayah sekarang sudah bahagia dengan hidup barunya, dengan anaknya yang mungkin lebih baik dari diriku. Semoga ayah tak lupa kepadaku, aku yakin ayah pasti masih menyayangiku.        

Secoret KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang