Di Balik Peristiwa Itu

23 0 0
                                    

Pagi itu terasa dingin, karena rumahku berada di kaki Gunung Kawi. Setelah bangun tidur aku membuka cendela kamarku. Aku merasakan kesejukan, aku melihat keindahan ketika burung-burung terbang di langit,lalu aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku. Hari itu hari Minggu, selayaknya anak-anak yang lain yang mengerjakan tugas hari Minggu mereka. Aku pun dengan pasti satu-persatu aktivitas aku lakukan .

Pada Siang harinya setelah selesai dari semua tugas Mingguanku. Aku hanya terdiam dalam sudut kamar,"Lif...." Sebuah suara yang mengejutkanku dalam lamunan. Tanpa basa-basi aku menghampiri seseorang yang memanggilku, dia adalah Nenekku yang kini berusia 68 tahun. Beliau mengabarkan bahwa kakak sepupuku akan datang namun kabar itu tidak membuatku bahagia. Aku pun kembali ke kamar. Kamarku adalah dermagaku, tempat aku berdiam diri di kala pulang sekolah hingga menjelang berangkat sekolah karena aku tak suka dengan keramaian dan keributan aku lebih nyaman kesepian dan kesendirian.

Kala itu aku merasa bosan, akhirnya aku putuskan untuk belajar tanpa terasa aku lupa makan. Neneku memarahiku. Aku menghiraukan suara perutku, aku tetap belajar tiba-tiba aku mendengar langkah kaki memasuki rumah, aku pun menghiraukannya. Kemudian aku penasaran siapakah yang berkunjung ke rumah. Aku berusaha mendengarkan apa yang mereka perbincangkan dari kejauhan. Tak lama kemudian kakakku dari kalimantan datang,dia adalah kakak yang sangat aku sayangi, dia sangat humoris,baik, buatku dia seperti sahabatku sendiri.namanya Chacha riana. Aku tak menemuinya karena aku sedang asyik belajar "ah... bentar lagi saja, biarlah dia mencuci kaki dan tangannya dulu, baru aku menemuinya" pikirku. " ke mana elif" kata kakakku mencariku, lalu ada perkataan yang keluar dari bibir seseorang " kalau elif ya tak mau keluar kamar. Memang anak tak tau diri" aku yang mendengarkan perkataan itu tak terasa air mata membasahi pipiku. Ketika aku mendengar cemooh dan hinaan yang lebih kejam dari bibirnya. Seketika itu aku mengurung diriku di dalam kamar. Semua isi hatiku aku ungkapkan lewat tulisan pada laptop pribadiku

"Mengapa semua tak ada yang pernah mengerti persaan ku.

Aku capek hidup seperti ini.

Aku slalu salah di mata mereka tanpa mereka milihat dirinya. Aku tak mungkin lakukan ini jika tak ada sebabnya.Kapan ada seseorang yang mengerti perasaanku. Kapan ada yang dapat membuatku tersenyum. Kapan ada yang bisa membuat hari ku indah

Kesabaran ku ada batasnya. kenapa tak ada yang mengerti aku. Kenapa ku slalu di pandang sebelah mata.Kenapa kalian slalu melihat sisi(-)ku.

Tak pernah memandang hal(+) dalam diriku. Kenapa aku di lahirkan jika hanya mendapat perlakuan seperti ini.

Mengapa.........................

Ku hanya ingin kalian menghargai perasaanku tak lebih. Aku juga punya hati. Hatiku pun dapat rapuh dan retak. Sama seperti hati kalian.Tolong jaga perasaanku. Ku tak mengiginkan apa-apa dari kalian. Ku hanya ingin kalian menghargai perasaanku. Jangan melihat kejelekanku.Aku (-) semua karna kalian. Aku jenuh dengan perlakuan kalian terhadapku.

Aku capek...

Kenapa kalian tak pernah mencari tau mengapa aku seperti ini. Slalu saja menyalahkanku. Aku hanya manusia biasa yang hina. Aku adalah anak yang mengiginkan apa yang seharusnya aku dapatkan. Dimana hati nurani kalian. Mengertilah sedikitpun perasaanku. Jiwa dan batinku, dapat rapuh.aku bukan sebuah menara. Walau di terpa badai tetap berdiri kokoh dan bertampak gagah. Aku hanya manusia biasa. Diriku dapat rapuh, aku dapat terpuruk. Aku punya hati dan hati ku bukan matahari yang slalu cerah di awan. Walau hatiku bagai matahari.Matahari pun dapat tenggelam oleh awan. Hatiku bagai bunga. Dapat merekah indah.Dan dapat layu dan juga mati. Kini ku sadari bunga di hatiku, layu dan seakan ingin pergi jauh dari bumi yang fana ini menuju alam yang kekal.Alam yang abadi di sana. Dari pada bunga ini layu, merusak pemandangan lebih baik, bunga ini maty dan hancur. Kapan bunga ini dapat tumbuh subur dan merekah seindah taman yang berhias oleh kupu-kupu. Mengapa bunga ku slalu habis termakan ulat. Mahkotaku slalu gugur karena layu.

Kapan ada pupuk yang dapat membuatku tumbuh subur.........

Hanya ada secercah harapan di hatiku.

Senyumku tak dapat meyinari perassaanku yang sesungguhnya.

Tak ada lagi sosok terang yang dapat memencinari diriku.

Hidup bagaikan roda yang slalu berputar.

Berputar seiring berjalannya waktu.

Roda kehidupan yang aku jalani.

Tak secerah yang ak harapkan selama ini.

Jika hanya benalu di hidup kalian.

Ijin aku mencari sendiri arti hidup ku.

Arti yang data menuntunku kejalan yang benar.

Ku susuri dengan irama hidupku"

Tak aku sangka ternyata apa yang aku tuliskan di baca oleh kakakku, dengan menatapku ia berkata" jangan beredih begitulah sikap bibimu, kakak pun pernah mrasakan apa yang kamu rasakan, dari kakak masih kecil hingga kakak dewasa, tapi semua itu kakak hiraukan kakak buktikan kepada mereka, bahwa aku tidak seperti yang mereka lihat". Perkataan itu membuatku menangis. Mulai saat itu aku tak pernah mau keluar kamar, tak pernah mau menjawab pertanyaan siapapun.

Sebelum aku menulis itu, aku menuis amarahku dengan semua kata-kata yang ingin aku ungkapkan,dan tulisan itu deketahui oleh bibiku, dengan tulisan itu bibiku menagis dia berkata kepada nenekku "betapa rendahnya aku,h ingga seorang anak menuliskan seperti itu kepada diriku". Semua orang memarahiku ketika itu aku merasa tak ada yang memihakku. Kakak dari ibuku bertanya kepadaku " mengapa kamu mengatakan bibimu seperti itu?". Aku hanya terdiam, tak tau apa yang harus aku lakukan.

Di balik peristiwa itu, aku merubah diriku menjadi sosok Yang pendiam. Menjadikan aku seseorang yang tak pernah lagi menangisi apa yang aku hadapi, karena aku yakin masih banyak seseorang yang jauh lebih menderita dari pada aku. Aku sadar, aku memang salah tak seharusnya aku seperti itu. Mulai peristiwa itu aku tak pernah lagi mau bertemu dengan bibiku. Karena peristiwa itu aku mampu menjadikan diri sosok yang tegar. Aku akan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang mereka katakan. Dan kini aku mampu membuktikanya. Dengan pembuktian itu aku aku tlah membuat ibuku bangga. Kejadian itu aku jadikan cambuk untuk aku terus maju. Tak pernah menyerah walau banyak rintangan yang menghadang. Di balik peristiwa itu pula aku menemukan jati diriku, yang menumbuhkan semangat dalam jiwaku. Bagiku, peristiwa itu hanyalah jalan untuk menjadikan aku lebih kuat menghadapi hari esok, menghilangkan ketakutanku kepada hari esok.

Kini, aku tak lagi dendam kepada bibiku walau dia bersikap buruk kepadaku. Aku sadar, tak pantas marah, benci dan dendam kepadanya. Aku melupakan hal itu dan aku menjadikan itu sebuah pengalaman dalam hidupku. Aku menjalani masa depanku yang kian lama kian terbuka. Tanpa memikirkan siapa sosok yang bersalah pada peritiwa itu, aku hanya menghambil hikmah dalam peristiwa itu. Aku yakin kehidupan pasti berganti. 

Secoret KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang