"Sorry, I've Fallen in love
with a terrible sin"
-Olive.
"The Sin is very sweet, right?"
-Kai..
Lolongan anjing terdengar amat nyaring, menambah rasa mencekam malam itu. Bulan di langit tampak menjadi satu bulatan penuh, indah terlihat amat indah. Namun tidak bagi seorang perempuan dengan rambut merah bernama Olive itu.
Tubuhnya sudah penuh luka goresan disana sini, memar berwarna biru keungu-unguan juga hampir menutupi seluruh tubuh kurus keringnya yang hanya dilapisi oleh kaus putih polos tipis dan celana pendek selutut yang tampak lusuh karena efek terjatuh belum lama ini.
Berkali-kali tendangan dari laki-laki yang diakuinya sebagai kekasih itu menendang perut dan tubuhnya, tapi Olive tidak menangis, rasanya matanya sudah kering bahkan jika bisa diandaikan mata cokelat terangnya itu sudah bagaikan gurun yang amat kering, saking keringnya sampai tidak ada satupun oasis.
"Bukankah sudah ku bilang jangan keluar dari rumah ketika aku pergi?!" suara berat itu sedingin es kutub. Olive tidak menjawab, ia menghiraukan perkataan laki-laki bernama Vernon itu.
"Aku hanya ingin melihat keluargaku." Olive mulai buka suara, tubuhnya yang sedang tengkurap dilantai apartemen kotor, tepatnya dibawah kaki sang kekasih itu sedikit bergerak, kini matanya menatap Vernon memelas.
"Biarkan aku pulang." Pintanya,
"Bangs*t ini!" Vernon murka ditendangnya lagi perut perempuan itu, Olive meringis menahan sakit, tapi tetap tidak mengeluarkan suara ataupun rengekan untuk meminta Vernon menghentikan perilaku kasarnya.
"Kau sudah memutuskan untuk tinggal bersamaku, itu artinya kau harus meninggalkan mereka! Kau sudah berjanji Olive!" Vernon bersimpuh didepan Olive yang memejamkan matanya malas.
"Kau bilang kau mencintaiku, kan?" Vernon memeluk tubuh ringkih itu, namun tubuh Olive yang bergetar karena sakit dan dingin tidak membalas pelukannya.
Vernon bangkit, kemudian beranjak pergi dari sana. "Aku akan membeli obat untukmu, jangan kemana-mana. Aku mencintaimu." Kemudian pintu apartemen itu tertutup, Olive membuka matanya, ia mendudukan diri kemudian menangis sejadi-jadinya.
Ia salah, pilihannya satu tahun yang lalu benar-benar salah. Ia memang sudah terbiasa diperlakukan kasar seperti ini, baik oleh Vernon maupun keluarganya. Namun, lagi-lagi Olive menyalahkan kebodohannya, ia harusnya sadar dimanapun ia berada tidak ada satupun tempat yang benar-benar menerima dirinya. Seharusnya selagi ia bisa, ia kabur dari keluarganya maupun dari Vernon. Rasanya hidup mengelandang lebih baik daripada disini.
Olive berbohong soal ingin pergi melihat keluarganya, dan ia tahu Vernon pun sudah mengetahui kebohongan itu. Olive hanya ingin pergi dari Vernon, ia ingin menjauh dari segala sakit yang Vernon berikan. Namun sepertinya kini Olive sudah terlambat, ia bak peliharaan sekarang, bukan kekasih Vernon. Kini ia adalah anjing peliharaan yang diikat dengan rantai tak kasat mata, yang dibelengu tak boleh kemana-mana.
Olive memejamkan matanya, berusaha melupakan segala hal buruk yang terjadi di hidupnya. Ia ingin bebas dari semua belengu yang dibuat oleh Vernon, Laki-laki yang telah merantainya, menjebaknya dengan kata cinta.
Tak lama Olive terlelep dalam angan-angannya, kini ia mungkin sedang bersenang-seneng di dalam alam mimpinya, di tempat dimana ia tidak bertemu orang-orang memuakan macam Vernon dan keluarganya.
.
Sosok laki-laki tinggi dengan sayap abu itu melihat Perempuan malang bernama Olive melalui puncak gedung di sebelah gedung apartemen yang ditinggali Olive dan kekasihnya. Kakinya melangkah ke ujung gedung, kemudian menatap jalanan yang masih dipenuhi kendaraan-kendaraan bermotor walau sudah tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Devil Beside ME
FantasyDia menolongku, Merengkuhku dalam pelukannya yang hangat. Membebaskan ku dari semua belengu kesedihan. Kemudian melindungiku dengan sayap abu-abunya yang kotor dan penuh luka, dia yang disebut orang-orang sebagai Iblis, dia Kai, kekasihku. _________...