Part 1

67 9 14
                                    

الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر

Sayup-sayup terdengar suara azan yang begitu menyejukkan hati para pendengarnya. Matahari pun mulai condong ke arah barat dengan sinarnya yang mulai tak tampak terik seperti beberapa jam yang lalu.

Disebuah rumah sederhana tampak dua orang gadis sedang mengimbau beberapa anak-anak yang bermain dengan asiknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Mereka mengumpulkan anak-anak tersebut untuk segera mengambil air wudhu dan menyiapkan tempat shalat.
Setelah beberapa menit melaksanakan sholat, kedua gadis itu pun pamit kepada ibu pengasuh karena hari sudah mendekati malam.

" Ibu Arni, kami pamit dulu yah. Lain kali kita akan kesini lagi," ucap Aisywa tersenyum manis sambil menyalimi tangan beliau disusul dengan temannya, Naura.

" Makasih yah nak, kami sangat berterima kasih atas kedatangan kalian. Ibu tidak tau lagi harus bagaimana jika tadi kalian tidak datang, karena anak-anak terus merengek meminta bertemu dengan kalian," balas bu Arni.

" Tenang aja bu, kita bakal sering-sering kesini kok," sahut Naura.
" Kami pulang dulu yah anak-anak, assalamu'alaikum," ucap Aisywa dan Naura bersamaan.
" Wa'alaikumussalam kakak," jawab mereka serentak.

Setelah pamit ke rumah itu, mereka pun mengambil langkah menuju tempat mobil Aisywa yang terletak tak jauh dari sana. Tak lama setelah mobil mereka melesat jauh, terdengar suara handphone Aisywa yang berdering.

"Assalamu'alaikum abi, ada apa abi menelepon Aisywa?" tanya Aisywa setelah mengangkat handphonenya.

"......................"

"Iya bi, aku akan segera kesana"

"....................."

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi, " ucap Aisywa setelah menutup panggilannya.

"Ada apa Aisy? Kenapa abi menelpon?" tanya Naura.

"Abi nyuruh aku pulang. Katanya sih ada tamu gitu," jawab Aisywa

"Oh yaudah, kita pulang aja! " seru Naura

Setelah mereka tiba di pekarangan mansion Aisywa, tampak bertengger rapi sebuah mobil dengan merk brand terkenal di depan mansionnya. Tak seperti biasanya.
Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk segera masuk ke dalam mansion guna melihat tamu yang datang.

"Assalamu'alaikum," ucap keduanya sambil melangkah pelan masuk.

"Wa'alaikumussalam," jawab orang yang di dalam mansion serempak. Tampak di sana seorang pria paruh baya bersama istrinya dan seorang pria dewasa yang tengah duduk bersama kedua orang tua Aisywa.

"Eh, sini dulu nak, ada yang ingin kami sampaikan," ucap Kamil, abi Aisywa.

"Ada apa yah bi?" tanya Aisywa ketika duduk di samping abi dan umminya disusul oleh Naura sambil menunduk dan tak berani menatap pria asing didepannya ini.

"Begini nak, kami sudah sepakat menjodohkan kamu dengan Revan, anak pak Hendra, sahabat abi," ucap abi Aisywa

Deg

Baik Aisywa maupun Naura sama terkejutnya. Mereka tak mengira bahwa secepat inikah abinya menjodohkankannya dengan pria yang sama sekali tak dikenalinya.

"Iya nak Aisywa. Mungkin ini mendadak menurutmu. Tapi tenang saja, kalian akan menikah setelah kau lulus nanti. Jadi, untuk sekarang kalian akan berta'aruf dulu," sahut Hendra, ayah dari orang yang dijodohkannya.

"Bagaimana nak? Kau setuju kan?" tanya abinya.

Sungguh, Aisywa pun dilanda rasa gugup luar biasa. Bagaimana tidak gugup, baru pertama kali ini dirinya dijodohkan dengan orang lain. Para keluarga pun sedari tadi menanti jawabannya. Setelah beberapa menit dari kebungkamannya, akhirnya dia pun bersuara.

"Emm... Bolehkah aku minta beberapa hari untuk berpikir?" tanya Aisywa hati-hati.

"Oh iya nak. Tenang saja. Kami akan tunggu jawabanmu. Dan in syaa Allah minggu depan kami akan ke sini lagi,"  jawab Hendra tersenyum walau terbesit sedikit kekecewaan setelah mendengar jawaban Aisywa tadi.

"Oh yah kami sudah menyediakan makan malam untuk kalian. Bagaimana kalau kita makan malam dulu?" ajak Zahra, umminya Aisywa.

"Iya bu, bisa," ujar Hendra mengiyakan.

Setelah acara makan malam selesai, Hendra beserta keluarganya pun pamit pulang kepada keluarga Kamil yang dimana saat itu Kamil pun sedang mengantar mereka sampai di depan mansion.

"Kalau begitu kami pulang dulu yah Mil. Maaf telah merepotkan kamu. Dan semoga saja ini permulaan yang baik untuk keluarga kita," ucap Hendra tersenyum sambil berdiri diikuti keluarga lainnya.

"Iya Ndra, semoga saja kita bisa menjadi besanan nanti," ujar Kamil sambil bersalaman dengan Hendra dan tak lupa istri Hendra yang juga bersalaman dengan Zahra, umminya Aisywa.

Tak lama setelah mereka pamit, keluarga Malik pun kembali masuk ke mansion mereka. Malik yang melihat Aisywa hendak masuk ke kamarnya, segera dipanggilnya karena ingin menyampaikan sesuatu.

"Aisywa!"

"Iya bi, ada apa?"

"Maafkan abi nak, mungkin ini berat untuk kamu. Tapi, tolong pertimbangkan niat baik mereka. Ini sudah kesepakatan kami sejak lama"

"Iya bi, akan aku pertimbangkan. Doakan yang terbaik yah bi untuk Aisywa"

"Iya nak, abi dan ummi pasti akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu"

"Iya bi, kalau gitu aku ke kamar dulu yah bi"

Aisywa pun kembali melangkah masuk ke kamarnya yang berada di tangga atas. Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seorang gadis yang mendengar pembicaraan mereka. Dia tampak berusaha keras menahan air mata jatuh di pipinya.

Cinta di Pagar SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang