"Eyyo! Ella on the street!" teriak gadis memasuki sebuah rumah yang bernuansa klasik itu.
Sang penghuni rumah menampakkan dirinya dan tersenyum ke arah Ella –gadis yang baru saja berteriak tadi-. Kenzo–si penghuni rumah- mengajak Ella masuk ke dalam rumahnya.
Ella duduk di ruang tamu lalu mengambil sebuah toples berisi jajanan dan memakannya, "Bunda mana?" tanyanya sambil mengunyah biscuit.
Kenzo mengambil remote tv yang ada di meja lalu menghidupkannya, "kitchen, she's waiting for you," ucapnya lalu mengambil biscuit yang ada di toples tadi.
Ella berdiri dari duduknya lalu meninggalkan Adhit sendirian di ruang tamu menuju dapur. Belum sampai di dapur, ponsel Ella berdering. Ia mengambil ponsel yang ada di sakunya dan melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.
Tak menunggu lama, sedetik kemudian ia menjawab telefon tersebut dengan wajah yang sangat bahagia. "hallo?" Ella membuka percakapan.
Tidak sampai lima menit Ella menjawab telefon, ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berjalan kea rah dapur.
Di dapur, sudah ada seorang wanita paruhbaya yang masih terlihat sangat bugar dan di wajahnya terpancar aura yang membahagiakan. Ella sangat senang memandang wanita ini, rasanya begitu bahagia melihatnya tersenyum. Setidaknya, karena dialah Ella tau bagaimana kasih sayang seorang ibu, walaupun bukan ibu kandungnya.
Sedikit cerita, Ella dan saudara kembarnya, Ezra telah ditinggal oleh sang Ibu sejak mereka lahir. Sang Ibu tak bisa lagi bertahan saat Ella sudah hadir di dunia, sempat sang Ibu tersenyum bahagia bahwa dua malaikat kecil sudah hadir di hidupnya, tapi beberapa detik kemudian nafas berhenti berhembus.
Tangisan Ezra dan Elia terdengar lebih keras lagi, seolah-olah mereka mengerti apa yang sedang terjadi saat itu. Sang Ayah tak bisa menahan air matanya, di hari yang sama, kebahagiaan dan kedukaan menghampirinya bersamaan. Dipeluknya dua malaikat kecil yang akan membuat memori baru di hidup sang Ayah, air matanya terus keluar, suasana sangat buram, hanya ada warna putih dan abu-abu.
Akhirnya, sang Ayah merawat dua anaknya dengan tegar, ia terus bersabar merawat mereka, penuh kebahagiaan dan ketulusan. Tentu, sang Ayah mendapat sedikit bantuan dari tetangganya, Ibu Adhit, ialah yang menjadi Ibu pengganti si kembar. Sejak itulah, Ezra dan Ella sangat dekat dengan keluarga Adhit.
"Bunda!" panggil Ella.
Yang dipanggil menoleh dan menampilkan senyum hangatnya, senyuman ini yang selalu membuat hati Ella tenang ketika sedang merasa kacau.
Ella mendekat ke arah sang Bunda lalu mencium pipi sang Bunda. Bundanya hanya tersenyum lalu mengelus kepala Ella.
"oh! Bunda udah siap-siap? Kayaknya hari ini Bunda semangat banget ya, haha!" ucap Ella melihat bahan dan alat untuk membuat kue di meja yang ada di dapur.
Bunda hanya tertawa kecil, "iya dong! Kan Ella bilang katanya Ella dapet resep kue baru, Bunda jadi semangat banget!" ucap Bunda sambil menunjukkan ekspresi semangatnya.
Ella tertawa lalu ia mengeluarkan sepucuk kertas kecil yang berisi resep yang akan ia gunakan untuk membuat kue bersama Bunda.
Dulu, Bunda tak bisa memasak, sama sekali tidak bisa, mungkin hanya bisa memasak mie, telur, dan merebus air saja. Bunda tak ada niat ataupun tertarik dengan memasak, tetapi, saat Ella SMK, ia mengambil jurusan tataboga, lalu ia memasak untuk bunda di dapur rumah Kenzo.
Sang Bunda mulai tertarik dengan memasak, apalagi saat mencicipi makanan Ella, ia semakin tertarik dengan itu semua. Akhirnya, ia memutuskan untuk belajar dengan Ella, sampai sekarang. Saat Ella mendapatkan resep baru, bunda sangat bersemangat akan belajar memasak bersama Ella.
"emm Bun, kayaknya kita kekurangan satu bahan," kata Ella saat melihat-lihat bahan-bahan yang sudah disiapkan oleh Bunda.
"Kurang? Padahal bunda udah beli bahan-bahan yang biasa kita pakai loh,"
"Resep yang satu ini perlu susu cair, Bun,"
"oh? Gitu ya? Ya udah biar Bunda suruh Kenzo beli ya,"
"Oke, Bun,"
Bunda akhirnya memanggil Kenzo, lalu datanglah seorang laki-laki yang berketurunan Inggris itu.
"Can you buy me some fresh milk at supermarket?" ucap sang Bunda, Kenzo memang berketurunan Inggris, sang Ayah berasal dari sana, dan ia baru dua tahun ini tinggal di Indonesia, karena dari umur tujuh tahun, ia tinggal di kampung halamannya, juga, Kenzo masih bisa mengerti bahasa Indonesia karena sang bunda yang selalu mengajarinya.
"Me?"
Bunda hanya menganggukkan kepalanya sedangkan Ella masih mengecek bahan-bahan yang akan dipakai nantinya.
"Hurry up, Bunda mau bikin kue,"
Tiba-tiba, Kenzo memegang perutnya lalu wajahnya berubah seperti kesakitan, "oh my, mom, kayaknya Kenzo gak bisa keluar, perut Kenzo sakit banget," keluhnya sambil menampilkan ekspresi kesakitan.
Ella menatapnya sinis, ia tau Kenzo hanya menipu, jadilah ia menendang kaki sebelah kiri Adhit sampai ia terdorong dan menabrak kulkas di belakangnya.
"Aw! Hey! Why did you do that?!" seketika ia melupakan bahwa perutnya sedang sakit, ia malah memegang kepala dan punggungnya yang sakit karena terbentur.
Ella menampilkan senyum miring dan tatapan remehnya pada Kenzo, ia menyilangkan tangannya, "you said your stomach hurts, right?"
Kenzo melebarkan matanya seketika, lagi-lagi ia memegang perutnya lalu memasang ekspresi sakit seperti tadi.
"Yup, He's lying," ucap Ella sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
Bundanya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Kenzo, sedangkan Kenzo hanya terkekeh. "Mau bohong lagi?" Tanya Bundanya.
Kenzo hanya tersenyum malu, lalu melototi Ella yang masih minum air putih dengan santai lalu menaikkan bahunya.
"Cepet beli sana," ucap bundanya.
Dengan ekspresi lemas Kenzo membalikkan badannya meninggalkan bunda dan Ella yang tersenyum ringan melihat si pembohong yang gagal itu.
----
:') hope u guys like it.
YOU ARE READING
°we're just bestfriend°
Novela Juvenil"kalian pacaran?" "duh, berduaan terus," "wah bu, ini menantunya?" "kalian cocok deh," "TOLONG YA, KITA INI SAHABAT, GAK LEBIH!"