Falea Auberte
.
.
.
.
.
.Pagi ini rasanya ngantuk menghujani, gue masih menggeliyat di atas kasur kesayangan gue.
Hari ini adalah hari pertama di semester kedua setelah liburan yang sangat singkat--menurut gue. Malas masih mengikat kuat, membuat mata gue berat terisolasi.
"Non, Non Lea bangun!" Suara Bi Puput dan ketukannya masih menjadi lagu penyenyak tidur. Gue masih males dan ogah buat ke sekolah.
Brak!
Gue buru-buru bangun dan duduk di atas ranjang. Setengah sadar, gue buka dan tutup mata memfokuskan cahaya yang masuk.
Sedikit bayangan di depan pintu yang gue yakini didobrak itu perlahan menampilkan wajah yang gue kenal.
"Ha?" Gumam gue menaikkan satu alis.
"Bangun! Kebo banget sih. Dah jam tujuh nih, telat lo."
Gue berdecak malas, bukan tanpa alasan. Tapi dia ngomong telat terus ngomelin gue padahal tuh bocah juga telat.
Malas babibu lagi, gue berdiri dan masuk ke kamar mandi. Puas dengan air, gue dan tuh bocah berangkat ke tempat yang ngebosenin pakai bgt!
Seperti biasa gue manjat pagar samping sekolah yang gak terlalu tinggi. Disusul cowok yang ngebawa gue ke sekolah.
"Bang, duluan!" Ucapku meninggalkan cowok itu sendirian.
Yah, cowok yang udah dobrak pintu kamar gue gak lain ya Abang gue sendiri. Cowok badboy yang jadi idaman cewek se-sekolah.
Kadang gue juga heran sama mereka yang bisa-bisanya tergila-gila sama si tengil. Tapi gimana juga si tengil itu juga abang gue, sekaligus kembaran. Gak heran juga sih, karena adeknya yang cantik ini juga dikelilingin sama cogan.
Gue jalan sesantai mungkin untuk ke kelas, di depan pintu gue lihat Masha dan Dara--dua sohib gue yang paling ngertiin. Gak kaya dia yang ninggalin karena gak ngerti...apasih bucin
"Eh Lea!" teriak Masha dengan senyum khasnya, sedangkan Dara masih memperhatikan kelas yang kosong karena para penghuni sekolah sedang upacara.
Gue ngelambai saat sapaan Masha nuju ke gue. Dengan santai kaki ini menghampiri mereka, tanpa gue tahu tiba-tiba ada yang tarik rambut ekor kuda gue dari belakang.
"Bagus ya, jam segini masih leha-leha di koridor," tutur lelaki parubayah dengan seragam pekerjaannya.
Sedangkan ketiga murcannya hanya menampilkan deretan giginya seakan tak merasa bersalah.
"Pagi Bapak tampan!" sapa Masha dengan senyum khasnya, tak lupa matanya yang mengerjab dengan imut.
Diantara kami bertiga, gue akui Masha adalah yang paling manis. Tapi jangan tanyakan isi otaknya yang tak penuh.
Melihat tingkah trio pembuat onar sekolah itu membuat guru berpendidikan Konseling itu naik pitan. Dengan sekuat tenaga dari sarapannya ia teriak meminta murid-muridnya ke lapangan untuk upacara.
"Dara, Masha, Lea, cepat ke lapangan upacara!"
Setelah teriakan dari Bapak guru BK itu membuat Dara, Masha, maupun Lea lari menuju ke lapangan.
Hallo, ketemu lagi....
Kuy, follow dan vote ya!
Komennya An tunggu🤗Salam imut, An😆
👇
👇
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Zean
Teen FictionCinta itu hanya mainan yang membuatku bisa bahagia _Falea Auberte_ Cinta adalah kata yang sering kudengar, sayangnya ia tak bisa kurasakan _Zean Gaelan Everhard Adhitama_ Imajinasi tokoh ada di diri kalian para pembaca 😉