Namaku Nesha biasa dipanggil Ines. Aku hanyalah gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. Cantik? Aku juga gadis tidak populer yang memiliki wajah dibawah rata-rata alias biasa-biasa saja tidak ada yang bisa kubanggakan, otakku pun sangat tumpul, hanya satu yang patut diacungi jempol pantang menyerah selalu mencoba dan mencoba walau selalu gagal dan gagal lagi dan hobiku adalah memasak.
Setiap hari aku selalu membantu ibuku di kedai kecil-kecilan depan rumah. walaupun begitu hidupku sangatlah damai tidak ada yang menggangguku. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama dan kedamaian itu berubah saat kakiku menginjak sekolah tingkat atas (SMA), kalian pasti tahu anak-anak yang memasuki masa remaja pasti sangat menjengkelkan bahkan mereka akan mengkritik cara berpakaian, berjalan dan hal-hal sepele lainnya, mungkin mereka yang biasa disebut populer akan sangat membutuhkan kritikan-kritikan itu tapi tidak bagiku, aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang styleku.
Hari ini adalah hari pertamaku di sebagai siswi SMA di sekolah Pelangi Nusantara. Aku harus menjalani serangkaian Masa Orientasi Siswa (MOS) selama tiga hari berturut-turut, acara ini sangat melelahkan karena membuatku bertingkah seperti orang gila, menuruti semua kemauan kakak-kakak panitia masih teringat di kepalaku bagaimana salah satu kakak panitia memintaku akting drama di depan seluruh siswa-siswi MOS. Untungnya aku di sekolah ini tak sendirian. Aku masuk ke sekolah ini bersama seorang temanku, Nia. Ia sangat baik dan selalu mendengarkan ceritaku dari awal perkenalan hingga MOS hari ini.
heiii kamu, maju!!" aku yang saat itu tengah memikirkan entah apa itu tak mendengar saat salah satu dari kakak panitia memanggilku dan parahnya dia adalah panitia yang paling sadis menurut teman-teman seangkatan lainnya.
"apa kamu tuli, hah!" Dia membentakku tetapi aku masih tidak mendengarnya karena fokusku masih terbagi.
"heiii!!!" sekali lagi ia membentakku dan aku masih tidak mendengarnya.
"Ines, sssttt..." suara Nia yang ada di sebelahku menyadarkan aku dari lamunan panjang yang tidak ada artinya. Aku dicubitnya sampai lenganku mati rasa seraya cengengesan ke arah panitia dan tanpa sadar aku menjadi pusat perhatian dari anggota MOS hari itu.
"ada apa?" ujarku dengan nada sedikit kesal sebelum menyadari apa yang terjadi dan aku sangat malu padahal selama hidupku aku berusaha bersembunyi tanpa menimbulkan masalah namun kali ini sepertinya akulah yang telah memulai masalah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Apakah aku sanggup melewati masa-masa SMA ku?
Mengingatnya saja membuatku ingin memngubur diri ke dalam inti bumi, mungkin sedikit berlebihan.Aku disuruh maju ke depan oleh kakak kelas yang menyeramkan itu. Ia menyuruhku mempraktekan sebuah drama cinta yang menurutku menjijikan.
"sayang, mengapa kau tinggalkan aku hiks... hiks...!"
"aku mencintaimu sayang, kumohon jangan tinggalkan aku hu... hu... hu...!"
"bagaimana aku menjalani hidup tanpamu di sisiku huaaa...!" aku meraung-raung seperti orang gila dan menjadi bahan tertawaan, akting ditinggalkan kekasih bahkkan aku tidak memiliki pasangan untuk menjadi lawan main, lucu sekali. Setidaknya mereka menyediakan seorang laki-laki untuk kulampiaskan saat itu bukannya meraung-raung akting sendirian bahkan telingaku saja rasanya mau tuli mendengar teriakan dari mulutku sendiri.
Aku berharap apa yang terjadi waktu itu tak ada yang mengingatnya, aku harap mereka lupa ingatan dan tak mengenaliku.
"sial, bagaimana bisa aku bernafas selama tiga tahun di sekolah ini setelah kejadian memalukan itu." desisku. "Aku benar-benar malu, ugh."
Setelah aku memainkan drama itu seorang diri, aku buru-buru untuk meninggalkan lapangan itu karena aku benar-benar malu dengan apa yang baru saja aku lakukan di depan para peserta MOS.