Janji Suci

440 51 5
                                    

audreymilk_

Hari ini menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh seorang Doyoung Ananta. Hari yang sudah dia tunggu-tunggu selama tiga bulan terakhir ini berakhir dengan sangat membahagiakan apalagi saat dia selesai mengucapkan janji suci sehidup semati dihadapan pendeta, keluarga, dan juga teman-temannya, tentu saja juga dihadapan Tuhan. Demi seseorang yang begitu dicintainya, perempuan yang saat ini telah resmi menjadi istrinya, Sejeong  Faranisa.

Doyoung tidak bisa berhenti untuk tersenyum melihat istrinya yang saat ini berdiri disampingnya juga tersenyum begitu bahagia dihadapan tamu undangan yang hadir diacara resepsi mereka.

"Nggak capek senyum terus?"

Sejeong menoleh sedikit dan menggeleng pelan.

"Soalnya aku seneng banget!"

"Senyumnya jangan manis-manis. Aku gak mau nanti kalau ada yang kepincut." Sejeong tertawa renyah dan memukul bahu suaminya itu geli.

"Sejak kapan pinter ngegombal? Biasanya kaku kayak kanebo kering."

"Heh! Biasanya juga kugombalin!"

"Apanya?! Kamu itu nyebelin setiap detik!"

"Hayo kalian pengantin baru!!" Doyoung dan Sejeong spontan menoleh saat Ten dan Joy berdiri dihadapan mereka untuk memberikan ucapan selamat. Mereka saling bersalaman satu sama lain dan berbincang singkat lalu mengambil foto bersama.

"Luluh juga Doy sama si Sejeong!" Sejeong memberikan gesture meninju untuk Ten yang tertawa menggoda mereka.

"Ya.. gimana gak luluh ya, Ceweknya cantik gini kan?"

"Halah! Gayamu Doy! Mentang-mentang udah nikah! Jagain itu istrinya!"

"Siap!!" Ten dan Joy memberikan selamat sekali lagi pada mereka dan meninggalkan mereka.

Tamu undangan semakin lama semakin berkurang dan memberikan waktu luang agar keduanya bisa duduk dan beristirahat setelah seharian berdiri untuk menyalami para tamu.

"Capek?" Doyoung memegangi lengan Sejeong dan membantu perempuan itu untuk duduk. Dia beberapa kali menyentuh kakinya dengan wajah kesakitan.

"Sini sini.."

Doyoung agak sedikit membungkuk untuk melihat kaki istrinya itu, melepas heels yang dia gunakan dan melihat tumitnya yang lecet karena terlalu lama memakai sepatu hak tinggi itu.

"Ini lecet loh.."

"Ih?? Beneran lecet?"

"Iya.."

Doyoung berdiri dan meninggalkan Sejeong sebentar untuk mencari sesuatu dan kembali sambil membawa sebuah hansaplas dan segera menutup luka lecet di kaki Sejeong.

"Untung disediain p3k!"

Doyoung kembali memasang sepatu heels Sejeong dan duduk tegap seperti semula. Tangannya meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat.

"Seneng?"

"Tadi aku udah ngomong ke kamu, loh!"

"Iyaa, maaf. Soalnya aku juga seneng."

"Bohong."

Doyoung melirik Sejeong dan menatap tajam perempuan itu. Sejeong hanya bisa menahan tawanya dan memukul lengan Doyoung agar laki-laki itu tidak menatapnya lagi. Semakin lama Doyoung menatapnya, semakin terlihat aneh menurut Sejeong.

"Coba aja udah di rumah."

"Kenapa?"

"Mau kuserang." Doyoung menyeringai dan membuat Sejeong tertawa terbahak. Dia memukuli lengan laki-laki itu berkali-kali untuk menutupi rasa gugupnya.

Mungkin bukan hal baru bagi Sejeong jika Doyoung suka menggombali dirinya, namun perasaan itu tidak sebahagia sebelumnya. Perjuangannya dengan terus mengejar Doyoung tidak berujung sia-sia. Dia bahagia bisa menikah dengan laki-laki yang sangat dicintainya.

Walaupun Doyoung suka membuang makan siang buatannya, atau sering tiba-tiba marah-marah padanya, terkadang menurunkan Sejeong ditengah jalan saat mengantarnya pulang. Sejeong biasa saja, walau sering mendapat penolakan dari Doyoung, bahkan pernah melihat Doyoung berkencan dengan perempuan lain, Sejeong berusaha tetap jadi dirinya sendiri.

Memang benar jika seseorang selalu ada di masa-masa sulit, hal itu lebih bisa menggugah hati untuk menerima keberadaan seseorang itu. Dan Sejeong berhasil mempraktekkannya.

Saat penelitian Doyoung gagal, membuat laki-laki itu harus menunda skripsinya satu tahun. Ditambah lagi dia kesulitan melanjutkan S2 maupun mendapat pekerjaan. Dengan waktu yang Sejeong punya disela-sela pekerjaannya, dia berusaha membantu Doyoung dan memberi semangat. Orang-orang, perempuan-perempuan yang dulu mengejar-ngejar Doyoung perlahan menjauh saat laki-laki itu terpuruk. Hal seperti meninggalkan Doyoung sama sekali tidak terpikir di benak Sejeong walaupun dia bukan siapa-siapa.

Dan berujung manis. Semua berjalan lebih lancar dengan Sejeong yang selalu berada disampingnya. Laki-laki itu sadar jika perempuan itu benar-benar tulus padanya dan itu yang membuatnya memberanikan diri untuk mempersunting perempuan itu segera setelah dia mendapat kesuksesannya.

Kegiatan resepsi berakhir. Doyoung membantu Sejeong berjalan menuju mobil yang mengantar mereka ke rumah. Mereka saling bergandengan tangan dan keduanya sama sekali tidak berniat untuk melepasnya. Saling mengobrol satu sama lain selama perjalanan ke rumah untuk mengisi waktu membosankan di tengah kemacetan ibukota.

"Nanti langsung kuserang ya?" Sejeong melirik tajam laki-laki disampingnya. Tangannya menghempaskan kuat tangan yang sedang digenggam laki-laki itu.

"Apa sih ngomongnya?! Aku gamau ngasih jatah! Bodo!"

"Kok gitu?!!"

"Gak denger!!"

"Ihhh, Sejeong!!"

Dan untuk saat ini, kebahagiaan mereka benar-benar sederhana. Dengan mereka tetap terus berdua seperti sekarang dan selamanya.

***

🌸THE END🌸

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DoJeong Project 2nd Years 'StarBlossom'🌸⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang