Si Puteri Salju

832 61 10
                                    

beshine_jkiki

Doyoung's POV

Dulu gue pernah baca dongeng si Putri Salju yang punya sifat ceria dan baik hati ke semua orang. Gue nggak tahu kenapa setelah baca itu gue jadi mengharapkan gadis impian seperti dia. Walau gue laki-laki yang kebanyakan tidak suka dongeng seperti itu. Tapi tidak bisa dipungkiri juga kalau gue berharap di masa depan nanti gue bertemu dan memilikinya. Aduh.. halu banget gue.

Tapi.. hmm, gimana ngomongnya? Gue udah ketemu sama dia, si sosok Putri Salju ini. Tapi dia beda dari karakter yang gue impikan ini. Tapi lagi.. gue suka sama dia. Gimana dong?

⛄si-puteri-salju⛄

Saat memandang dia, entah kenapa gue merasa waktu berhenti dan gue enggak inget kalo gue lagi napas. Walau dengan jarak yang jauh sekali pun, dibentang oleh puluhan meja kayu sekali pun, gue tetap memandang dia seolah dia bisa hilang begitu saja. Tuk..

"Shit.. sakit, be-- eh, Pak Minho!"

"Bilang apa tadi kamu, hah?"

"Maaf, Pak.. saya keceplosan." gue meringis setelah dijitak dan saat tahu siapa yang jadi pelakunya. Serius, gue kira tadi Soonyoung yang jitak gue.

"Sekarang kamu keluar dari kelas saya. Udah ngelamun terus misuh lagi. Cepat keluar!"

"I-iya, Pak.. " dan dengan berat hati, gue bangkit dan berjalan keluar dari kelas.

Mungkin atas insiden itu, temen-temen pada ngetawain gue. Tapi ada hal yang berhasil membuat gue terkejut. Si Putri Salju.. tersenyum sembari menatap bawah. Ini gue enggak halu kan?

⛄si-puteri-salju⛄

Pada akhirnya, Pak Minho cuman nasehatin gue. Orangnya memang kelihatan garang, tapi itu cuman perawakannya. Intinya, dia cuman kasih tahu kalo gue enggak boleh ngelamun apalagi bicara kasar kayak tadi. Gue merasa terharu.

Sekarang sudah waktunya pulang dan kalau sudah seperti ini anak-anak lari terbirit-birit untuk segera pulang. Entah pulang ke rumah atau nongkrong dulu.

Kebetulan hari ini enggak ada jadwal ekskul padus, jadi bisa pulang cepet. Tapi sebelum itu, gue pergi ke loker dulu untuk mengambil baju olahraga gue. Deg..  doi gue.

"Ha-halo, Sejeong!" aduh.. kenapa pake acara gugup sih?

"Halo, Doyoung.. " aduh, suaranya bikin abang meleleh.

"Euh.. kok belum pulang?" bentar! Pertanyaan apa ini?!

"Kalo udah, kamu pikir aku di sini ngapain?"

"Hehe.. basa-basi, Jeong." bener-bener malu-maluin banget gue. Kalo ada Soonyoung, pasti udah diledek habis-habisan gue.

Gue lihat dia sudah selesai melakukan aktivitasnya, bersamaan dengan gue yang sudah ambil pakaian olahraga. Aduh.. tanda emang udah jodoh.

"Ma-mau pulang bareng?" bisa enggak sih kegagapan ini menghilang?

"Pulang bareng gimana? Emang kita searah?" tanya Sejeong yang sudah mengunci lokernya. Buru-buru gue juga kunci loker gue.

"Euh.. enggak sengaja aja gue lihat lo di sekitar kompleks rumah. Jadi, gue pikir kita searah." mana ada enggak sengaja! Sengaja gue mah ngikutin bis dia sampai jalan ke rumah.

"Kamu yakin?" aduh.. apa sih yang enggak yakin buat neng cantik? Yakin buat meminang kamu juga udah 1000 persen aku.

"Iya.. yakin banget kok!" gak sopan! Malah ngegas gue.

"Makasih ya.. jadi irit uang."

"Iya.. sama-sama, can-- eh, Sejeong.. iya."

⛄si-puteri-salju⛄

Beneran dong ini! Nganterin gebetan! Aduh.. malu-maluin banget gue. Kalo Soonyoung lihat, beneran habis gue sama dia.

"Itu.. rumah yang pager hitam." dan gue segera melakukan apa permintaan sang puteri.

"Makasih udah nganterin dan maaf jadi ngerepotin." ujarnya setelah turun dan memberikan helm ke gue. Yah.. biasa gue emang sering bawa dua helm. Soalnya sama nganterin kakak perempuan gue. Tapi kalo pulang enggak, karena jamnya beda.

"Enggak ngerepotin kok. Santai aja.. " ujar gue sembari cengir nggak jelas. Emang enggak jelas hidup gue ini.

"Ya udah, aku masuk dulu ya?"

"Eh.. tunggu!" cegah gue saat Sejeong hendak masuk ke rumahnya. Dia memasang wajah bingungnya.

"Euh.. Jeong! Kamu tau enggak kalo jantung sama otakku lagi enggak normal? Kamu tau alasannya nggak?"

"Kamu punya penyakit?" duh.. kok jawabnya gitu sih? Perhatian deh..

"Eh.. bu-bukan! Aku sehat kok. Saking sehatnya aku enggak bisa kontrol jantung sama otakku ini. Kamu tau alasannya?"

Sejeong menggeleng dan gue semakin tersenyum lebar.

"Karena di depanku, ada sosok Puteri Salju cantik yang entah kenapa seharusnya dia diracuni oleh buah apel, tapi rasanya kayak aku yang diracuni. Bukan karena sebuah apel, tapi karena pancaran cantik yang kamu hasilkan. Aduh.. "

Gue berpura-pura menyentuh dada kiri gue, seakan menahan sakit namun dengan wajah ceria. Sembari menunduk tapi gue bisa melihat Sejeong menarik ujung bibirnya. Mungkin dia merasa geli dengan gombalanku ini.

"Oh ya.. kalo Puteri Salju disebut demikian karena kulit putihnya, kamu kusebut demikian karena sifat dingin kamu." lanjutku kembali dan membuat Sejeong menatap tak terima atas ujaranku.

"Eh.. walau begitu, aku tetep suka sama kamu. Nggak peduli kalo sikapmu yang cuek dan dinginnya minta ampun. Aku suka kamu apa adanya."

Dan kali ini, Sejeong tak bisa menahan gelak tawanya. Gue enggak merasa tersinggung kok, malah gue seneng bisa melihat tawanya untuk pertama kali sebagai orang pertama yang melihat tawa cantiknya itu. Ah.. dia semakin cantik..

SELESAI

DoJeong Project 2nd Years 'StarBlossom'🌸⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang