/Jungkook's Daddy/
|I warn you for many reasons|
|Take your time, guys|
"Daddy aku harus apa?""Hanya turuti perintah Daddy Sayang,"
...
Taehyung memasuki kamarnya dengan perasaan campur aduk, bunyi debuman pintu menggema pekak setelah sebelumnya ia tutup dengan keras.
Raut wajahnya amat kacau, sesekali telapak tangannya mengusak bagian mukanya kasar.
Likuid bening miliknya tak ada henti lolos begitu riak dari pelupuk matanya.
Ini sungguh keterlaluan, dan Taehyung hampir menyerah dengan keadaan.
Pikiran untuk pergi dari tempat mencekam ini seolah membeludak, berangsur-angsur mendorong dirinya untuk pergi menjauh.
Taehyung bangkit dari duduknya, perlahan mendekat ke arah cermin yang menjadi satu bagian dengan lemarinya.
Menatap refleksi dirinya sendiri lewat bias dalam cermin, matanya bengkak dengan rona merah meliputi sekitar kelopaknya. Bibirnya bergetar hebat, isakan pilu berlomba-lomba keluar dengan ramai.
"Aku merasa ini sudah keterlaluan, tapi aku juga bingung harus seperti apa?!" lirihnya pada pantulan dirinya sendiri.
Setelah itu, ia kembali mendekat ke arah ranjang. Bersiap untuk berbaring, tidur sepertinya cukup untuk membuat pikirannya tenang. Setidaknya untuk sementara waktu.
...
"Jimin, Taehyung itu akan datang tidak?" Yerin, salah satu teman kelompok Taehyung juga Jimin berujar penasaran. Sebab, Taehyung tidak hadir setelah hampir satu jam lamanya.
Jimin sendiri menggaruk tengkuknya canggung, bingung juga harus menjawab dengan apa.
"Iya, hampir setiap kali pertemuan dia tidak bisa hadir. Sebenarnya ada apa?" Jisung ikut bersuara karena sosok Jimin tak kunjung menjawab pertanyaan yang diajukan.
Pada akhirnya remaja Park ini membuka mulutnya, "aku tidak bisa mengatakan hal yang lebih rinci dari ini, tapi yang jelas kalau memang kita berada pada satu kelompok yang sama setelah ini. Usahakan untuk mengerjakan tugas di kediaman Taehyung," itu yang menjadi jawaban Jimin.
Ada kerutan samar pada kening Jisung juga Yerin ketika mendengar kalimat Jimin, namun tak lama kemudian menganggukan kepala sebagai persetujuan.
"Baiklah, tugas ini sudah selesai. Jadi, aku pamit pulang lebih dulu." Jimin berucap pelan, setelah menerima anggukan kepala dari anggota kelompoknya itu ia lantas bergegas pergi dari Cafe.
...
"Jungkook, Hyung ingin bicara sebentar denganmu." Tanpa tedeng aling-aling Seokjin menarik tangan kanan adiknya untuk mendekat pada sofa di ruang tengah.
Memaksa adiknya untuk duduk dengan tenang, lalu dirinya ikut mendudukkan diri juga setelahnya.
"Dengarkan ucapan Hyung," Jungkook mengernyitkan keningnya menunggu lanjutan kalimat Hyungnya itu.
Seokjin menghembuskan napasnya pelan, setelah mantap dengan apa yang akan diutarakan ia mulai berkata, "sikapmu keterlaluan, kau terlalu mengekangnya. Hyung paham dengan apa yang kau pikirkan, cukup menonjol dari segala bentuk tindakanmu."
Jungkook memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan dengan jelas apa yang Hyungnya itu bicarakan.
Satu yang pasti, Jeon Taehyung adalah kata kunci pembicaraan mereka kali ini.
"Kau tahu semakin kesini tingkahmu semakin menjadi Jungkook, kau jadi sulit mengontrol segala sikapmu. Bukan maksud Hyung untuk menggurui, tapi tolong dengarkan baik-baik." Ucapnya menjeda, "jika sikapmu terus seperti ini, maka jangan salahkan siapapun kalau-kalau Taehyung pergi dari sisimu. Dia masih remaja, sifatnya masih kental dengan rasa berontak yang kuat. Semakin dirimu mengekang maka semakin cepat juga diri Taehyung menjauh darimu."
Jungkook menatap nyalang entitas Hyungnya, "jika pembicaraan ini untuk mengubah segala macam belenggu yang kubuat untuk Taehyung, maka ini harus diberhentikan secepatnya. Karena sungguh, aku masih sedikit memiliki toleransi untuk tidak melakukan kontak fisik lebih denganmu Hyung. Sekali lagi kuingatkan, jangan pernah lagi membicarakan hal ini padaku. Jangan pernah lagi mengusik kehidupanku dan Taehyung, selama kau masih mau tinggal di tempat ini." Setelahnya sosok Jeon Jungkook pergi meninggalkan Seokjin yang membatu di tempat. Bergeming diliputi keheningan.
Kalimat terakhir adiknya itu poin pentingnya, "apa maksudnya adalah aku harus pergi dari tempat ini jika masih terus melolong padanya? Bajingan kecil itu." Manik kelam miliknya berkaca, begitu tak percaya dengan perubahan drastis sosok adiknya itu.
"Yang tak pernah kau tahu adalah tingkah lakumu bisa jadi malapetaka untuk Taehyung sendiri, Jungkook." pikiran tentang panggilan telepon dari sosok Ibunya kemarin siang menjadi momok tersendiri untuk diri Seokjin.
...
Taehyung terjaga dari tidur lelapnya ketika merasa terusik akan sesuatu yang mengganggu.
Berbaring di tengah ranjang dengan manik menatap langit-langit kamar.
Begitu kesadarannya penuh, dirinya menengok ke arah samping tubuhnya yang kini telah terisi oleh sosok tampan Daddy nya.
Pantas saja bagian perutnya terasa berat, ternyata salah satu lengan kekar milik pemuda Jeon itu melingkar penuh pada bagian itu.
"Daddy," berusaha untuk membangunkan sosok itu saat manik cokelatnya tak sengaja menangkap waktu yang sudah cukup sore pada jam diatas nakas.
Jungkook sendiri terbangun perlahan karena suara yang begitu dikenalnya itu merasuk pada pendengaran tajamnya.
Menyungging senyum ketika melihat raut wajah si manis yang kini merengut tepat di sampingnya.
Hatinya mencelus tak kala manik kelamnya menangkap mata sembab milik Taehyung. Kentara sekali sehabis menangis, merengkuh tubuh ringkih itu untuk ia dekap hangat.
Kepala dengan surai madu itu diletakkan pada bagian atas dada bidangnya. Menghirup feromon kuat khas milik kesayangannya itu dengan serakah untuk merilekskan beban pikirannya.
Sembari tangannya tak henti mengelus lembut surai harum tersebut, ia berucap. "Kau harus tahu, bahwa Daddy teramat mencintaimu sayang."
Anggukan pelan milik si manis dapat jelas Jungkook rasakan pada bagian dadanya.
Selanjutnya hening merambat di tengah geming mereka berdua.
Sampai pada akhirnya kalimat merujuk milik Taehyung meraih segala atensi miliknya.
"Daddy aku harus apa?" kalimat ini meluncur begitu ragu dari labium milik Taehyung.
Jungkook menyungging senyum tampan nan kelam, "hanya turuti perintah Daddy sayang." Taehyung mengangguk dengan rasa ragu begitu menekan dadanya. Saling mengeratkan pelukan pada tubuh masing-masing setelahnya.
Taehyung dengan keluguan hatinya, juga Jungkook dengan seringai egois yang terpatri penuh makna pada belah bibir seksinya.
Tbc...
Vote dan komennya😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook's Daddy [PDF Tersedia]
Fanfiction"Aku bukan lagi Taehyung yang dulu!" "Kau tidak bisa bersikap begini Taehyung!" Sekuel dari Jungkook Daddy. BxB. I warn YOU⚠