Dengan segera aku mendekati papah, “Kenapa papah selalu gunain mamah untuk mengancam aku” Ucapku dengan sedikit penekanan.
“Karena dengan begitu kamu akan mendengarkan papah” Ujar papah yang nadanya agak tinggi. Lalu papah mengusap wajah, seperti frustrasi.
Aku sedikit menjauh dan menatap papah dengan tatapan sendu, “Papah selalu ingin di dengar tapi apa papah pernah mendengarkan Luna”
Papah beranjak menuju mejanya, “Bukannya begitu Luna, papah ini cuma ingin yang terbaik untuk kamu, nak”
Aku hanya terdiam, dan menuju sofa tadi. Kami pun terdiam. Entah kami merasa sulit untuk menemukan topik pembicaraan yang hangat seperti dulu.
“Udah sekarang kamu ikut Arjuna sekarang. Acaranya mulai jam 7 malam. Nanti Arjuna juga yang jemput kamu.” Ucap papah.“Iya” Jawabku lalu keluar dari ruangan papah dan segera menemui Arjun.
Benar saja, baru saja aku menutup pintu ruangan itu Arjun sudah ada di depan ku.
“Kita berangkat sekarang?” Tanya Arjuna diakhiri dengan senyuman yang menyebalkan.
Aku hanya menatapnya sinis dan berjalan mendahului Arjun.
~~~Setelah selesai fitting gaun, Arjun segera mengantarku pulang ke rumah dan tanpa basa basi pun ia langsung pergi menuju kantor papah lagi. Lebih baik begitu daripada dia harus tinggal di rumah sekarang.
Kini aku sedang tiduran di tempat kesayangan dan paling nyaman ini sejak pulang tadi. Ingin ku pejamkan mata tapi mata ku menolaknya, akhirnya ku dengarkan saja playlist favorit ku. Disaat saat seperti ini, entah pasti memori memori lama ku terputar kembali seperti film di otak ku. Memori tentang betapa hangatnya keluargaku dulu. Memori tentang betapa bahagianya aku bisa memiliki keluarga ini. Memori tentang betapa seringnya papah mengajak kami liburan. Memori tentang papah dan mamah memelukku hangat saat hari ulang tahunku saat itu.
Sial. Mataku menghangat.
Entah kapan lagi aku bisa merasakan kehangatan seperti dulu lagi. Aku muak dengan sikap tegas papah dan keegoisan papah selama ini. Aku muak dengan kehidupanku. Aku muak tinggal dirumah ini. Jika papah bisa menurunkan egoisnya dan bersikap layaknya seperti seorang ayah, mungkin aku bisa memaafkannya. Tanpa disadari tangisanku pecah karena mengingat semuanya. Disaat seperti ini bahkan tak ada orang yang bisa ku jadikan tempat berbagi dan bersandar selain tempat tidurku.
Aku muaaaakkk!!!!! Kenapa.... Kenapa semuanya hilang??? Kenapaaaa????
Kalo gini cara aku ga kuat!!!!
Air mataku pun tak kunjung berhenti. Hingga sampai suara klakson mobil terdengar dari luar.
Aku sama sekali tak berniat meninggalkan kasurku dan pergi keluar. Biarkan saja orang yang datang itu. Bertamu tapi saat aku sedang seperti ini.
Tokkk tookkk Tokkk
Aku hanya menoleh ke arah pintu dan kembali menutupi mukaku dengan selimut.
Suara ketukan itu masih terus terdengar.
Cih.Pantang menyerah banget nih orang. Gatau apa muka lagi kayak gini.
Tiba tiba terdengar suara knop pintu terbuka. Aku pun kaget dan segera memejamkan mata.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
“Woi gue ketok juga bukannya bukain, malah tutupan pake selimut gini. Gue tau lo ga tidur kali” Ujar orang yang ternyata masuk adalah Michele. Segera ku buka selimut yang menutupi mukaku dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Journey
Подростковая литература"Semua yang ku alami saat itu memang tak mudah. Tapi aku memiliki alasan untuk tidak menyerah. Aku ini juga manusia biasa yang bisa lelah dan terjatuh kapan saja. Aku sudah pernah mencapai titik terendah dalam hidupku, hampir aku kalah dengan kehidu...