001

6 0 0
                                    

Seperti biasa sebelum ke kampus, aku menyempatkan mampir ke rumah sakit untuk menemui seseorang. Seseorang yang sudah lama aku rindukan kehadirannya. Secercah harapan di hati tak pernah padam untuk menunggu sebuah keajaiban terjadi.

Selama aku berjalan di koridor rumah sakit, sesekali ada beberapa dokter dan perawat yang menyapa. Mungkin karena beberapa waktu terakhir aku rutin datang ke rumah sakit ini, jadi mereka mengenal mukaku atau mukaku ini memang pasaran jadi mudah dikenali orang.

Saat aku sampai di depan ruangannya, sungguh berat untuk masuk ke dalam padahal aku sudah sering melakukannya tapi tetap saja. Setiap aku ingin membuka pintu dan melangkahkan kaki ke dalam rasanya terlalu sesak, jadi sebelum masuk ke dalam aku selalu menunggu di luar hingga 15 menit untuk menenangkan diri. Saat ku buka pintu, aroma lavender kesukaanya sudah menyambutku. Perlahan ku dekati seseorang yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dan matanya masih tertutup. Sepi dan sunyi, hanya ada suara desingan mesin jantung yang menandakan masih ada harapan untuk bisa kembali.

“Pagi, mah…” Ucapku dengan lembut lalu mencium kening mamah.

“Hari ini aku bawa bunga lily mah. Maaf ya tadi stok di toko bunga langganan mamah sama Luna bunga lavendernya habis. Jadi aku beli bunga lily kesukaan Luna, gapapa kan mah?” Ucapku harapan ada balasan dari mamah tapi yang terdengar hanya desingan mesin.

Aku pun segera mengganti bunga yang ada di nakas samping tempat tidur mamah.

“Mah, ingat ga hari ini hari apa?” Tanyaku yang sudah duduk kembali di samping tempat tidur mamah.

Ku raih tangan mamah dan ku cium punggung tangannya, “Mah, ga kerasa ya sekarang aku sudah umur 21 tahun, padahal kalau di ingat ingat lagi dulu mamah masih sering ngomel kalau aku pulang mainnya sore dan ga mau mandi. Setiap mau berangkat sekolah mamah yang kuncir rambut aku, nganter aku ke sekolah.”

Tanpa sadar air mataku menetes satu demi satu, “Mah, aku kangen makan soto bareng mamah pas hujan hujan. Aku kangen selalu ada yang tanya gimana sekolah hari ini?. Mamah kangen aku juga kan, mah?. Mamah hari ini Luna ulang tahun, mamah mau kasih kado Luna kan?. Mah, please sekali aja jawab pertanyaan Luna.”

Tangisanku akhirnya pecah.

Mungkin tahun ini adalah ulang tahun paling terburuk dalam hidupku.

Setelah puas menangis, aku segera menenangkan diri dan menghapus semua bekas air mata.

“Mah, Luna kuliah dulu ya. Nanti pulang kuliah aku kesini lagi. Pokoknya hari ini aku mau sama mamah terus. Bye mah…” Ujarku lalu mengecup kening mamah dan keluar meninggalkan ruangan itu.

~~~

Kehidupan kampus sungguh menyebalkan, rasanya seperti arrgggh sudahlah sulit juga ku jelaskan dengan kata kata.

“Lunaaa Radinkaaa Wijayaaaa…….” Panggil seseorang dari belakang.

Tanpa perlu menengok aku tahu suara siapa itu, dan dia adalah salah satu penyebab kehidupan kampusku jadi menyebalkan. Dia adalah Reynaldi Adiputra. Seorang laki laki yang terobsesi mengejarku dan banyak rumor yang beredar akibat kedekatan orang tua Rey dengan papah.

Rey kini sudah ada di depanku dan membuat aku menghentikan langkahku. Napasnya terengah engah, mungkin karena mengejarku.

“Kenapa sih kalo di panggil ga pernah nengok?” Protes Rey.

“Males” Jawabku singkat, padat, dan jelas.

“Luna kamu….” Ucap Rey yang tiba tiba menatap mataku lekat lekat dan memangkas jarak antara kita.

My Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang