"Ray bangun nak, gece dah telat ni" teriak bunda raya dari ruang makan.
Ruang makan telah di penuhi oleh papa mama abang terkecuali raya, yang lain udah siap-siap tinggal sarapan, malah rayanya masih di alamnya.
"Raya...raya" ,heran papa sambil geleng-geleng kepala.
"Bi! , tolong bangunin raya tuh, udah mo jam 7 nih" ,perintah mama pada art nya.
"Mah, pah abang berangkat dulu ya dah telat nih" ,pamit Rama sambil mengecek jam di tangan nya.
"Ati-ati di jalan"
Disusul oleh papa dan mama yang berangkat bersamaan tapi berbeda tujuan, papa ke kantor dan mama ke butik.
Ya mama raya adalah seorang perancang busana yang memiliki butik yang terkenal dan sudah memiliki beberapa cabang."Non...non Raya bangun atuh dah telat nih, den Rama dah berangkat dluan noh" ,ucap bibi sambil mengetuk pintu dan memencet bel.
Bel buat setiap kamar ada klo malas ngetuk atau supaya sang penghuni kamar lebih dapat mendengar dari luar bahwa ada pengunjung di depan kamar nya.
Tiba-tiba terdengar suara motor besar keluar dari pekarangan rumah lalu bibi cepat-cepat untuk memastikannya.
"Non...non baru di bangunin ternyata dah ga ada orangnya di dalam" ,geleng sang bibi.
...
"Gua laper lagi, mana belum sarapan" ,gumam Raya sabil memegang perutnya.
Raya keluar tu dari jendela kamarnya dan menunggu semua orang di rumah pergi, barulah Raya pergi dengan tenang tanpa sarapan lagi.
Raya telah berada di depan pagar yang telah tertutup, terpaksa Raya memarkir motornya di kafe samping sekolah nya.
Raya sekarang berada di pagar belakang sekolah buat masuk ke dalam. Dengan hembusan nafas kasar barulah Raya memanjat pagar itu dan berhasil.
"Akhirnya" ,legah Raya sambil membersihkan tangan dan pakaiannya.
Raya mengedarkan pandangannya dan dari kejauhan Raya melihat guru bk yaitu pak Dodi sedang berkeliling mencari tumbal buat kali ini.Dengan cepat Raya lari menuju kelasnya dengan memutar. Raya selamat dari amarah pak Dodi karna sekarang Raya berada di depan kelasnya. Ketika Raya hendak masuk ke kelas tiba-tiba saja.
"Raya olivian ve."
Panggil sang ketos membuat Raya dan sesisi kelas berbalik."Ikut saya!" ,perintah sang ketos.
Raya mengekorinya sambil membuka permen karet nya dan memakan nya.
Ya Raya sangat santai dalam keadaan apapun.Sedangkan siswa dalam kelas meringis membayangkan jika diri mereka yang berada di posisi Raya.
"Lagi?" ,lirih Lisa
Lisa adalah teman Raya dari sd ampe sekarang, yang udah kenal Raya luar dalem, yang udah jadi temen main Raya dan Rama.
Seringkali Lisa bosan melihat Raya di hukum mulu, dah jadi tontonan turun temurun.
Dari kejauhan Rama melihat Raya mengikuti Gibran sang ketua osis menuju ruang BK.
Rama sekelas sama Gibran yaitu di kelas XI IPA 1. Sedangkan Raya ma Lisa di kelas XI IPA 3.
Kelas nya sama kan Rama ama Raya, karna mereka tu kembar, kembar tidak identik gtu.Oke lanjut ke Raya...
/Ruang BK
Gibran dan Raya duduk di sofa yang di sediakan ruang BK. Raya dengan santainya memainkan iphone nya di depan sang ketua osis sambil menunggu pak Dodi datang.Kalo orang lain sih duduk di sofa nyaman ini ga akan se santai Raya palingan udah keringat dingin apalagi kalo orang yang jiwanya penakut kaya author:')
"Gila ni cwe santay mulu klo gua ajak ke ruang BK ga ada kapok-kapok nya", gumam Gibran.
Selang beberapa menit Pak Dodi datang dengan wajah yang lumayan cerah, lalu seketika wajah cerah itu berubah menjadi kusam setelah melihat siapa yang dibawa Gibran ke ruangannya.
"Dia lagi Bran?"
"Iya pak"
"Ga ada yang lain apa?"
"Ga ada pak, soalnya yang lain keknya dah tobat deh klo yang ini beda pak"
"Astahfirullah, Allahu Akbar Allah Maha Besar, Subhanallah, Maha Suc...."
"Pak, klo mo marah ama hukum gua sekarang aja, bapak mah zikirnya sekarang, klo mo zikir tu pak selese solat, eh tapi klo bapak solat ga pernah zikir deh, ya kan pak?"
"Raya!", Gibran mengode Raya bahwa itu tidak sopan.
Raya hanya melirik lalu memutar bola matanya malas dan melanjut kan gamenya sambil mengunyah permen karet nya.
"Raya, bapak tu ga tau lagi mau hukum kamu gimana, hampir setiap hari kamu begini gak ada kapok-kapoknya, sampai-sampai bapak stres loh ngehadapin kamu, kam..."
"Intinya aja pak, hukuman saya apani kali ini?, mungut sampah, bersihin toilet, lapangan, lab ato apanih?, pegel saya duduk di kursi bapak"
"Kamu ini saya belum selesai bicara potong aja pembicaraan saya, dasar bocah nakal! Sana hormat sama bendera ampe jam istirahat, jam kedua baru kamu masuk"
Raya langsung meninggalkan ruangan BK tanpa memedulikan kedua orang tersebut lalu memasukkan iphone nya ke saku bajunya.
Dalam ruangan BK
"Gibran, klo lama-lama bapak bisa gila urus Raya mulu, jadi bapak serahin semuanya ke kamu yah nak, bapak ga kuat, terserah kamj mau hukum gimana bapak sudah angkat tangan, mohon diurus yah bran", pak Dodi memegang bahu Gibran."Bapak tinggal dlu"
Gibran tidak menjawab perkataan pak Dodi. Gibran ga nyangka hari-hari nya akan di ganggu oleh hama beracun.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
4 detik...
5 detik...
Gibran tersadar dan segera bergegas meninggalkan ruangan ini.
"Klo pak Dodi bisa gila hadapin cwe itu, berarti gue bakal gila juga gtu?", pikir gibran.
"Tuhan lindungi gue", ucap nya fengan nada kecil.
"Lindungi dari apa?", tiba-tiba saja Rama datang dan merangkul Gibran.
"Eh lu, gpp santuy".
Rama dan Gibran berjalan beriringan sambil membahas pelajaran mereka lalu menuju kelas.
/lapangan
Yah disinilah Raya berada, hormat dibawah tiang bendera. Sesekali Raya menepis keringat yang mengenai dahinya.
"Cape gua, mana aus lapar belum sarapan lengkap suda penderitaan gua, tapi ada enaknya ga belajar", gumam Raya lalu tertawa kecil.
Dari kejauhan Rama melihat adiknya sedang hormat pada bendera, dan penglihatan Rama tak luput dari Raya.
Gibran yang merasa aneh dengan pandangan Rama lalu mengikuti arah mata Rama memandang, rupanya Rama memerhatikan Raya.
"Napa lu liatin tu anak?"
"Ha?"
"Lu suka?"
"Kaga lah, pke nanya lagi lu"
"Kirain"
Gibran kembali melirik Raya dan tak sengaja mata mereka bertemu lalu Raya memutuskan kontak mata mereka sambil menyinis Gibran.
....
Vote nya mana?
Komen ye
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl♡
Teen FictionCwek barbar ga di sekolah, luar, sama aja. Anak yang biasanya susah di atur, sering di hukum itu semua dilaluinya hampir setiap hari dengan tabah, titik kelemahannya ketika fasilitasny di sita oleh sang ayah. Disekolah pun ia sudah membuat hampir s...