Cinta Part 1 - Teman Baru

1.7K 29 6
                                    

Maya mendesah pelan saat ia baru keluar dari sebuah minimarket sambil menarik sebuah koper dan beberapa buku di tangan kanannya. Pandangannya lurus ke depan, namun fokus matanya tampak jauh menerawang. Entah apa yang dipikirkan gadis itu hingga membuat wajahnya tampak muram. Ia bahkan tidak menyadari ada seorang bocah lelaki yang berari tergesa-gesa di belakangnya.

Tiba-tiba saja bocah tersebut menyenggol lengan kanannya hingga membuat Maya sedikit memekik karena terkejut. Pegangan pada buku di dadanya terlepas dan buku-buku tersebut jatuh berserakan di kakinya.

Maya tak sempat marah karena bocah lelaki yang baru saja menabraknya sudah berlari meninggalkannya dengan seberkas rasa dongkol yang menyelimuti perasaannya. Baru saja Maya berniat berjongkok untuk mengambil bukunya yang terjatuh, namun seorang pria tiba-tiba mengulurkan tangan untuk meraih dan memberikan buku-buku itu padanya. Cepat-cepat Maya menerima buku yang diulurkan pria tersebut.

Arigatou gozaimasu,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya. Setelah kembali menengadahkan kepalanya, ia baru sadar jika pria yang barusan membantunya mengambil bukunya yang terjatuh adalah seorang pria berambut pirang. Ia baru sadar jika bahasa Jepang tidak tepat digunakan untuk saat ini. “Thank you so much,” koreksinya.

Maya menatap pria yang tengah berdiri di hadapannya sambil memasang senyum sebagai bentuk ―tambahan― terima kasihnya.

Penampilan pria itu memang sedikit berantakan. Pakaian yang dikenakannya terkesan biasa dengan T-Shirt hitam berbalut jaket hijau lumut dan celana jeans. Yang membuatnya sedikit berantakan adalah beberapa serpihan serbuk kayu yang menempel di rambut dan juga di bahunya, menempel pada jaket hijau lumutnya. Wajah dan tatapan pria itu tampak datar, terkesan bosan dan lelah. Sebungkus rokok Mild Seven yang tengah digenggamnya di tangan kiri, kini beralih ke tangan kanan pria itu.

Tiba-tiba Maya terkesiap karena orang yang menolongnya malah melengos tanpa membalas ucapan terima kasihnya. Pria itu tampak masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan minimarket tanpa menoleh lagi ke arah Maya yang masih terpaku pada sosok pria di balik kemudi mobil Jeep-nya.

Dasar pria aneh!

Maya berusaha mengalihkan perhatiannya pada pria yang tengah menyalakan rokok di dalam mobil dengan merapikan buku di tangannya. Kemudian ia segera melangkahkan kakinya menuju apartemen yang terletak beberapa blok dari minimarket dan berusaha melupakan peristiwa yang baru saja dialaminya.

Ketika Maya sudah sampai di depan apartemen berlantai sepuluh, ia segera melewati lima anak tangga dan membuka pintu gerbang di depan apartemen. Kemudian ia langsung masuk kedalamnya dan menuju lift dengan senyum kelegaan yang terpancar di wajahnya.

Kali ini ia sungguh beruntung karena mendapat apartemen yang jauh lebih murah dari tempat tinggalnya yang lama dengan fasilitas yang lengkap. Lingkungan apartemen barunya tampak bersih dan rapi. Ia juga beruntung karena mendapat tempat tinggal baru di lantai teratas apartemen ini karena dengan begitu ia bisa melihat pemandangan lewat balkon yang menghadap taman bermain di depan apartemen ini.

Sesampainya di depan pintu yang bertuliskan nomor 1008, Maya segera menghentikan langkahnya dan berusaha untuk merogoh kantongnya, mencari sesuatu untuk membuka apartemen barunya. Ia tersenyum lebar ketika mendapatkan apa yang dicarinya. Dengan sekali gerakan pelan, Maya tampak mengarahkan ujung kunci ke dalam lubang kunci pintu apartemennya.

Tiba-tiba saja di saat yang bersamaan sebuah tangan terulur dengan gerakan yang seirama dengan tangan Maya. Gadis itu tampak mengerutkan keningnya heran karena tangan itu juga memegang kunci yang sama-sama terarah ke lubang kunci pintunya. Ia segera menoleh dan mendapati pria berantakan yang aneh ―yang tadi membantunya mengambilkan bukunya yang terjatuh― berdiri di sisinya dengan tatapan sama herannya.

Dilatasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang