Cinta Part 4 - Kesan

816 16 0
                                    

"Oh, ada apa dengan kakimu, Maya-chan?" tanya Nyonya Sato dengan wajah keheranan. 

Maya berjalan mendekati Nyonya Sato dengan langkah tertatih. Wajahnya meringis menahan sakit setiap kali melangkah.

"Kakiku sedikit bengkak setelah terantuk kaki ranjang," jawabnya sembari duduk di hadapan Nyonya Sato, kebiasaannya setiap kali baru tiba di cafe. 

"Pasti sakit sekali," ucap Nyonya Sato dengan wajah prihatin. "Sudah kau periksakan ke dokter?" 

Maya menggeleng pelan. 

"Kenapa?" 

"Kurasa akan segera baikan setelah aku memijatnya," jawab Maya sambil memperhatikan kakinya. 

"Lebih baik segera periksakan ke dokter. Siapa tahu kakimu bermasalah," Nyonya Sato melongokkan kepala untuk melihat kaki Maya dari balik meja barnya. "Oh, lihatlah kakimu. Tampak bengkak. Apa tidak sakit?" tanyanya sambil meringis. 

"Sakit, tapi aku bisa menahannya," jawab Maya sambil berusaha mengulas senyum. 

"Kalau begitu hari ini kau kuliburkan." 

"Apa? Libur?" tanya Maya tidak percaya. 

"Aku tidak ingin melihat pekerjaku kesakitan saat bekerja. Aku lebih senang melihat kau istirahat di apartemen sampai kakimu sembuh," jawab Nyonya Sato. 

"Tapi aku sedang tidak ingin pulang," rajuk Maya. 

Nyonya Sato tersenyum tanda paham. "Karena pria itu lagi?" tebaknya. 

Maya terdiam. 

"Karena kau diam, kuanggap tebakanku benar. Ada apa dengannya?" kini Nyonya Sato tampak melipat kedua tangannya. 

"Dia mengantarku ke kampus," jawab Maya pelan. 

"Bukankah itu bagus?" suara Nyonya Sato terdengar sangat antusias. 

Maya tampak menghela napas ketika mendengar seruan Nyonya Sato. "Tidak. Itu sama sekali tidak bagus." 

"Nande ―kenapa, Maya-chan?" tanya Nyonya Sato bingung. "Bukankah itu pertanda baik untuk hubungan kalian?" 

Maya sempat terdiam sebelum menjawab pertanyaan Nyonya Sato. "Aku heran dengan sikapnya. Aku juga heran dia masih bersikap baik padaku setelah apa yang kulakukan padanya," suara Maya mulai terdengar emosional. 

"Lalu apa yang salah dengan tindakannya?" 

"Aku takut kalau aku tidak sanggup berada di dekatnya lebih lama lagi," Maya tampak menelan ludah dengan agal sulit. "Aku takut kebersamaanku dengannya akan melibatkan perasaan." 

"Apa kau bersikap dingin padanya selama ini hanya untuk menutupi perasaanmu?" 

Maya hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Nyonya Sato. 

"Itu sama sekali bukan hal buruk, Maya-chan. Itu sangat sederhana. Kau hanya perlu bersikap normal dan mulai berteman baik dengannya," ucap Nyonya Sato. 

"Masalahnya tidak sesederhana itu." 

"Lalu?" 

"Aku hanya tidak bisa berteman dengannya,"  sergah Maya dengan wajah tanpa minat.

"Kenapa? Apa kau menyukai pria lain?" 

Maya menggeleng cepat. "Bukan itu." 

"Lalu?" Nyonya Sato masih penasaran dengan alasan Maya yang sebenarnya. 

"Entahlah. Aku tidak ingin memikirkannya saat ini," jawab Maya sambil memijit pelan keningnya. 

"Baiklah, kalau itu pilihanmu. Tapi jika kau sedang sedih, aku bisa menjadi teman bicaramu," gumam Nyonya Sato dengan nada bersimpati. Kemudian ia tampak mengambil sebotol bir dan menuangkannya ke dalam sebuah gelas berukuran sedang. Diulurkannya gelas tersebut pada Maya untuk membantu gadis itu menenangkan hatinya. 

Dilatasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang