Part 2

400 12 0
                                    

Selamat membaca!


Pagi ini aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah, bangun pagi dan solat subuh sudah aku lakukan rutin. Mama dan Papa masih berada dikamar tidur, mungkin mereka kelelahan karena pulang larut tadi malam. Terkadang aku merasa sedih melihat mereka bekerja banting tulang demi memenuhi kebutuhan kami, terutama kebutuhanku yang tiada hentinya. Bayaran sekolah, jajan, makan, bensin dan masih banyak lagi. Tapi aku tidak pernah meminta bareng yang tidak cukup menting sama mama, aku tidak pernah minta baju, sepatu ataupun pulsa, kecuali mama yang membelikamnya sendiri. Kalaupun aku mau aku akan menabung dan membelinya sendiri, karena aku rasa aku sudah cukup membebankan mereka.

Terpaksa pagi ini aku menjemput Katya untuk berangkat bersama, karena hari ini ia sedang tidak enak badan. Jelas saja dia seperti itu, kemaren sore setelah perpisahan dengan Rendi, ia tidak berhenti menangis didepan ku. Benar kan apa dugaanku kemarin, bahwa dia akan menangis tersedu sedu seperti orang yang sedang mau mati kelaparan, hahaha aku kejam sekali. Tapi memang sampai dirumahpun dia menelefonku sambil menangis-nangis yang mebuatku terpaksa harus begadang menemani sahabatku yang satu ini.

"Kat...! cepettt lama amat sih! udah bagus gue jemput lu!"

"iya ah bawel sabar napa sih, lo gak liat gue lagi pusing nih" jawab Katya marah sambil memegang kepalanya berjalan masuk ke mobil.

"iya dah iye yang lagi patah hati ditinggal belahan jiwa" jawabku sambil sedikit tertawa.

Katya langsung menoleh ke arahku dan menjitak kepalaku sambil memonyongkan mulutnya. Entah sumpah serapah apa yang ia katakan padaku.

*******

Aku memakirkan mobilku didepan sekolah, tidak mau didalam karena aku tahu disaat pulang nanti jika aku memakirkan didalam, aku tidak akan  bisa keluar dari sekolah. sanking banyaknya siswa yang membawaan kendaraan.
Aku turun dari mobil dan berjalan ke dalam berdampingan dengan Katya. Kami menuju ke kelas yang berada di gedung IPA. Gedung disekolahku memang tidak tersambung tapi juga tidak terpisah, hanya saja kelas IPA dan IPS dipisah dengan gedung yang berseberangan. ditengah tengah antar gedung IPA dan IPS ada Lapangan luas berserta Aula yang biasa dipakai untuk acara ataupun upacara senin pagi. Ngomong ngomong upacara, aku baru ingat bahwa hari ini adalah hari senin, yang berarti MONSTER DAY IS COMING!!!! mulai dari harus menjalankan upacara dan dilanjutkan dengan pelajaran pkn yang sangat membosankan. Aku bingung kenapa ada orang yang mau menjadi guru pkn. Apa mereka tidak pusing harus menghafal banyaknya undang undang dan materi, tapi untung juga sih masih ada yang mau menjadi guru pkn. Jika tidak, aku tidak tau apa yang akan terjadi dengan dunia ini.

Bel berbunyi aku menuruni tangga untuk berjalan menuju lapangan, karena yap kelasku berada di lantai dua dan paling ujung tepatnya X IPA 1. kalau kata guru sih kelas yang paling berisik diantar kelas lain,tapi katanya juga mulut kami yang berisik seimbang dengan otak kami yang berjalan, jadi mereka tidak terlalu memarahi kami. 

"eh sumpah gue males banget upacara udah panas lagi, badan gue lemes, mata sembab. yakali gue harus berdiri satu jam dibawah teriknya sinar matahari" celoteh Katya.

"oh iyaa lo kan lagi gak enak badan, mending lo ke uks deh Kat, dari pada lo pingsan terus gue harus gendong lo gitu? ogah deh"

Pletak,satu jitakan mendarat dikepalaku. ada dendam apa sih anak ini dengan kepalaku, selalu aja jadi sasaran tangan dia.

"berisik lu ah temennya sakit bukan ditolongin,gue kan gi....."  tiba tiba omongan Katya berhenti.bola matanya melebar, liat apaan sih ni anak.

"Woi lo liat apaan sih?"
aku melihat kearah yang Katya tuju, ternyata disana ada seorang guru yang tinggi, beralis tebal, ganteng, manis sih lebih tepatnya. tapi dilihat dari sikapnya sepertinya dia adalah tipe orang yang dingin, dan aku tidak suka itu. Aku melihat kesekitar, bukan hanya Katya yang memperhatikan guru itu, tapi juga murid cewek kelas X lainnya. Eh ralat bukan hanya kelas X, tapi ada juga kakak kelas XI dan XII. apa sih yang mereka liat,biasa aja juga.

"WOI AYO JALAN NGAPAIN KITA BERHENTI DITENGAH LAPANGAN GINI"  Aku merasa kesel terhadap Katya yang matanya tidak lepas lepas dari guru itu.

"ih apaan sih fi, lo liat dong itu tuh guru yang ganteng itu, guru yang banyak dibicarain anak kelas 10. Katanya dia masuk pas disaat kita masuk SMA ini. Jadi dia guru baru disini, dan gue denger denger juga dia itu alumni sekolah kita loh fi, baru lulus 4 tahun yang lalu, dan setelah dia kuliah di Bandung dia kerja jadi guru disini deh. Dan dia katanya ngajar kelas 10" perjelas Katya yang memang bener bener jelas. Kok ni anak tau sepanjang lebar itu sih.

"jadi dia baru 21 tahun? wih gile beda 6 tahun doang ama kita. yakali kita bakalan diajar sama guru semuda itu, gue gak yakin dia bisa. apalagi kalau dia masuk ke kelas kita yang super gak bisa diem. teler kali tuh guru" aku tertawa terbahak bahak dengan apa yang aku ucapkan.

"ehem..." suara berat datang dari belakangku,suaranya seksi gimana gitu.eh...

aku dan Katya menoleh kebelakang, dan kagetnya guru yang lagi Aku omongin sekarang ada didepanku.

mampus deh gue!  

"Udah selesai ngobrolnya? mau baris kapan? yang lain sudah berbaris anak kecil"

APA!? anak kecil? Ini orang gak salah sebut? udah jelas gue sama dia cuma beda 6 tahun .

"eh iya pak, ini juga lagi mau jalan kesana. permisi pak"

aku berjalan melewati guru baru yang banyak gaya itu, tetapi dilihat dari deket dia memang tampan.

Eh enggak, biasa aja sih sebenernya. ah entahlah pagi pagi aku sudah dimarahi guru, guru baru lagi.

*****

Setelah pelajar pkn yang membosankan selesai, beruntunglah pelajaran selanjutnya adalah pelajaran favoritku! yap matematika. Entah kenapa aku dari dulu lebih suka ngitung ngitung dari pada menghafal, ogah aja menghafal gitu. Mumet kepala yang ada!

Guru matematika masuk dan aku kaget. Yang bikin aku kaget adalah ternyata guru mtk aku adalah bapak menyebalkan yang marahin aku pagi-pagi tadi. What is a worst day??

"Yap anak anak pada siang hari ini sebelum mengajar saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Dreyhan Wiraldy Taruma. Ya....tapi kalian bisa panggil saya Pak Drey jika disekolah. Apa A
ada yang ingin kalian tanyakan?"

Jika disekolah? maksud bapak ini apa? Dari pada bingung lebih baik aku tanyakan,aku mengangkat tanganku "yap" jawab pak Drey

"maksud bapak jika disekolah itu apa?berarti kalau di luar sekolah kami bisa memanggil apa?"

"Ya terserah kalian, lagi pula umur kita hanya beda 6 tahun. Kalian bisa panggil saya Kak, Abang atau apalah tapi yang wajar"

Aku hanya mengangguk ngangguk saja dengan apa yang ia katakan. Bilang saja jika dia tidak mau terlihat tua karena dipanggil pak hahaha. aku tersenyum menahan tawaku

"ada apa kamu senyum senyum?ada yang salah?"

aku langsung terdiam "eh enggak pak"

"baiklah kalau begitu saya akan mengabsen nama kalian satu satu agar saya bisa mengenal kalian lebih"

Part two is done! Thx for reading

My Math TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang