Aku benci tatapan itu. Tatapan yang mengejek dan merendahkanku. Apa salahku? Aku tidak ada urusan dengan mereka. Mengapa mereka selalu mengusikku? Aku hanya ingin hidup bahagia. Aku sadar, aku bukanlah orang suci seperti mereka. Aku tak memiliki segala yang mereka miliki. Tapi, salahkan aku jika mendapatkan sebuah kasih sayang darinya? Hanya sebuah kasih sayang yang bisa mereka dapatkan juga darinya. Begitu rendahnya kah aku hingga ku tak pantas mendapatkannya? Aku juga manusia yang ingin dicintai dan mencintai. Ingin rasanya ku akhiri segalanya agar mereka mengakhiri tatapan menjijikkan itu.
.
Semua berawal ketika dia mengutarakan perasaannya kepadaku. Disebuah taman kota kala senja. Aku yang tak tahu apa-apa, tiba-tiba diajak ke tempat itu dengan alasan ingin menikmati senja. Ya, menikmati senja di taman memang sangat menyenangkan. Suasana senja yang begitu menenangkan diiringi dengan angin sepoi2 dan harum semerbak dari serba-serbi bunga disana. Memang sebuah kebiasaan kami menghabiskan waktu di taman ketika senja. Sejak aku mengenalnya, hal ini menjadi sebuah keharusan di setiap hariku.“Za, gak terasa yaa sekarang kita udah jarang ketemu. Gak kayak dulu yang hampir tiap hari ketemu disini.”
“Ya namanya juga hidup, Rey. Kan harus terus berjalan. Kamu juga kan yang memutuskan untuk pindah ke sana.”
“Hei, aku gak pindah. Ingat baik2 itu. Aku hanya ingin mencari penghasilan, Za. Bukan mencari kehidupan.”“Tapi penghasilan nya untuk hidup kan? Dan kamu terlalu nyaman di Jakarta, Rey sampai lupa sama sahabat kamu di sini.”
“Za, aku gak mungkin lupa sama kamu. Kamu kan sebagian dari hidupku. Kamulah alasanku untuk kembali. Sejak aku mengenalmu, ntah mengapa aku seperti memiliki rumah untuk pulang.”
“Alasan kamu aja itu Rey. Toh lebih enak tinggal di kota metropolitan daripada di desa gini. Apalagi disini kamu udah gak punya tempat tinggal. Emangnya kamu mau numpang di panti lama-lama? Kan kamu orang kaya Rey. Gak pantes lah.”
“Kamu tu ya. Selalu aja gitu. Gak berubah dari dulu. Emang kenapa sih kalau orang kaya tinggal di panti? Kan biar kelihatan merakyat gitu, Za. Wkwk”
“Aish dasar. Memang orang kaya nih tetep aja sombong. Banyak pencitraan.”
.Dia memang bukanlah sosok yang rendah sepertiku. Jangankan harta, orang tua aja aku gak punya. Ya meskipun sekarang udah ada bunda yang sudah seperti orang tuaku sendiri. Namun, tetap saja aku dipandang bukan sebagai anak bunda, melainkan anak haram. Aku belum tau kebenarannya gimana, tapi menurut cerita yang ku dengar aku adalah anak dari seseorang yang hamil di luar nikah. Ya meskipun sampai besar begini aku belum bertemu ibuku, tapi aku berharap bisa bertemu dengannya untuk mengucapkan terimakasih karena tidak membunuhku ketika di kandungan. Terimakasih karena sudah mengizinkan ku melihat dunia.
.
Oke kembali lagi ke sosok Rey. Dia bernama Reyhan. Orang kaya nan dermawan yang menjadi donatur tetap di panti asuhan tempat ku tinggal. Ya meskipun belum lama, tapi aku dan keluarga panti sangat menikmati bantuan darinya. Awal pertemuan ku dengannya sangat sederhana. Kami sama-sama berada di taman dan sedang merenungi nasib masing-masing sambil menikmati senja. Dia melihatku menangis dan seketika menghampiri. Ketika aku sadar, aku langsung bergegas pergi. Namun dia menahan tanganku dan menawarkan dirinya untuk menjadi pendengar keluh kesahku. Entah mengapa aku langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang. Mungkin karena aku memang lagi butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahku. Saat itu, aku menceritakan kepadanya bahwa perekonomian di panti sedang mengalami kesulitan. Aku sebagai yang paling besar diantara anak-anak panti yang lain, harus membantu bunda mencari uang untuk memenuhi kebutuhan panti. Namun, sudah sebulan berlalu dan aku belum mendapatkan pekerjaan. Ya, memang sulit mendapatkan pekerjaan zaman sekarang apalagi aku hanya lulusan SMP. Sontak ia langsung mengatakan bahwa dia akan menjadi donator tetap panti dan akan mencarikanku pekerjaan yang layak. Betapa senang hatiku saat itu, hingga tanpa sadar aku langsung memeluknya. Hal itu berlangsung beberapa menit, dan ketika sadar aku langsung melepaskan pelukanku sembari meminta maaf. Setelah itu, kami berkenalan dan berlanjut menjadi sebuah persahabatan.
.
Ya, itu kejadian beberapa tahun yang lalu ketika aku berusia 18 tahun. Dan kini aku sudah berusia 22 tahun dan aku telah bekerja disebuah restoran sebagai kasir. Meskipun aku hanya lulusan SMP, namun aku sangat suka menghitung sehingga perihal hitung menghitung sudah menjadi keahlianku. Kembali kepada kejadian saat Rey mengutarakan perasaannya kepadaku. Awalnya aku tidak percaya, aku diminta menjadi pasangan seorang yang kaya nan dermawan dan itu sahabatku sendiri. Aku tak tahu harus merasa senang atau sedih. Dan bodohnya aku menerimanya tanpa memikirkan konsekuensi dari penerimaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Luka
Short StoryCinta adalah luka. Memutuskan untuk mencintai berarti memutuskan untuk menjemput luka. Hanya perlu memilih dari dua jalan dalam menjemput luka, meninggalkan atau ditinggalkan.