Cukup,Sampai di Sini Saja!

39 2 0
                                    

Aku bertahan bukan karena materi dan segala yang kau janjikan kepadaku, namun aku bertahan karena kau meyakinkanku bahwa kau pantas untuk dipertahankan, setidaknya saat itu

     Betapa hancurnya hatiku. Seseorang yang selama ini aku banggakan di depan semua orang, dengan lantang berkata bahwa ia sudah tidak mencintaiku lagi. Bahkan, ia memperkenalkan sosok wanita yang saat ini sedang dicintainya. Sungguh tidak berperasaan! Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku saat ia memperkenalkan sosok yang telah merebut cintanya dariku? Baiklah, silahkan berbahagia dengannya. Sudah cukup, sampai di sini saja.

     Bagai merangkai bunga yang telah layu, seperti itulah caraku menghadapi kenyataan yang sangat pahit ini. Bagaimana mungkin? Di tengah indahnya senja, dia mengatakan sesuatu yang menyakitkan.

   “Re, aku sudah tidak mencintaimu lagi. Lupakan sajalah aku. Carilah sosok yang lebih tulus mencintaimu.”

   “Fan, mengapa kau tega mengatakan semua ini sekarang? Setelah dua tahun jalannya hubungan kita. Apa salahku? Aku selalu menerima apapun perlakuamu. Tak pernah sedikitpun aku mengeluh atas apa yang kau perbuat kepadaku.”

   “Kau terlalu bodoh, Re. Siapa yang sanggup bertahan setelah diduakan? Hanya kamu! Aku merasa sangat jahat. Aku selalu dihantu rasa bersalahku padamu, Re. Tolong mengerti aku. Aku sudah tak lagi ingin bersamamu.”

   “Iya, Fan. Aku memang bodoh. Betapa bodohnya aku yang selalu saja mencintaimu. Bodohnya aku yang tidak pernah bisa melupakanmu meski hanya sedetik. Tapi aku mohon, Fan. Jangan tinggalkan aku. Aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi.”

   “Rere cukup! Aku mengajakmu bertemu bukan untuk bernegosiasi. Aku hanya ingin mengatakan itu. Oh iya, Dia Farah. Kekasih baruku.”

   “Perkenalkan, Mbak. Saya Farah.”

   ***

     Astaghfirullah… Mengapa aku mimpi itu lagi? Apa aku lupa berdo’a ya sebelum tidur semalam? Entah mengapa. Semakin mendekati hari aniversaryku dengan Refan, aku selalu bermimpi buruk.

     Besok adalah hari-H. Aku harus menyiapkan segala sesuatunya. Meskipun aku dan Refan berjauhan, namun ketika anniversary, kami selalu merayakannya. Kami selalu bertukar kado di hari spesial itu. Dan aku telah mendapatkannya seminggu sebelumnya. Mudah-mudahan hadiahku juga sudah sampai kepada pemiliknya. Dan benar saja, sebuah notifikasi whatsApp ku terima.

   “Sayang, hadiahmu sudah sampai. Aku gak sabar mau membukanya.”

   “Iiiih tunggu sampai besok, sayang. Hadiahmu udah seminggu loh di sini. Tapi ku tahan-tahan biar gak kebuka. Kamu tahu? Aku sampai mengunci lemariku yang berisi hadiahmu. Aku takut. Hehe”

   “Kenapa takut, yang?”

   “Iyalah. Kamu kan tahu aku orangnya penasaran banget. Selalu greget pingin buka kalau udah lihat”

   “Hahaha… Sabar yaa. Aku sengaja ngirimnya jauh-jauh hari. Biar kamu penasaran.”

   “Ih, jahat kamu. Wkwk. Yaudah. Aku berangkat kerja dulu, ya. Bye sayang”

Menjemput LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang