1| Matahari Bersinar Malam

17 6 7
                                    

Dengan sayup senyap, mata perempuan itu mulai terbuka. Tiba-tiba matanya terbelalak saat menyadari bahwa dirinya berada di tempat yang sangat dibencinya.

"Siapa yang bawa saya kesini-! Sialan-!" Umpat wanita itu ke arah pintu yang sedikit terbuka.

Jawaban santai datang dari arah samping perempuan itu. "Aku. Kenapa memangnya?" Seorang gadis berpenampilan badass yang duduk tenang sambil membaca komik di sudut sofa.

"Kamu lagi-! Udah aku bilang, kamu tidak perlu ikut campur kehidupanku!" Ucap perempuan itu dengan nada tingginya.

"Hey, kalo bukan karna kamu teman ku, mana mau aku ribet gini." Ucap gadis badass itu.

***

Kalian pasti bertanya-tanya tentang si 'perempuan'. Sebenarnya dulu, dia wanita yang pintar, periang, lembut, dan disukai banyak orang.

Ansyara Cawlyn, biasa dipanggil Alin.

Tapi semenjak hari itu, tepatnya di hari ulang tahunnya yang ke 17. Sesuatu yang aneh terjadi dalam dirinya, dia mulai melupakan hal-hal yang baru saja terjadi 10 menit lalu, bahkan dia melupakan semua keluarga dan teman-temannya.

Papa dan Mama-nya membawa dia mengunjungi dokter, dan setelah dokter melakukan riset. Ia menyimpulkan bahwa, perempuan itu terkena penyakit psikis yang langka, yaitu Jamaisvu thomania atau penyakit amnesia akut yang terjadi dalam waktu singkat secara terus menerus.

Tapi ada yang janggal tentang sesuatu...

***

Alin bangkit dan melepas paksa infus yang ada ditangannya.

"Antar aku bertemu Sila." Ucap Alin datar pada gadis yang masih sibuk membaca komiknya.

Gadis itu bangkit, "Cih, ayo cepat." Jalan mendahului Alin. Alin mengenakan topinya sambil berjalan menunduk. Gadis itu sesekali memperhatikan Alin, "Angkat kepalamu-!"

Alin menatap gadis itu, lalu tertunduk kembali.

Ketika mereka tiba di lobby rumah sakit, sebuah mobil mewah terparkir di sana. Seorang supir membukakan pintu, "Silahkan masuk Nona Dizy.."

.
.

Mobil melaju dengan kecepatan 60km/jam. Di perjalanan yang sangat hening, Alin hanya diam menatap keluar mobil. Tatapannya kosong, matanya sendu, kantung matanya sangat hitam.

Penyakitnya mungkin semakin parah setiap hari, dia bahkan sering lupa apakah hari ini dia sudah tidur atau belum.

1 jam kemudian, mereka sampai di rumah Sila.

Rumah megah bernuansa classic yang elegan. Didominasi oleh warna putih. Pintu besar menyambut kedatangan Alin dan gadis badass itu. Mereka terdiam sesaat, lalu si gadis menekan bel.

*ting nong

Pintu terbuka dan seorang wanita paru baya muncul dengan senyumnya.

"Wah.. Alin sama Olin." Sapa wanita paru baya itu sambil tersenyum.

Mereka membalas senyuman wanita itu.

"Dizy tante, bukan Olin."

"Iya iya, kan sama aja itu juga nama kamu, abis kalian kaya kembar." Ucap wanita itu tertawa kecil. "Ayo masuk.."

Mereka duduk di sofa ruang tamu rumah itu.

"Kamu ingat tante ini lin?" Tanya gadis badass pada Alin.

Alin menatap gadis itu sambil berfikir keras, lalu ia menggeleng. "Tidak.." lirih Alin.

"Ini namanya Tante Zemi." Ucap gadis itu.

Alin menatap Tante Zemi, "Tante siapanya Sila?" Tanya Alin.

"Tante mamanya." Jawab Tante Zemi tersenyum lembut.

"Maaf ya Tante.." Ucap gadis badass.

"Iya tidak apa-apa, Tante udah paham." Tante Zemi senyum.

Alin memandang sekeliling, memperhatikan setiap sudut. Matanya menyapu setiap ruang yang terlihat. "Sila dimana?" Tanya Alin tanpa ekspresi.

"Dia di atas." Ucap Tante Zemi.

-
-

To be continue..

Worst TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang