Prolog

8 0 0
                                    

Pagi yang cerah. Namun pagi ini tidak seperti biasanya. Sebagai murid, itu adalah waktu di mana kita pergi ke sekolah. Menyapa, lalu memulai obrolan dengan teman sambil menunggu bel pelajaran berbunyi.

Ketenangan di mana guru masuk ke dalam kelas, dan memulai pelajaran adalah hal yang biasa. Namun sekarang ini, ada yang berbeda dari biasanya. Munculnya murid pindahan yang tidak biasanya terjadi di sekolah ini, menarik banyak perhatian kelasku.

Aku bersekolah di Akademi Barat, yang merupakan salah satu dari empat sekolah bangsawan bergengsi. Rumor mengatakan, sekolah ini hanya akan menerima murid yang dianggap layak, tidak peduli mereka bangsawan atau rakyat biasa. Bahkan, walaupun orang tuamu adalah seorang bangsawan dengan kasta tertinggi, sekolah akan menendang keluar jika mereka memaksa masuk. Karena itu, adanya murid pindahan saat ini adalah hal yang jarang terjadi.

Dalam satu kelas, terdapat dua puluh lima murid. Karena ada suatu insiden yang terjadi di kelasku, seorang murid keluar, sehingga sekarang ini hanya ada dua puluh empat siswa. Dan murid pindahan ini akan menggantikan posisi itu. Mungkin hal itu yang membuatnya bisa diterima di sini.

Perkenalan dilakukan. Mendengarkan wali kelasku memperkenalkan dirinya membuat semua murid tertarik, kecuali diriku.

Dia seorang gadis bernama, Monica Font Azelf. Dengan tiga suku kata pada nama panjangnya menandakan, ia keturunan bangsawan, dan nama tengah itu adalah marga bangsawan-nya. Rakyat biasa sepertiku hanya memiliki dua suku kata.

Parasnya cantik, dengan rambut panjang hitam semampai. Ia merupakan murid pindahan dari Akademi Timur, yang merupakan sekolah bangsawan yang ada di Kerajaan Timur, sama seperti sekolah ini. Karena suatu alasan, ia dan keluarganya pindah di Kerajaan Barat.

Wali kelas menjelaskan bahwa, ia adalah murid berprestasi, bahkan mendapat peringkat pertama saat kelulusan.

Semua bertepuk tangan, dan menatap dengan perasaan kagum. Sebagai masa, aku mengikuti arus, dan ikut bersorak dengan teman sekelas-ku.

Itu sempurna. Inilah yang harus aku lakukan. Sebagai pria yang memiliki cita-cita menjadi pemeran figuran, berbaur dengan masa adalah pilihan terbaik. Melakukan tindakan bodoh dan konyol adalah hal yang melekat pada pemeran figuran.

Namun, jalan mulusku untuk menjadi pemeran figuran yang telah kulalui selama ini, sepertinya akan menemukan sebuah batu sandungan. Batu itu tidak lain adalah murid pindahan ini. Itulah yang membuatku tidak tertarik, walaupun aku harus berpura-pura menyambut kedatangannya dengan gembira.

Aku tahu siapa gadis itu. Aku berasal dari Kerajaan Timur, dan satu generasi dengan dirinya. Tidak hanya itu, sebelumnya, kita juga berada di sekolah yang sama. Semua yang dikatakan wali kelasku benar, aku sangat tahu seberapa hebat kemampuannya.

Aku telah menjalani kehidupan sebagai pemeran figuran sejak lama. Akan menjadi hal aneh jika gadis seperti dirinya tahu tentang masa seperti diriku ini. Berkat suatu insiden tidak terduga, aku terpaksa melakukan sedikit aksi heroik sehingga ia tahu tentang diriku. Jika aku mengingat kembali kejadian itu, ingin rasanya meludahi diriku sendiri karena telah mencoreng cita-cita mulia yang telah kuanut selama ini.

Beberapa bulan telah berlalu sejak kelulusan, dan sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku pernah mendengar masa remaja adalah masa yang cepat berkembang. Dalam jangka waktu bulan, gadis itu tampak berbeda dari ingatanku. Ia menjadi lebih cantik, dan lebih berisi.

Jika ia telah berubah, mungkin tanpa kusadari penampilanku juga telah berubah. Akan menjadi hal yang baik jika itu terjadi. Dewi keberuntungan sedang berpihak padaku. Aku berharap gadis itu lupa denganku.

Tapi, sepertinya ada sesuatu yang telah kulupakan...?

Tenggelam dalam renunganku sendiri, tanpa kusadari, wali kelas telah mempersilahkan dirinya untuk duduk menempati kursi yang kosong.

Entah hanya perasaanku, atau karena diriku terlalu memiliki pemikiran yang negatif. Aku merasa sorot mata gadis itu tidak memiliki minat sedikitpun. Sambil berjalan, ia mengedarkan matanya, melihat murid-murid kelasku seakan kami tidak ada di sini. Itu seperti mata mati.

Aku memperhatikan dirinya, dan tanpa sengaja tatapan kami saling bertemu... matanya hidup? Aku berharap ini hanya perasaanku, kelopak matanya melebar, tertegun untuk sesaat, lalu sudut bibirnya tertarik memberikan senyuman.

Aku memiliki firasat buruk tentang ini.

"...Lama tidak bertemu, Lucas Nava."

Sekarang aku ingat apa yang telah kulupakan. Bahwa, keberuntunganku sangat buruk!

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

West AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang