3. Praktek Pertama

9 0 0
                                    

A's note
Jadi gaes ini part waktu masih jadi draft kebalik sama yg bab 2, aku ngga tau kan cara benerinnya gimana, jadi kalo misal bab ini yang ada di setelah bab 1, silahkan kalian baca dulu bab 2nya, biar nanti di bab-bab selanjutnya kalian ngga bingung.

Aku kuliah di salah satu "cabang" ilmu elektronika jadi otomatis kuliahku ngga jauh-jauh dari yang namanya benda-benda elektronik. Seperti dijelaskan dibab sebelumnya aku ngga suka teknik, apalagi teknik elektronika, alasannya karena aku takut listrik. Konyol, emang konyol aku itu, tapi lebih konyol kalau sampai aku masuk atau diterima diprogram studi "gambar", aku suka mewarnai tapi tidak dengan menggambar. Menggambar itu mengerikan menurutku (ehehehe). Yang lebih lucu lagi karena setiap pelajaran fisika baik di SMP atau di SMA (by the way any way busway aku ini anak jurusan MIPA waktu SMA lho, kalau kalian liat mukaku kalian ngga akan percaya kalau aku ini anak MIPA, aku sendiri aja ngga percaya) dibab elektronika dinamis nilaiku ngga pernah jelek, ulangan ngga pake remidi. Dari nilai itu kadang aku heran, kok bisa ya nilaiku tu bagus tapi bagian itu aja, padahal temen-temenku selalu mengeluhkan masalah listrik dinamis (aku juga sihh) tapi setiap hasil ulangan atau tugas dibagikan no remidi remidi dong (i am proud of my self). Pernah ada kejadian waktu SMP dan ini sangat berkesan yaitu karena satu kelas waktu ujian listrik dinamis cuma dua anak yang nilainya lolos KKM (SMP dan SMAku udah nerapin KKM 80 hampir disetiap mata pelajaran, ngep bosss), waktu guru ngumumin gitu ya udah dong mikir paling habis ini ikut remidi, ehh setelah terima kertas senyum-senyum sendiri akunya, setelah beberapa purnama akhirnya aku lolos dari yang namanya remidi.

Ok cukup nostalgilanya, balik lagi ke dunia yang kata orang kejam padahal aslinya imut-imut. Kuliah di D-III mengharuskan mahasiswanya lebih banyak praktek dari pada teori, 60% pelajaran kami digunakan untuk mengutak atik alat. Praktikum perdana yang aku alami adalah praktikum melepas dan menempelkan kabel ke lampu 2,5VDC dan lampu 3,8VDC. Alat dan bahan yang digunakan adalah solder, atraktor (untuk menarik tenol), kabel jumper dan tenol atau timah. Dosenku sudah menyiapkan lampu-lampu yang masih terdapat tenol dan kabel jumper (kabel tunggal yang tipis). Saat mulai bekerja untuk melepaskan tenol semua berjalan dengan lumayan lancar, hambatannya paling cuma ketika tenol bekas dipanaskan lalu ditarik yang terjadi adalah lampunya ikut lompat dan berpindah tempat. Tugas kedua cukup ribet karena harus memasang kembali kabel jumper ke lampu. Aku berhasil memasang sebanyak lima lampu, seneng banget sih karena ini perdana aku solder kabel, kalo solder komponen waktu SMA mah udah pernah. Kejadian lucu adalah ketika pengetesan apakah lampu bisa menyala atau tidak, dari lima lampu yang aku buat, cuma dua yang bisa nyala sisanya ZONK, ingin mengumpat tapi ngga sopan ya udin sihh aku diem sambil senyam senyum liat dosenku nahan ketawa. Lampunya mirip sama bohlam lampu yang kuning yang ada kawat tipis dalam bohlamnya. Dosenku minta aku cek apakah kawatnya masih utuh atau sudah putus atau sudah terbakar apa belum, dan sesudah ku cek ketiga lampu yang mati itu kawatnya masih utuh semua. Kayaknya sih dosenku kasihan gitu liat muka memelasku terus ngomong "Kayaknya kamu kelamaaan yang nempel solder ke bohlamnya jadi komponen dalemnya ada yang rusak", terus aku mikir-mikir lagi kayaknya bener apa yang diomongin dosenku, soalnya kan lampunya udah dibongkar harus dipasang lagi.

Praktikum pertama itu lumayan berkesan karena sampe aku ditingkat tiga pun, tiap kali inget kejadian itu temen-temen masih suka ngeledekin. Ya namanya juga pengalaman pertama, udah lumayan baguslah itu walau belum maksimal. Buat aku yang menolak kata teknik apalagi elektronika pencapaian praktikum pertamaku sangat membanggkan, disaat temen yang lain baru ngelepas satu lampu aku udah dapet dua, ketika aku bisa pasang lima temenku ada yang cuma dua. Aku bersyukur dengan apa yang aku capai saat itu, toh dengan berjalannya waktu kemampuan untuk mensolderku (solder itu kemampuan yang wajib dan harus dimiliki sama anak elektronika, menurutku ini) pasti membaik dan akan mendekati kata "sempurna" menurut salah satu dosenku.

A's note:
Peringatan sekali lagi
-Ini kisah yang berasal dari pengalaman pribadi. Saya harap pembaca tidak mengaharapkan cerita romance ala-ala, karena saya tidak mengalami selama saya kuliah ini (ngenes). Saya masih banyak kurang, oleh karena itu sarannya saya tunggu 😁.

Diary Cewek TeknikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang