Mas Win dan Dara telah rapih melipat tenda dan alat masaknya, Semalaman Mas Win terjaga dan baru tidur pukul empat pagi dan sekarang pukul delapan pagi mereka sarapan logistik yang Dara bawa dan bersiap untuk berangkat. Mereka berdua berganti beban, Mas Win memutuskan untuk membawa carrier Dara dan gadis itu membawa Daypack milik Win. Cahaya pagi semakin terang, ia merasakan bahwa jalur tersebut jalur yang pernah ia lewati."Mas, ini kita camp dimana?" Tanya Dara mengikutinya dari belakang sambil terus menuruni tanah yang berundak-undak.
"Semalam kita ngecamp di Pos 2."
Dara merasa sangat heran mendengarnya, bagaimana bisa ia turun sendirian malam-malam padahal dirinya baru saja sampai di pos 3 dan rombongannya menggelar tenda. Sepanjang perjalanan turun, ia terus mengingat kejadian aneh didalam dirinya. Ia melewati beberapa batang pohon kayu jati besar yang sudah tumbang dan menghalangi jalan, sesekali ia harus melompat dan melewatinya dengan merundukkan badan.
Selagi Mas Win membantunya berjalan, pria itu bergumam. "Naik gunung itu membawa hati yang senang, bukan melampiaskan kemarahan kamu."
Dara menggerutu sendiri, ia tak menjawabdan hanya sibuk meraih tangan Mas Win untuk membantunya melewati pohon-pohon besar.
"terus nanti teman-teman saya bagaimana?" tanya Dara, kakinya melompat dari gundukan tanah ke gundukan lainnya.
"Ya, teman mu nanti akan dikabari polisi hutan lainnya, ada lah teman saya nanti akan keatas mencarinya. Nanti mereka akan diberitahu bahwa kamu turun duluan dan sudah di amankan."
"Emang saya ngelakuin tindakan kriminal apa, kok sampe diamanin bahasanya."
"Iyalah, tuh lihat tangan saya. kamu cakar." Jawab Mas Win menunjukkan luka ditangannya. Dara spontan menarik tangan Mas Win dan memeriksanya, luka itu masih cukup segar dan goresan merah karena epidermis terluarnya robek, Dara mengecheck kukunya yang padahal baru kemarin ia potong. Pasti ia mencakarnya kencang sekali.
"Maaf Mas, saya bener bener enggak tahu kalau Mas bisa sampe kayak gini."
Mas Win nggak menjawab, ia menjauhkan tangan Dara dari lengannya, ia menutup lengannya dengan lengan panjang pakaian cokelat polisi hutannya dan kembali melakukan perjalanan.
"nggak perlu minta maaf, saya pahami keadaan kamu."
mendengar hal tersebut, Dara merasa tidak enak hati, ia tidak membalas mas Win, hanya mengikuti kemana langkah pria itu berjalan menelusuri tiap undakan tanah yang menuju kebawah.
sepanjang perjalanan, Dara terus mengabadikan pemandangan indah lembah di gunung lawu dengan kamera ponselnya, senyumnya mengembang saat matahari mulai naik dan menembus pepohonan besar yang meninggalkan sorot bayangan ke tanah yang adat vegetasi. mereka beristirahat sejenak di Pos 1, setidaknya track turun memang jauh lebih cepat dan mudah ketimbang trak naik, ya karena bagaimanapun Dara juga tidak membawa carriernya sendiri, melainkan Mas Win si polisi hutan yang berbaik hati menolongnya. Mas Win melepas carrier Dara dan menaruhnya di tanah, Ia meregangkan tubuhnya dan melihat kearah perkotaan yang terbuka.
"paling sebentaran kalau kita turun, sekitar tiga puluh menit sampai satu jam kalau nggak banyak istirahat. kalau kamu mau foto pemandangan yang bagus, coba lihat dari sini. " Ajak Mas Win menunjuk kesalah satu arah pemandangan, Dara mendekatinya dan melihat takjub, pemandangan kota solo di pagi hari terlihat jelas disana.
"Ini tempat favorit saya. Gak harus kepuncak untuk merasakan syukur dan nikmat dari Kuasa Tuhan." Ucapnya dengan nada yang terdengar sangat menginspirasi pikiran Dara, gadis itu tersenyum menatap pria disebelahnya yang tengah memandang takjub karya Tuhan. Mereka melanjutkan perjalanan dan menuju Basecamp candi cetho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liburan Hati
Teen FictionDi nomor duakan, di kesampingkan, tertekan pada eksistensi diri dalam kehidupan percintaannya. Andara sudah muak dengan hal itu semua.