.3.

47 4 1
                                    

Tapi aku tak sedang memikirkan itu..

aku sedang memikirkan hal berkelompok, ya aku satu kelompok dengan Adit.
rasanya tak percaya, tapi memang itulah keputusan pak Ahmad.
Disaat namaku dipanggil, ketika itu seperti api yang bergejolak.

Rasanya campur aduk, sementara itu Adit pun sangat jarang berbicara denganku, terkadang hanya melukiskan senyum disaat kita saling bertemu.

tak kusangka bahwa kami akan satu kelompok
tapi sedihnya, Aku dan Rahma tak satu kelompok.
Ya tapi bagaimana lagi, ini adalah keputusan pak Ahmad sendiri..

Bel pulang berbunyi menandakan kegiatan sekolah hari ini telah tamat.

Aku dan Rahma pun segera bergegas merapikan buku dan memasukkan nya kedalam tas.
Ketika aku hendak keluar dari pintu ada seseorang yang memanggil ku, dan kulihat Rahma meninggalkan ku.


"Putri, tunggu!" Teriaknya
Aku tahu suara itu, ya suara itu adalah suara Adit,memang disaat aku hendak meninggalkan kelas hanya dialah yang masih berada di dalam kelas

akupun menoleh dan menanyakan

"Iya, adapa?"

Dia pun menghampiri ku, hampir saja jantungku mau copot karena melihat dia mendekati aku.

"Ehmm, untuk tugas IPA jika tidak keberatan boleh kah pertama kita kerumahmu dulu, tadi aku sudah sempat berbicara dengan Candra, untuk Dewi dan Risa tolong kamu Kabari saja Ya"

Aku yang gugup tidak beraturan pun menyadari akan hal itu.

"Ohh baiklah, kalau aku sih iya saja"

"Baiklah, kalau begitu aku boleh meminta nomor mu? Agar aku mudah memberitahu atau sekedar memberi informasi" ucap Adit.

Aku segera mengambil buku, lalu aku menyobek sedikit kertas itu, dan kutulis nomorku.

"Ini nomorku"

"Ahh, iya terimakasih, nanti jika ada kabar kapan kita akan kerja kelompok hanya tinggal mengabari"

"Baiklah, kalau begitu aku duluan, Assalamualaikum" ucap ku sembari menjauh dari Adit.

"Waalaikumsalam" jawab Adit

Rahma yang sedari tadi menunggu aku di gerbang pun protes.

"Lama amat ih darimana?"

"Itu tadi Adit abis minta nomor"

"Hah? Iyakah, ehem kiw kiw"

"Hem apasih, orang cuman buat tugas"

"Nanti lama kelamaan juga bakal menjalin obrolaan romantis" ucap Rahma yang berusaha menggoda ku.

"Ih apaansi, jangan sok tau deh" balasku sambil memukul dia.

Rahma pun hanya diam tak membalas.

Tak lama Rahma sudah dijemput oleh kakaknya
Ya dia anak kedua atau sama dengan terakhir
Dia mempunyai kakak perempuan..
Dan yang kedua Rahma
Jarak umur mereka berdua dibilang agak jauh,
Dan Rahma pun pamit untuk pulang.

Tak lama dari itu aku melihat kakakku sedang mengarah kesini, dia juga pulang dari sekolahnya, bedanya, aku kelas 2 SMA dan Kakakku kelas 3 SMA, kami memang tidak satu sekolah karena berbeda keinginan atau lebih jelasnya berbeda alasan.
Aku adalah anak kedua
Aku mempunyai kakak Laki Laki bernama Gibran Dan adik perempuan ku yang bernama Rani, dia sekarang sedang duduk di bangku kelas 6
Jarak umur kami terbilang sangat dekat.

Aku pun sudah sampai di rumah
Aku segera bergegas melepas sepatu dan menaruhnya dalam rak.

"Assalamualaikum, Putri pulaang"

"Waalaikumsalam, hehe anak ibu sudah pulang, cepat ganti baju lalu sholat dhuhur dulu setelah itu makanlah"

"Iyaa ibuuu"

~
~

Setelah selesai semuanya aku bergegas menuju kamarku dan mengambil handphone ku.
Disaat aku membukanya, tiba-tiba ada pesan masuk dengan nomor yang tak ku kenal

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, iya siapa?"

"Ini Adit"

"Oh Adit, oke"


Dan berakhirlah dengan 2 centang biru:')







Pedih emang nasib si putri😂
next chapter yaa..
maaf untuk tydak kejelasan cerita ini
jngn lupa voment

Happy Reading~

Cinta Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang