Bagian 2

12 4 0
                                    

Selama perjalanan menuju kamar asrama, Rain terus saja memperhatikan orang yang berjalan di depannya dengan tatapan tajam. Ia mulai berpikir, apa kesalahan yang telah ia perbuat hingga bisa di pasangkan dengan orang itu dan lagi apa tidak ada orang lain selain orang itu?

"Hei, berhentilah menatapku seperti itu terus. Aku tahu kalau aku itu tampan jadi berhentilah menatapku," ujar orang itu datar membuat sebelah alis Rain terangkat lalu tersenyum remeh.

"Aku tidak menatapmu. Lagipula kalau menatap itu kan harus saling berhadap-hadapan sedangkan kita tidak saling berhadap-hadapan. Jadi, berhentilah sok percaya di―"

"Aku bukannya percaya diri, hanya saja itu terlihat jelas dari dinding kaca Academy ini," potong orang itu cepat.

Rain baru menyadari jika dinding Academy ini terbuat dari kaca, pantas saja orang itu bisa tahu.

"Tetap saja aku tidak menatapmu!"

"Kau memang tidak menatapku tapi kau terus melihatku. Jika saja matamu itu bisa mengeluarkan sihir bisa-bisa punggungku habis dibolongi," ujar orang itu membuat Rain tersadar.

Benar juga, andaikan ia sudah bisa mengeluarkan sihir akan ia bolongi punggung orang yang sedang berjalan di depannya saat ini juga. Tapi, kapan hal itu bisa terjadi?

"Jadi berhentilah melihatku seperti itu."

"Hei, kenapa itu harus kau yang dijadikan teman sekamarku? Apa tidak ada yang lain lagi?" tanya Rain cemberut.

"Memangnya kau pikir aku sendiri mau?" tanya orang itu balik membuat Rain menghela napas lelah.

Flashback

"Kau ...."

Rain hanya bisa menatap terkejut saat tahu siapa yang datang. Coco, si pemuda tidak bertanggung jawab yang seenaknya kabur setelah mereka baru sampai di Miraculous Academy.

"Ada apa Master memanggil saya?" tanya Coco datar namun tetap sopan saat berbicara. Ia bahkan mengabaikan keberadaan Rain seolah Rain itu tidak terlihat.

"Nah Rain, teman sekamarmu adalah Coco. Dia yang akan menjadi teman sekamarmu dan menjadi teman berlatihmu."

Rain dan Coco terdiam lalu saling pandang satu sama lain sebelum kembali menatap Master Desmand dengan tatapan kesal.

"Kenapa saya harus bersama Coco, Master? Apa Master tahu? Coco itu adalah pria yang tidak bertanggung jawab setelah melakukan hal itu pada saya!"

Master Desmand kembali mengerjapkan matanya singkat. Hal 'itu'? 'Itu' yang dimaksudkan Rain apa ya? pikir Master Desmand bingung.

"Jangan membuat ucapanmu terdengar ambigu, Rain. Selain itu, jika aku boleh memilih, lebih baik aku memiliki teman sekamar dengan seorang gadis yang memiliki dada besar dari pada dada datar milikmu itu!"

Ucapan Coco menambah pikiran negatif Desmand. Pria itu berpikir kalau Coco dan Rain sudah melakukan hubungan yang lebih jauh saat ia memerintahkan Woody untuk menyuruh Coco menjemput Rain.

Seketika suasana yang berada di dalam ruangan itu menjadi dingin mencekam membuat Coco dan Rain langsung melihat ke arah Master Desmand dengan tatapan takut.

"M-Master?" panggil mereka berdua dengan suara yang sedikit pelan dan juga gugup.

Master Desmand sendiri hanya tersenyum meski aura yang di keluarkannya adalah aura suram.

"Keputusan saya adalah mutlak. Dan ini perintah!" ujar Master Desmand yang membuat Coco dan Rain langsung mengangguk dengan cepat.

"Nah sekarang, kalian bisa kembali ke kamar asrama karena saya yakin Rain pasti lelah setelah perjalanan menuju ke sini. Untuk pelajaran kalian berdua bisa mulai besok sebagai gantinya Coco akan menemani Rain mengelilingi Miraculous Academy," perintah Master Desmand dan mereka berdua hanya bisa menurut tanpa bisa membantah.

"Ah dan satu lagi. Kamu harus bertanggung jawab Coco," ujar Master Desmand tersenyum penuh arti membuat Coco kebingungan sendiri namun saat ia melihat gerak mulut Master Desmand tanpa suara membuat Coco mengerang frustasi.

'Kamu harus bertanggung jawab jika Rain sampai hamil karenamu.'

Setelah itu mereka keluar dari ruangan Master Desmand dengan ekspresi yang berbeda. Rain yang merasa senang karena Master Desmand mendukungnya meski ia masih kesal karena tetap sekamar dengan Coco, dan Coco dengan ekspresi kosongnya karena ucapan Master Desmand yang sepertinya salah paham.

Flashback end.

"Kita sudah sampai."

Coco memberhentikan langkahnya di depan salah satu kamar yang bertuliskan nama Coco. Rain sendiri tidak sadar jika ia sudah sampai di depan kamar asrama karena Rain sedari tadi melamunkan kejadian tadi membuatnya melewatkan banyak hal.

Cklek

Suara pintu terbuka membuat Rain menatap pintu kamar itu lalu masuk bersama Coco ke dalam kamar tanpa mereka sedari bahwa sedari tadi mereka tengah di perhatikan.

"Ini benar-benar berita yang sangat mengejutkan. Mereka semua harus tahu!"

🌧️🌧️🌧️

Di dalam kamar ....

Rain tampak memperhatikan seisi kamar yang akan ia tempati. Aroma maskulin menyeruak membuatnya entah kenapa terasa tenang.

"Coco, sebelumnya kau tinggal bersama siapa?" Rain mencoba membuka topik pembicaraan. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju jendela kamar dan melihat ke arah luar.

'Ah, ternyata kamar ini berhadapan dengan taman bunga, ya?' batin Rain.

"Aku sendirian."

"Sendirian?" ulang Rain lalu kembali melihat seisi kamar mereka. Pantas saja tidak terlalu banyak barang, selain itu ....

"Um, Coco? Aku ... Tidur dimana? Baju-bajuku dan peralatanku yang lain bagaimana?" tanya Rain membuat Coco yang sedari tadi membaca buku di meja belajarnya langsung berhenti.

Pemuda itu lantas berjalan menuju lemari pakaiannya dan memberikan sebuah baju yang menurutnya mungkin pas di tubuh Rain.

"Semua keperluanmu belum datang karena pengumuman kamar asrama mu telat. Jadi kau pakai saja bajuku, tidur di sampingku. Sisanya seperti peralatan sekolah aku masih punya lebih, jadi kau bisa menggunakannya," jelas Coco tanpa menyadari ekspresi horor yang terlihat jelas di wajah Rain.

"Yang benar saja! Kenapa harus seperti itu! Aku tidak mau!" tolak Rain mentah-mentah.

"Ya sudah~ Perlu kau tahu, Aku tidak suka tidur di lantai karena ketika malam lantai itu terasa dingin layaknya es. Lalu, Aku hanya punya satu selimut, apa kau mau tidur di bawah?" tanya Coco tersenyum menjengkelkan membuat Rain kesal.

"Baiklah. Kalau begitu Aku tidur di sampingmu," ujar Rain terpaksa membuat Coco menghela napas pelan.

"Tenang lah, Aku tidak akan menyentuhmu. Jadi kau jangan khawatir." Coco kembali berjalan ke arah kasur empuknya. Acara belajarnya ia tunda karena tidak ingin diganggu lagi.

"Kalau begitu Aku pegang kata-katamu itu, Coco!" Rain berlalu menuju kamar mandi yang ada di kamar lalu mengganti seragamnya dengan baju yang di berikan Coco, meninggalkan Coco yang sedang berbaring dengan nyamannya.

Setelah selesai, Rain keluar dari kamar mandi dengan gelisah pasalnya baju itu hanya bisa menutupi sampai di atas lutut saja. Ia yang mulai berpikiran buruk bahwa Coco akan menggodanya langsung tersenyum lembut ketika pikirannya tidak sesuai dengan apa yang ia lihat sekarang. Karena pria itu sudah tertidur dengan wajah polosnya yang manis.

"Aneh, kenapa bisa pria semenyebalkan dirimu bisa semanis ini ketika tidur?" gumam Rain lalu tanpa sadar mengelus puncak kepala Coco.

"Jadi kau baru tahu?"

Rain terdiam kala Coco tiba-tiba saja menyahut sambil tersenyum jahil sebelum kembali memejamkan matanya.

Sedangkan Rain? Wajah gadis itu memerah karena kesal dan juga malu bahkan langit di luar sana yang awalnya cerah langsung berawan gelap hingga suara gemuruh langit terdengar tanda akan hujan bersamaan teriakan kesal Rain.

"Dasar menyebalkaaaaan!!!"

🌧️🌧️🌧️

To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magic in The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang