9. Api cemburu

3.4K 299 52
                                    

Pagi ini Axelia bangun dengan sangat malas. Ia merasakan seluruh tubuhnya meregang sakit. Sejenak, ia duduk di tempat tidur lalu memegang kepalanya yang terasa nyeri. "Ini aneh," batinnya. "Tubuhku terasa ringan namun sakit semua. Kepalaku terasa berat tapi pandanganku terasa semakin jelas."

Sejenak, ia berjalan membuka jendela kamarnya dan menghirup udara pagi yang menenangkan. Masih terasa lembab hingga ia mengulurkan tangannya keluar lalu merasakan embun pagi yang menetes. Suara jatuhnya setangkai daun kering dari atas pohon membuat Axelia menoleh. Matanya menatap lama hingga ia dapat mengerti perubahan dalam tubuhnya. Semua terasa jelas di lihat dan begitu jelas untuk di dengar.

"Semut kecil itu, lalu daun yang gugur. Aku, kenapa aku dapat mendengar suara terkecil dan jauh sekali pun? Bahkan semut-semut kecil itu terlihat sangat jelas,"

"Axelia ...,"

Axelia menoleh saat suara Neneknya terdengar. Tak lama sang pemilik suara pun membuka pintu kamar Axelia pelan.

"Kenapa kau belum mandi?"

"Ahh, itu," Axelia menggaruk tengkuknya pelan. "Aku akan bergegas, Nek."

"Kay menunggumu."

mata Axelia berbinar. "Benarkah?'

sang Nenek mengangguk. "Bergegaslah, atau kau akan telat pergi ke sekolah."

"Ya, aku akan menemui Kay setelah ini,"

Tersenyum senang, Axelia segera menuju kamar mandi dan menyiapkan segala keperluan sekolah pagi ini. Langkahnya semakin pelan dengan tubuh mengintip Kay di balik pintu kamarnya. Ia dapat melihat dengan jelas ada sehelai rambut yang menghalangi pandangan Kay. Dapat mendengar dengan sangat jelas, alunan detak jantung Kay yang sedikit lebih cepat dari normal. Lalu dapat melihat dengan jelas bahwa Kay juga memiliki bulu mata yang lentik. Dan Axelia semakin menyadari bahwa teman kecil yang kini menjadi pacarnya itu sangat tampan.

"Axelia," desis Kay pelan namun terdengar jelas di telinga Axelia saat langkah kakinya keluar dari balik pintu kamarnya.

"Maaf membuatmu terlalu lama menunggu."

Kay menggeleng. "Kita berangkat sekarang?"

Axelia mengangguk. Sambil mengikuti punggung Kay yang mulai keluar dari rumahnya. "Nek, kami berangkat." ujarnya sebelum menutup pintu rumah.

Kini mereka berjalan beriringan. Kay mengulurkan tangannya dengan senyuman manis yang membuat hati Axelia menghangat. Axelia balas mengulurkan tangannya dan Kay langsung menggenggam tangan Axelia. Bergandengan tangan, mereka terlihat serasi dengan wajah berseri meski tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melewati jalanan sepi lalu gedung-gedung tinggi dan berada di tengah keramaian untuk menuju sekolahnya. Meski masih tak ada kata yang terucap, mereka berdua cukup menikmati waktu pagi ini hingga berada di pintu gerbang sekolah.

"Axelia, aku-"

Kay menatap tak suka saat kehadiran Evard yang berada di pagar sekolah menatap Axelia dengan tatapan luka. Kay menggiring tubuh Axelia untuk berada di belakang tubuhnya.

"Ada hal yang harus aku bicarakan dengannya," ujar Evard lagi. Matanya menelisik pada genggaman hangat tangan Kay dan Axelia. Sesaat rasa sesak itu hadir di hatinya.

"Ev-evard," ujar axelia menyembulkan kepalanya dari balik tubuh kay. "Kay, dia-"

"Lupakan. Aku akan mengatakannya lain kali," ujar Evard lagi lalu berlalu pergi memasuki halaman sekolah.

Kay mendesah saat Axelia menatapnya lama. "Maaf," ujarnya menggantung. "Entah kenapa aku tak suka dia memanggil namamu atau mendekatimu."

"Aku tak memiliki rahasia apa-'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANDURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang