Tokoh, kejadian, organisasi dan latar belakang adalah fiksi. Harap bijak dalam menanggapi. Happy Reading and Enjoy!!!
***
Malam ini adalah malam yang indah dan mengesankan bagi keluarga Bimantara, pasalnya istri tersayangnya baru saja melahirkan anak ketiga mereka. Kali ini Bima dikaruniai seorang putri lagi, ia sangat bahagia karena dirumahnya sudah ada tiga bidadari yang harus dia jaga dan lindungi bersama anak laki-lakinya.
"Bunda! Bunda! Abang mau cium dedenya," rengek putra pertama Bima kepada ibunya.
"Dysa dulu Bunda, dia kan cewek kaya aku," pinta putrinya.
"Udah jangan berantem, Abang dulu nanti gantian," jawab Yurika kepada kedua anaknya.
Seperti perintah bundanya, mereka dengan senang memberikan tanda kasih sayang kepada anggota keluarga baru mereka. Ruangan itu ramai dengan senda gurau keluarga Bimantara, terkadang diselingi dengan tangis sang bayi yang baru terlahir ke dunia.
Waktu terus berlalu, Bima mengajak kedua anaknya untuk pulang ke rumah nenek mereka. Dia tidak mengijinkan kedua anaknya untuk menginap di rumah sakit, selain takut istrinya kewalahan dia juga takut terjadi sesuatu kepada anaknya karena disini banyak orang sakit.
Dysa mengeratkan genggaman tangannya kepada Ayahnya, dia sedikit takut berada di keramaian pasalnya sebulan yang lalu Dysa sempat tersesat akibat tidak mendengarkan kedua orangtuanya dan memilih berjalan sendirian.
Berbeda dengan adiknya, Zen sudah sampai di parkiran lebih dulu. Dia sedang asik melihat sekuriti yang sedang membantu seseorang memarkirkan mobil.
Selang beberapa menit ayahnya tak kunjung datang, Zen memutuskan untuk kembali ke dalam. Namun, di tengah jalan ada seseorang yang menabraknya.
"Aw!" ringis mereka berdua.
Zen langsung memegangi pundaknya yang tertabrak tadi. Dengan segera Zen membantu gadis yang jatuh karena menabraknya, meskipun gadis itu yang salah tapi Zen tetap harus membantunya.
"Kamu gapapa?" tanya Zen.
"Maaf aku nggak sengaja," lirih gadis itu sembari membersihkan lututnya.
"Iya gap-" belom sempat Zen menyelesaikan ucapannya gadis itu sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Maaf ya aku beneran nggak sengaja, dan terimakasih udah nolongin aku. Aku harus pergi, duluan ya!" ucap gadis itu terburu-buru sembari menjauh dari Zen.
Zen hanya menatap kepergian gadis itu. Sedetik kemudian tatapannya jatuh kepada benda yang ada didepannya. Zen pikir itu adalah milik gadis tadi, dengan cepat dia mengambil benda itu dan hendak mengembalikannya tetapi ketika melihat ke arah gadis itu pergi, Zen sudah kehilangan punggung gadis tadi.
Baru saja Zen akan melangkahkan kakinya untuk mengejar gadis tadi tapi dia urungkan karena ayahnya memanggil.
"Abang ngapain masih disini?" Dengan sigap Zen memasukkan benda itu ke dalam saku jaketnya.
"Nungguin Ayah lah," jawabnya dengan menunjukkan gigi susunya.
"Ya udah ayo pulang," ajak Bima sembari menggandeng tangan Zen.
TBC
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LITHE
Teen FictionCinta itu layaknya sebuah pemrograman, rumit. Namun hanya orang yang memahami dan berhati sabar yang bisa menyelesaikannya.