Chap 2

91 11 2
                                    

B.I mendudukkan diri di sofa pada sebuah ruang gelap, kedua kakinya menyilang bertumpu meja. Menghisap rokok dan menghembuskannya berlahan, membuat pola-pola tertentu untuk sedikit bermain. Netranya mengarah pada sinar rembulan dibalik kaca jendela, malam bulan purnama.

Ia memejamkan kelopak matanya, menampakkan seringaian tipis pada wajahnya yang tertutup, mendengungkan sebuah lagu tanpa suara. Mengetukkan jemari di atas meja, dengan ketukan nada abstrak.

Ketukan yang awal mulanya pelan, berangsur semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat, dan semakin keras.

Membuat tubuh berbaring itu terlonjak kaget, menangkap siluet pria yang duduk dengan angkuh di sofa kamarnya. Ia bangun karena mendengarkan bunyi ketukan yang semakin jelas pada indra pendengarannya. Begitu membuka mata, pemandangan yang dilihat adalah pria berbaju hitam dengan topeng putih yang menutup hampir seluruh wajahnya.

"SIAPA KAUUU?" Pria itu berteriak, amarah menguasai tubuhnya melihat orang lain masuk ke dalam kamarnya tanpa izin.

B.I menoleh, tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya, ia menegakkan badan. Berdiri, mendekat ke sisi ranjang.

"BERHENTI KEPARAT, APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU HAHHH"
Lelaki itu berteriak diantara rasa kesal dan takut.

"Berhenti memanggilku keparat, kau bisa menyebutku B.I"
B.I berucap dengan intonasi datar. Pembawaannya terlalu tenang, yang menjadi salah satu ciri dirinya.

Si pria terkejut bukan main, mendengar kata B.I terucap dari bibir seseorang dihadapannya membuat nyalinya menciut. Wajahnya memucat, dengan peluh yang mulai membasahi dahinya. B.I, nama itu terlalu menakutkan untuk sekedar dibicarakan. Siapa yang tidak mengenal B.I, seorang killer record yang menjadi buronan sejak kemunculannya 5 tahun lalu. Tak ada satu pun orang yang mengenali identitasnya, caranya membunuh terlalu keji, tak pandang tempat dan  situasi. Namun ia selalu bisa menyelesaikan semuanya dengan sangat rapi.

"Sekarang, mari kita lihat apa saja yang kau punya."

B.I mengulurkan tangannya hendak menyentuh, namun lelaki itu menepisnya dengan kasar lalu berusaha turun dari ranjang. Tak diduga gerakannya kalah cepat dengan tendangan hanbin yang tepat mengenai punggungnya, membuatnya jatuh tersungkur di lantai. B.I melompat mencengkram kedua lengan menariknya ke belakang. Menyobek kasar baju lengan kanan lelaki itu, menjadikannya dua bagian, satu digunakan untuk menyumpal mulut, satunya lagi digunakan untuk mengikat tangan dari belakang, kemudian kedua lengan itu ia paksa memutar agar tegak ke atas melewati kepala. Lelaki itu memekik kesakitan merasakan tulangnya yang hampir patah.

B.I berdiri, kaki kanannya menginjak leher lelaki itu, sedangkan kaki kirinya menginjak ikatan tangannya secara berlahan, sehingga menimbukan bunyi gemelatuk yang sedari tadi ingin didengarnya.

Tak Tak Tak Tak

aghhhhh.. mmmmmm....  ggggmm...

gemelatuk tulang-tulang itu berdering seiring dengan geraman-geraman menyakitkan pria dibawahnya. Menyebabkan sensasi memabukkan yang hanya dapat dinikmati oleh B.I. Suara-suara yang menjadikannya candu, untuk lagi, lagi, dan lagi melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang dianggapnya sampah.

B.I memejamkan matanya, mempersiapkan diri untuk menghentak kasar lengan itu, hingga

Klekkk

AGGHHMMMMMMMMMMMMM.....

Bunyi terakhir seiring geraman panjang ketika kedua lengan itu telah lurus pada sisi kepala. B.I tersenyum puas, korbannya pinsan.

B.I menyeret tubuh lemah itu, mengikat lengannya pada tiang ranjang dengan posisi setengah berdiri. Menggeledah piyama tidurnya, mulai dari ujung celana hingga kerah leher.

"Sayang sekali, kau tak membawa apapun untuk permainan kita"

Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui. B.I hanya membawa sebuah pisau untuk melukis namanya, ia lebih suka menghabisi korbannya dengan barang-barang yang digunakan korban saat itu, membuat korbannya menyesal telah membeli barang yang akan menghabisi nyawanya sendiri.

B.I menyobek paksa piyama lelaki itu, hingga ia bertelanjang dada. Membaginya menjadi potongan-potongan kecil yang dibedakan menjadi beberapa bagian. Kembali ia  menggumamkan lagunya, menunggu lelaki itu bangun.

Eghmmm... eeeegmmmm...

B.I melirik ke belakang, tersenyum miring melihat korbannya meronta.
"Kau siap?" B.I menaikkan alisnya, menatap tajam kedua netra yang menatapnya penuh amarah.

--B.I--

B.I kembali berulah, kali ini korbannya adalah seorang pengusaha di bidang properti Koo Jihyun. Ditemukan tewas di apartemennya sekitar pukul 04.00 dengan kondisi setengah telanjang, seluruh tulangnya patah, mulut menganga lebar, tenggorokannya tersangkut bola mata yang sengaja dijejalkan pelaku. Sebuah kaset juga diletakkan dalam mulut korban, bersama potongan bola mata lainnya yang diiris kecil-kecil. Pada dahinya tertulis nama B.I sebagai indentitas dari tersangka.

Jiwon memegang dadanya yang berdegup kencang. Bayangan kedatangan B.I membuat wajahnya merona tanpa sebab. Berbulan-bulan ia menunggu kehadiran pria itu, kini penantiannya terbayarkan dengan datangnya berita pembunuhan yang dilakukan oleh B.I. Jiwon senang, teramat senang sehingga rasanya ia ingin meledak. Kerinduannya pada pria bertopeng itu semakin membuncah, menginginkan lebih untuk kembali berjumpa. Bahkan Jiwon akan dengan senang hati menyerahkan tubuhnya, untuk disayati, dikuliti, atau bahkan dibunuh sekalipun. Kecintaan dan obsesinya terhadap pria itu terlalu dalam menerobos jiwa raganya.
Bersepakat untuk memilih B.I sebagai pusat hidup dan pusat kematiannya.

"Aku akan membuat pesta, untuk penyambutanmu, sayang"

Jiwon memasuki pekarangan rumah Yunhyong. Mencari sahabatnya untuk membantu perencanaan pesta. Disana ia berpapasan dengan Hanbin yang hendak berangkat ke kampus. Tak ada kalimat sapaan yang terdengar, keduanya memilih tak acuh karena memang tak saling mengenal. Jiwon memasuki ruang kerja dirumah itu, mendobrak kasar pintunya.

"Lima orang dengan 25 cambukan"

"Pilihlah siapapun yang ada di bawah"

"Aku ingin adikmu"

"Maka aku akan melepas nyawamu"

Jiwon tersenyum miring, meninggalkan ruangan Yunhyeong. Sampai di bawah, ia menunjuk acak lima maid yang sedang bekerja.
Mengajaknya menuju sebuah ruangan rahasia yang hanya diketahui oleh Jiwon dan Yunhyeong.

Jiwon memaksa para maid untuk membuka seluruh pakaiannya, berbaring tengkurap di atas lantai yang mengkilap dengan barisan 1 3 1
Mencambuki satu persatu maid tanpa rasa belas kasihan, tak peduli dengan teriakan-teriakan rontaan kesakitan. Tujuannya hanya satu, melihat darah sebanyak-banyaknya.

Jiwon suka menyiksa, tapi ia tak suka membunuh. Baginya hanya B.I lah yang diperbolehkan menjadi pembunuh. Ia tak berniat menyaingi pria itu, ia lebih suka bermain permainan kecil seperti ini.

"5 orang dengan susunan baris 131, adalah sebuah penyambutan untuk kedatanganmu. Ku pikir lain waktu aku akan mengambil seratus tiga puluh satu orang jika aku bisa bertemu denganmu." Ucapnya.

Jiwon mengambil gambar, tersenyum puas melihat hasil karyanya. Meninggalkan ruangan itu tanpa peduli dengan kekacauan yang ia tinggalkan.







Annyeong, kembali lagi nih sama si killer record

Mian, upnya lama msih belum banyak feel buat bikin ff ini,

Happy Reading, guys

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloody ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang