"Some things are destined to be. It just takes us a couple of tries
to get there."-J.R. Ward
.
.
.Agapita memungut sebuah jurnal yang terjatuh didepan ruang guru. Adik Kelas yang membantunya tadi mungkin tidak sengaja menjatuhkannya.
"Aga, lo masih sakit?" Kakaknya, Azka muncul dihadapannya entah dari mana.
Sambil membenarkan letak masker diwajahnya, Agapita menjawab, "udah mendingan kok bang. Tadi juga sudah minum obat."
"Yaudah, ntar gue tunggu diparkiran mobil. Sekarang gue mau tebar pesona bentar ke adek kelas." Azka berlalu sambil tersenyum genit, menaik turunkan alisnya.
Cih. Buaya darat.
Agapita menyimpan jurnal kecil itu dalam saku bajunya. Lalu berjalan menuju Perpustakaan sambil memasang scraft hitam dikemejanya. Scraft hitam ini menandakan bahwa dia adalah seorang pengurus MOS sekaligus ketua eskrakurikuler. Sebenarnya, dirinya hanya ketua sementara. Pemilihan ketua jurnalistik tidak berjalan dengan baik, sehingga para kakak kelasnya setuju menunjuk dirinya sebagai ketua sementara sampai pemilihan ketua diadakan ulang setelah kegiatan MOS selesai.
Agapita mendudukan dirinya disalah satu bangku kosong di perpustakaan. Dia mengeluarkan jurnal dari dalam sakunya. Menimbang-nimbang apakah harus mengembalikannya atau pura-pura tidak tahu saja. Tangannya mulai membuka jurnal itu, sedikit terkejut karna hanya menemukan 2 tanda tangan disana.
"Agam D. Rafansya."
3 hari ini dirinya sering mendengar nama ini. Cowok berperawakan tinggi dan tampan itu dengan mudah menjadi idola baru di SMA Adelium ini. Agapita mengetuk telunjuknya diatas meja, berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menuliskan nama, tanda tangan dan stempel bintang miliknya dalam jurnal itu.
"Gue selamatkan hidup lo. Sebagai tanda terimakasih."
.
.
.Agapita berdiri sambil bersedekap. Bel istirahat kedua telah berbunyi. Dirinya harus menjalankan tugasnya sebagai pengurus. Ya, dia harus berdiri sambil menunggu para adik kelas menyapa dirinya. Kebodohan macam apa ini?!
"Yaampun dek! Kalo nyapa itu yang semangat! Lesu banget! Habis nguras laut?!"
Agapita melirik sinis Mega, sahabatnya. "lo nikmatin ini banget ya? Suara lo kaya ibu-ibu kost."
"Lo ga asik banget tau ga?! Ini tuh ajang balas dendam Ga. Dulu gue juga ada diposisi mereka! Gue mati-matian berjuang jadi kapten chers biar bisa dapet scraft item ini! Lagian tahun ini, ceweknya pada ganjen, pake makeup segala ke sekolah!" Mega berucap sambil memilin rambut panjangnya.
Emangnya elo nggak?
Agapita hanya menggelengkan kepalanya lemah. "gue ke UKS. Kepala makin pusing denger cuitan lo."
.
.
.Agapita berjalan lemas menuju UKS. Flunya terasa makin parah. Kepalanya serasa ingin pecah. Dirinya memutuskan untuk duduk didepan sebuah kelas, Beristirahat sejenak. Kenapa ruang UKS terasa sangat jauh? Sepertinya dia akan meminta izin untuk tidak mengikuti penutupan panitia kepengurusan MOS sepulang sekolah. Dia ingin langsung pulang dan beristirahat saja.
Agapita memandang kosong pandangan didepannya sambil menikmat hembus angin yang menerpa rambut panjangnya. Tidak lama kemudian, Agapita merasakan sesuatu yang dingin bersentuhan dengan kulit pipinya. Dirinyapun reflek menoleh sambil memegang pipinya. Huh? Agam?
"Thanks."
Sosok itu berlalu begitu saja setelah memberi minuman bervitamin kepadanya. Agapita hanya menggedikan bahunya acuh, membuka minuman itu lalu meminumnya.
Ah. Dia ingin pulang.
💘
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO MAKE YOU NOT
Teen FictionAgam D. Rafansya tidak pernah menyangka, mengenal seorang Agapita Daphilia, bisa membawa begitu banyak perubahan dalam hidupnya. Agapita Daphilia tidak pernah menyangka, mengenal seorang Agam Rafansya, bisa membuat dirinya dihadapkan pada pilihan ya...