Tiga. Aku "Bulan"

28 1 0
                                    

Aku hanyalah pasir pantai yang sekarang menjelma menjadi butiran debu.

Aku hanyalah bulan yang sekarang menjadi awan awan hitam.

Dan, aku hanyalah seorang makhluk yang tinggal di dunia. Tanpa harapan dan keinginan.

Selamat datang di cerita ku. Aku harap ceritaku dan ceritamu tidak akan pernah membiru.

                                           //////

"Ayo kesini bulan,lihat air nya jernih,pemandangannya bagus".
"Ah iya kamu benar ".
"Iya dong, matahari gitu loh"

Aku duduk dengan bayu di atas bukit, yang di bawah sana mengalir air sungai yang sangat jernih. Dan di depan kami terlihat pemandangan yang sangat indah.

"Kenapa kamu memanggilku bulan? Sedangkan aku harus memanggilmu matahari? " Aku bertanya

"Perlu aku jelaskan? Aku adalah matahari, bulan pasti memerlukan matahari bukan? Aku selalu memberikan cahayaku untukmu bulan. Jika tidak ada aku,maka kamu akan sendirian,kamu gelap. Dan jika kamu gelap, siapa yang menemani aku? Kita sama sama membutuhkan bulan. Ingat kata ku ya "Matahari tidak akan meninggalkan bulan nya"

Kringgg........

Suara alarm ku berbunyi yang telah menunjukkan pukul 05.00 pagi.

Aku terbangun. Dan tadi semua? Aku berjumpa dengan bayu? Semua hanya mimpi? Semesta sudah 1 tahun aku sering mengalami mimpi buruk ini. Tolong semesta. Pertemukan aku dengan bayu.

"Meisya ayo bangun nanti kamu telat loh" teriak ibu dari bawah sana.

"Iyaa ibu. Aku kebawah"

Jam menunjukkan pukul 07:30. Aku bergegas keluar rumah untuk pergi ke kampusku. Dengan perasaanku yang bisa dibilang tidak enak, aku menunggu di halte dekat dengan komplek rumahku. Aku menunggu bis disana.

Tiba tiba tampak dari kejauhan seorang lelaki naik motor dengan baju kaos putih dan jaket navy nya.

Dia berhenti di depanku. Aku sudah menduga nya.

"Selamat pagi kupu kupu kecil. Kamu nungguin bis atau nungguin aku nih?

Aku tidak berniat menjawabnya. Aku terfokus menunggu bis. Bahkan aku tidak melihatnya.

"Lihat kesini dong,mendingan kita bareng? Mau ga? "
"Tidak. "

Sebegitu singkat tapi jelas. Tiba tiba lewat di depan ku bis. Aku segera menaikinya dan tidak menghiraukan adit yang terpaku disitu melihatku.

Seperjalanan, perasaanku tidak karuan, aku melihat ke belakang. Ternyata adit mengikuti ku. Eh, tapi tidak. Kampus kami sama. Ingat itu meisya.

Beberapa menit, aku sampai di kampusku. Aku turun lalu segera masuk ke dalam kelas ku. Perjalananku ke kelas, justru membuatku pusing. Lagi dan lagi aku menjumpai adit. Semesta, dia lagi.

"Selamat pagi esya"
"Hm"
"Sudah sarapan? "
"Hm"
"Kamu hm hm terus kaya nissa sabyan hehe"
"Apasi ga lucu! "

Lalu aku melangkah masuk kedalam kelasku
                                          ~~
Pelajaran sudah selesai. Aku hendak langsung pulang kerumah ku. Mengingat ibuku hari ini tidak ada dirumah, aku bebas mau tidur.

Aku berjalan keluar kelas ku. Lalu aku di panggil dengan putri.

"Meisya! Pergi yuk, duduk di cafe seberang, sudah lama kita tidak minum lemon. Dan katanya disitu ada seorang barista baru loh, siapa tau cakep. "
"Tidak putri, aku lelah aku ingin pulang saja, aku malas nanti nya jika bertemu dengan adit".
"Ayo dong sekaliii sajaa". sungguh pada saat itu mata putri berbinar layaknya kucing minta makan hhufff
"Iya putri, yasudah yuk"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang