Haiiiii i'm back!!!!
Jam pulang sekolah sudah lewat satu jam yang lalu. Namun, seorang siswa berkacamata dengan seragam yang masih begitu rapi seperti tadi pagi itu baru hendak pulang setelah kegiatan ekstra kurikuler. Namanya Ashi, siswa teladan yang prestasinya diketahui seantero sekolah. Anak lelaki itu berjalan agak cepat pelan sambil memeluk beberapa buku tebal di dadanya.
"Aw!" pekiknya saat seseorang menabraknya sampai tersungkur di lantai.
"Sorry, gue gak sengaja."
Ashi yang sibuk mengumpulkan buku-bukunya itu mendadak berhenti saat mendengar orang ysng menabraknya itu buka suara.
"J-Juna?" tanyanya pelan.
"Lo kenal gue?" Siswa bernama Juna itu balik bertanya sambil memberikan kacamata Ashi yang jatuh.
"T-tau." Ashi menjawab dengan gugup.
"Oh. Ini lo bisa sendiri, kan? Nggak ada yang luka? Gue mau cabut soalnya."
"Juna, tunggu!" teriak Ashi yang membuat langkah Juna terhenti.
"Kenapa? Lo cedera?"
"Ng-nggak. Itu... Juna, kenapa luka?" tanya Ashi sedikit ketakutan.
"Ngeliat aja lo! Nggak kenapa-napa. Namanya juga anak laki. Dah lo balik sono! Kalo malem suka ada demit di sini."
Setelah mengatakan itu, Juna kembali berjalan meninggalkan Ashi yang msish berdiri mematung sambil memegangi dadanya.
"Tadi itu aku ngobrol sama Juna?" gumamnya sambil tersenyum.
Rasa lelah selama seharian ini mendadak hilang. Ashi berjalan dengan semangat menuju gerbang di mana sang ayah yang menjemputnya sudah menunggu di sana.
"Sore, Ayah."
"Sore anak Ayah yang manis. Gimana hari ini? Kok, kayaknya seneng banget?"
"Iya, dong. Ashi kan selalu semangat. Ayah nggak capek apa? Pulang kerja langsung jemput Ashi."
"Nggak, dong. Ayah bakal antar jemput Ashi selagi Ayah bisa."
Ashi tersenyum membalas perkataan sang ayah. Katakanlah, Ashi memang beruntung dalam segala hal. Ia bisa sepintar sekarang berkat dukungan dan kasih sayang kedua orang tuanya. Meskipun sang ayah yang berprofesi sebagai dokter itu cukup sibuk, tapi selalu ounya waktu untuknya. Sesederhana menanyakan bagaimana harinya seperti tadi. Ashi selalu merasa bahagia.
"Bunda, Ayah sama Ashi pulang."
"Wah, Bunda kira Ayah pulang malam lagi. Tadi telepon Ashi tapi HPnya mati."
"Iya, Bun. Tadi baterainya habis. Maaf."
"Bunda khawatir tadi. Tapi, kalau Ashi sama ayah, Bunda lega. Sana pada bersih-bersih dulu."
Ashi memang terbiasa dengan keluarga yang hangat seperti ini. Meski dirinya merupakan anak tunggal, tapi ia tak pernah merasa kesepian sama sekali. Hidupnya memang semulus itu sampai saat dirinya masuk SMA dan mulai tertarik kepada seseorang yang sifatnya sangat berlawanan dengannya.
Juna. Siswa yang menarik perhatian Ashi saat hari pertama masuk sekolah sebagai siswa SMA. Saat itu, Ashi tengah ceroboh karena lupa memakai dasi yang artinya, ia akan dihukum di depan lapangan selama upacara berlangsung. Namun, di saat dirinya kebingungan, seseorang menaruh dasi di bahunya.
"Lo keliatan anak baik. Jadi, pake aja dasi gue, nih. Cepet ntar keburu bel bunyi."
Setelah mengatakan itu, Juna berlalu begitu saja. Meninggalkan Ashi yang mengenakan dasinya secara terburu-buru. Hari itu, Ashi harus melihat Juna dihukum di depan lapangan selama upacara berlangsung dan itu karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Love Stories [BxB]
FanfictionWarning 21+ Kumpulan short story bxb yang bermuatan dewasa. Kalau kamu belum cukup umur, sebaiknya mundur. Pokoknya ini lapak yang homo-homo aja. Resiko ditanggung pribadi, yaaa!