Kontes Tulis

40 4 0
                                    

"Mau ngapain, sih? Mau ikutan kontes nulis biar dapet hadiah sheet mask  buat Ralisa? Bucin  banget si Seungyoun!"

Hangyul udah misuh-misuh begitu Seungyoun datang ke rumahnya sambil bawa-bawa tas laptop. Dia kira Seungyoun datang karena emang mau numpang bikin tugas di sini. Tapi,

"Gyul, imajinasi lo itu, kan kayak spongebob. Bantuin gue pikirin cerita yang plot twist gitu, sih."  Cho Seungyoun memang kurang ajar. Sungguh tidak tahu diri. Kuliah kesehatan, mahal-mahal, masih sempat-sempatnya mikir buat bikin cerita, gaya banget pakai acara plot twist segala. Hangyul mau marah aja rasanya. 

"Bukan sheet mask, Gyul. Tapi merchandise  gitu. Kalau kata Ralisa, perintilan oppa." Seungyoun jawab tanpa sekalipun noleh ke arah Hangyul yang mukanya udah kesal setengah mampus.

"Minta ajarin aja sana sama anak SPG! Ngapain lari ke rumah gue?"

"Iya, gue udah minta ke anak SPG yang bagian penulisan cerpen itu. Tapi, susah banget dihubunginnya. Dia jarang banget online, udah segala pakai nama pena. Padahal masih satu kampus. Mau marah aja," keluh Seungyoun yang masih asik berselancar ria di google  tentang bagaimana membuat cerpen yang baik.

"Si Ryeonsa itu? Lo hubungin dia?" tanya Hangyul. Seungyoun mengangguk mengiyakan. Hangyul, sih enggak aneh kalau Seungyoun bilang Ryeonsa ini susah banget buat dihubungi. Ya, ibarat kata Ryeonsa ini anak kampus mereka, tapi keberadaannya itu enggak bisa dideteksi dengan mata telanjang. Siapapun yang mau berhubungan dengan Ryeonsa harus banget lewat aplikasi menulis gratis yang warnanya itu oranye. Bisa dilihat se-niat apa Seungyoun buat hubungin Ryeonsa.

"Youn, masih kuliah jangan terlalu dibawa serius itu hubungan," kata Hangyul ketika Seungyoun masih asik dengan laptopnya.

"Apa, Gyul? Bentar lagi Ralisa ulangtahun, masa gue enggak ngasih apa-apa? Gue lagi enggak ada uang makanya nyari yang gratisan sampai segininya, biar Ralisa masih bisa dapat kado meskipun pacarnya yang tampan dan rupawan ini enggak punya duit."

Hadeh, Hangyul mau resign  aja jadi temannya Seungyoun.

...

Pulang dari rumah Hangyul, Seungyoun mampir dulu di depan minimarket. Enggak beli apa-apa, cuma numpang duduk sambil ngetik-ngetik kerangka cerita aja. Sumpah, Seungyoun enggak pernah se-niat ini. Tapi, apa daya kalau dompet sudah meraung-raung, memelas agar isinya enggak di keluarkan secara paksa hanya untuk beli perintilan oppa  yang Ralisa mau.

Seungyoun masih sesekali mantengin akun oranye-nya, takut-takut Ryeonsa balas. Sekitar sepuluh menit, Seungyoun dapat notif dari oranye yang bilang kalau ada pesan. Wah, Seungyoun udah excited gila.

Ryeonsa: Untuk perihal apa, ya? Apa kamu ikut kontes menulis cerpen atau gimana?

Bucinlisa: Iya, aku ikut kontes nulis cerpen gitu. Kira-kira bisa dibantu enggak ya? Deadline-nya malam ini sebelum jam dua belas.

Seungyoun harap-harap cemas begitu pesannya yang barusan terkirim. Takut enggak dibantuin karena alasan deadline  yang mepet ini. Abis gimana, dong? Seungyoun baru lihat barusan cuitannya di dunia burung biru. Jangan salahin Seungyoun, salahin aja cuitannya yang telat hadir di beranda akunnya.

Ryeonsa: Wah, deadlinenya mepet juga ya

Ryeonsa: sedang mengetik...

Bucinlisa: Duh, please... Soalnya ini penting banget, seriusan. Kalau kamu mau bantuin aku nanti hadiahnya aku kasih ke kamu setengah, deh.

Hadeh, menang aja belum sudah menebar janji. 

Ryeonsa: Oke, deh. Tapi aku cuma bisa kasih saran lewat sini aja, ya?

Kontes Tulis | CHO SEUNGYOUNWhere stories live. Discover now