Prolog

4 1 0
                                    


Peluh membanjiri wajah cantiknya. Entah sudah berapa lama ia berlari. Ia menengok kebelakang, gadis itu jatuh terduduk saat ia rasa sudah tak ada yang mengejarnya. Air mata nampak turun dari tempatnya.

Gadis itu menenggelamkan kepalanya dilipatan kaki dan terisak keras disana. Menumpahkan segala kesedihan yang ia rasakan.

Ia tak punya teman. Ia tak punya tempat untuk bersandar. Ya, ia seorang diri disini.

Tak ada yang bisa menjamin sampai kapan ia akan bertahan hidup.

Hidupnya penuh dengan luka.

REA! KAMU DIMANA?”

Gadis itu terdiam sebentar saat mendengar sebuah teriakan seorang pria dari jarak yang lumayan jauh.

Tak ingin kembali pada pria itu, gadis itu berdiri seraya mengusap air matanya kasar.

‘Ya Tuhan...sampai kapan?’ batinnya menjerit pilu.

Saat ia sudah berancang-ancang untuk berlari kembali. Sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. Seketika tubuhnya bergetar ketakutan.

“Le-lepas.” gadis itu berbicara pelan hampir seperti bisikan dengan suara bergetarnya.

Pria itu menaruh kepalanya di ceruk leher gadis tersebut. “Gak akan!”

Isakan kecil terdengar, tubuh gadis itu semakin bergetar mendengar nada dingin dari pria yang tengah memeluknya.

Tubuh mungilnya tersentak saat dengan tiba-tiba pria itu membalik tubuhnya menjadi saling berhadapan.

Tangan kekarnya menghapus air mata yang masih saja mengalir deras dari mata indahnya. “Jangan menangis sayang. Aku gak suka!” Suaranya sangat lembut, tapi gadis itu tau. Itu adalah sebuah perintah yang harus segera dilakukan.

“Bagus!” pria itu tersenyum puas saat gadis dihadapannya berhenti menangis.

“Ayo, kita pulang.” matanya menjelajahi tempat yang sekarang mereka pijak, Hutan. “Ini sudah larut malam.”

Mereka mulai berjalan menjauhi hutan. Sepertinya hanya pria itu yang berjalan. Melihat gadis itu yang enggan beranjak, membuat ia ditarik paksa.

“Setelah sampai, kamu mau ngapain dulu? Makan? Tidur? Atau mandi?” gadis itu menggeleng tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bagaimana kalau kita bersenang senang sebentar?” kepalanya menggeleng cepat, tubuhnya kembali bergetar. Gadis itu tahu apa yang dimaksud ‘bersenang-senangoleh pria tadi.

Kekehan pelan terdengar dari mulut pria itu. “Baiklah baiklah. Mungkin langsung tidur adalah hal yang kamu mau?” gadis itu menghela napas lega. Dengan cepat ia mengagguk sebelum pria itu mengubah keputusannya.

Senyum tipis tercipta dari bibirnya. Tatapannya memiliki arti berbeda. Tidakkah gadis-nya tahu apa arti tidur yang ia maksud, pikirnya.

🔑🔑🔑

Reana Algista. Gadis yang sering disapa Rea itu termenung di tepi ranjang.

Cklek

Gadis itu mendongkak saat pintu dibuka. Sosok pria dengan tinggi menjulang berdiri dihadapannya dengan segelas susu ditangan kanannya.

Rea mengambil gelas tersebut, saat pria tersebut mengulurkan tangan kanannya.

“Minum!”

Dengan cepat, Rea menenggak susu tersebut hingga tandas. Senyum puas tercetak di bibir pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Fickle BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang