JODOH

30 2 0
                                    

Namaku Tharissa nur imasari, panggil saja Ica. Kegiatanku sehari-hari seperti biasa dan sama seperti orang-orang pada umumnya, yaitu bekerja di sebuah perkantoran lumayan ternama. Aku tinggal bersama Ayah dan Ibu, kebetulan aku anak tunggal. Umurku sekarang sudah 17 tahun, bisa dikatakan sudah matang untuk memiliki kekasih. Tapi nyatanya tidak, belum ada yang pas untuk menjadi kekasihku saat ini. Yang aku tahu semua lelaki yang mendekatiku selalu menyakiti hati.

Dulu aku pernah berpacaran dengan Akbar Pratama, dia cinta pertamaku waktu di SMA kelas 1. Awal-awalnya dia memang manis dan romantis, tapi akhir-akhirnya sikapnya dingin kepadaku. Semenjak dia kukenalkan dengan sahabatku Vira Maharani, dia berubah drastis. Padahal kami sudah 1 tahun pacaran dan aku dengan Vira sudah bersahabat sejak SMP. Kalian tahu apa yang mereka lakukan? Mereka berdua diam-diam selingkuh di belakangku. Yaa aku tidak terima, akhirnya kuputuskan Akbar. Dalam hatiku mungkin sudah takdir-Nya.

Semenjak itu, aku tidak membuka hati untuk siapa pun. Dan sekarang aku sudah kelas 3 SMA, sudah saatnya aku belajar dengan serius. Pada saat waktu senggang, aku cek HP dan medsosku. Pada saat itu, aku membuka instagram ku dan ada sebuah nama yang follow instagramku. Namanya Aditya Mulawarman Wijaya. Jujur saja aku tak kenal dengannya, iseng-iseng berhadiah 5 menit kemudian dia menge-chat ku.

"Hai" ucapnya. Aku balas dengan "Hai juga". Kami berkenalan, dia bukan anak daerahku. Dia anak Jakarta, sedangkan aku dari daerah tepatnya Purwakarta.

Lama kelamaan kenyamanan pun datang antara kami berdua. Walaupun komunikasi hanya lewat HP, entah kenapa rasa ini beda. Dia membuatku lupa akan kepahitan yang aku alami dulu. Aku merasa dia beda, dia perhatian, sholeh dan humoris dan membuatku suka padanya. Pada suatu hari, dia mengatakan padaku kalau dia ingin sekali rasanya berjumpa denganku. Lantas aku jawab boleh saja. Dan saat itu juga dia mengirimkanku bucket bunga mawar dan boneka beruang lucu. Bagaimana hatiku tak meleleh dibuatnya.

5 bulan kemudian, kami masih lancar berkomunikasi dan ujian pun akhirnya tiba. Pada saat itu pun dia juga mengirimkanku bucket bunga lagi dan sebuah kertas dengan kata-kata penyemangat. Membuatku lebih semangat lagi dalam ujian. Sebenarnya dia juga sama denganku kelas 3 SMA. Kami saling menyemangati dan mensupport satu sama lain.

Dan akhirnya kelulusan pun tiba, aku di sini lulus dan dia pun disana juga lulus. Komunikasi pun masih lancar pada saat itu. Tapi setelah dia mendaftar di sebuah universitas, dia pun berubah. Dia mengatakan padaku "Maafin aku Ca, sekarang aku harus fokus kuliah dulu selama 4 tahun ke depan. Aku ingin menjadi orang sukses yang berguna bagi orangtua dan keluarga. Dan aku juga ingin membahagiakan kamu sampai aku menjadi pantas berada di sampingmu". Dan aku menjawab "Jadi bagaimana dengan janji-janjimu yang kau ukir kemarin? Yang kau bilang ingin bertemu denganku? Lantas untuk apa kau kirim bunga, boneka dan kata-kata semangat kalau akhirnya seperti ini? Untuk apa?". "Maafkan aku mungkin ini bukan waktunya untuk berdebat. Tapi aku mohon kamu mengerti aku. Insyaallah kalau jodoh kita bakalan bertemu kembali".

Kau tau apa yang aku rasakan? Sakit. Tapi aku juga yang bodoh, mengapa dulu ku percaya pada orang yang jauh, yang belum pernah kujumpai. Padahal orang yang dekat saja masih mampu membuatku sakit hati. Pada saat itu aku kecewa, sangat kecewa. Aku mengutuk diriku sendiri karena telah menyesal berkenalan dengannya dan hanya membuang-buang waktu untuk terus berkomunikasi dengannya. Namun aku berpikir, penyesalan ini tak boleh berlarut-larut. Aku harus bangkit, kuat, karena ini perjalanan hidup yang harus dilalui.

Semenjak saat itu, aku menjadi orang yang serius dalam belajar dan beribadah. Aku menyelesaikan semuanya, sehingga aku bisa bekerja di perkantoran seperti saat ini. Walaupun baru 2 tahun, aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini. Pada saat ini, kami ada meeting dengan klien sebuah perusahaan besar, ia mempercayai kami sebagai suatu perusahaan yang jujur dalam menangani suatu hal untuk membuat proyek. Satu persatu dari perusahaan itu memperkenalkan diri "Saya Berry Irawan, sekretaris perusahaan". "Saya Gery Wiranto, bendahara perusahaan". "Saya Aditya Mulawarman Wijaya, saya direktur perusahaan".

OMG!!! Aku terkejut, setelah sekian lama menghilang akhirnya dia kembali dengan kesuksesannya. Tapi, apakah dia mengingatku? Apakah dia masih menepati janjinya? Pikiran macam apa ini? Kan perkataan lelaki memang tak ada yang dipercaya. Jujur pada saat meeting itu aku tidak fokus sama sekali. Pikiranku kacau.

Meetting pun selesai, mereka pun bersalam-salaman dengan anggota perusahaan kami sambil berkenalan. Akupun juga tak lupa bersalaman dengan Aditya. "Aku Ica..." Dia pun langsung menepisnya "Bukannya kita sudah berkenalan?". Deg deg deg bunyi jantungku rasanya ingin copot. Sudah ganteng, mapan, tapi-tapi aku tak boleh tergiur. Semua laki-laki brengsek dan tak bisa dipercaya. Akupun spontan menjawab "Oh".
"Nanti malam kamu ada acara?". "Kosong". "Ya udah, nanti temenin saya makan malam. Saya tunggu di cafe piramida dekat sini. Jam 8". "Oke". Rada-rada jual mahal kujawab pertanyaannya biar dia tau rasa.

Malam pun datang, aku bersiap-siap dan bergegas untuk menemaninya makan malam. Tepat jam 8 aku sampai di cafe tersebut dan dia telah duduk menungguku di sana. Ia melambaikan tangan "Hai, sini". Aku pun menuju ke arahnya. "Ayo duduk". "Kenapa kamu membawaku kesini?". "Menepati janji". "Janji apa? Semua janjimu sudah kulupakan, jangan berjanji lagi". "Aku harus menepatinya, karena aku sangat mencintai dan menyayangimu dari dulu". "Omongan lelaki tak ada yang bisa dipercaya". Walaupun omonganku ketus, tapi percayalah dalam lubuk hatiku aku belum bisa melupakan kenyamananku terhadapnya, aku menyayanginya.

Perlahan air mataku jatuh. "Kenapa menangis? Percayalah aku tak seperti lelaki-lelaki lain yang kau pikirkan itu. Aku akan menepati janjiku. Apakah kau tak ingat dengan kata-kataku? Kalau jodoh, kita pasti akan dipertemukan kembali? Sebenarnya aku sudah merencanakan ini satu tahun yang lalu bersama rekan kerja dan perusahaanmu. Aku mencoba mencari tahu keberadaanmu dan sekarang aku mendapatkanmu dan aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena kesempatan tak datang 2 kali". Ia menyodorkan sepasang cincin berlian mewah kepadaku. "Maukah kau menjadi kekasih sekaligus pendampingku?". Sudah sejak dahulu ia selalu membuatku luluh terus. Akupun mengangguk menerima tawarannya.

2 bulan sudah aku bertunangan dengannya dan akhirnya hari ini kami menikah. Bahagia? Yaa tentu. Mungkin ini sudah takdir dan jodoh dari Allah untuk orang yang sabar menunggu. Karena jodoh datangnya tidak cepat, tapi datang di saat yang tepat.


JODOHWhere stories live. Discover now