Aku tau,mereka bertanya keadaanku bukan karena peduli,tapi hanya ingin tau.#Fujay
Seventen year a go
Sepeda ontel tersebut bergerak melewati jalan padat di kota jakarta ini. Sepeda tua itu menyalip kendaraan di depannya dengan gesit untuk mempersikangkat waktu.
Kakinya terus mengayun menuju sekolahnya yang tidak lama lagi terlihat.
Waktu masih menunjukan pukul 06 :10 ,waktu yang cukup banyak untuk mengayun sepedahnya dengan santai.
Akhirnya sepeda tersebut sampai di depan gerbang, gadis
tersebut turun dari sepedah tua yang sudah karatan dan menuntunnya hingga ke parkiran, tidak lupa menyapa penjaga gerbang sekolah yang ada di sana"Selamat pagi pak."
Dan di balas ramah oleh pak penjaga tersebut
Zevaanya margene H yang biasa disapa vanya itu meletakan sepedahnya di bawah pohon tua di ujung parkiran dan menggemboknya untuk menetralisis pencurian sepeda yang sering terjadi. Walaupun sepeda miliknya tua dan karatan.
Zevaanya memasuki sekolahnya, berjalan santai di koridor yang masih sepi. Tidak lama ia sudah sampai di depan kelasnya lalu memasukinya,
Dan hening.
Belum ada siapapun di kelas ini.
Ia menduduki bangkunya yang terletak paling ujung. Waktu bel masuk masih lumayan lama, Zevaanya berinisiatif membaca buku untuk ulangan hari ini.
Namun tidak lama matanya mengantuk, efek bergadang menyelesaikan tugas. Rasa kantuknya tidak bisa ia bendung dan berakhir tertidur dengan buku sebagai bantalan.
...
BYURRR
Zevaanya terbangun saat sesuatu yang dingin menimpanya. Dengan perasaan kaget ia membuka matanya. Tanganya memegang kepalanya yang terasa basah. Ia tahu ini ulah siapa.
Ia mendongak nenatap ke depan yang memang sudah terdapat 3 wanita yang tertawa kencang. Anita, Stevanie, dan Mysha.
"Basah?, cobalah kau panggil pangeran mu itu." Ucap anita merendahkan
"Ada apa lagi? Apa mau kalian?" Tanya Zevaanya dengan nada malas. Mengabaikan rambutnya yang basah.
"Masih nanya lagi. Seperti biasa lo bersihin kelas ini." Ucap Stevanie dengan nada ketus.
Zevaanya menatap malas mereka bertiga. Ia terlalu jengah untuk menuruti mereka.
"Bukannya kalian yang saat ini piket?!" Tanya Zevaanya dengan nada ketus.
Srkk
Anita menjambak rambut Zevaanya lalu
mendorongnya hingga terjatuh."Ngelawan. Kurang basah ?" Tanya anita melepaskan jambakan tersebut. Lalu merebut botol minum dari stevanie dan menumpahkan seluruh air ke tubuh Zevaanya.
Zevaanya menutup matanya dengan erat saat semua orang menertawakannya saat ia di perlakukan tidak adil
'Vaanya sabarlah tinggal satu tahun lagi kau ada di neraka ini,Keep strong.'
....
Bel istirahat berdering Zevaanya keluar dari kelas yang seperti neraka tersebut menuju kelas sebelah.
Ia melihat gadis yang tersenyum padanya sambil berlari kearahnya. Natasya syania.
"Vaanya, mari ke kantin bersama." Ajak Natasya lalu menarik Zevaanya menuju kantin.
Di kantin mereka hanya membeli beberapa makanan ringan untuk dibawa ketempat biasa mereka nongkrong. Lapangan Basket.
Dengan membawa makanan ringan mereka berbicara tentang kejadian yang di alami Zevaanya. Mulai dari di siram saat tertidur, mendapat teguran dari guru killer karena buku miliknya basah.
Setelah sampai di lapangan basket, mereka duduk di tengah- tengah kerumunan para gadis yang juga duduk menikmati lapangan yang terdapat para pemain basket.
Mereka menikmati makanan mereka sambil bergurau ria. Tanpa sadar mata Zevaanya menatap kearah lapangan saat seseorang memasuki lapangan itu.
Senyumannya terukir melihat orang itu berada di hadapannya.
Zein Ferrdy Hardinatan seorang atlet basket yang sempurna Di matanya. Wajah yang tampan,baik,ramah,Otak yang cemerlang,dan segudang prestasi. Sebuah paket lengkap.
Ia bertahan karena laki-laki itu, seseorang yang dapat meluapkan masalahnya,kegundahannya,dan semuanya hanya dengan melihat dia tersenyum.
Ia tahu saat ini ia mencintai laki-laki yang tidak pantas ia dapatkan. Zein pun tidak tahu kalau dia hidup. Biarlah seperti ini,biarlah ia mencintai zein dalam diam. Hanya dengan itu ia bahagia
TBC
Sedikit-sedikit dulu yang penting manjang.
Terus vote dan komen❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Origami Crane Incident
Teen FictionLipatan penuh harapan yang terbang mengelilinginya. Continue on your stance smile in live, live in love,and love because of you