TOCI #2

9 4 0
                                    

Apabila diriku bukan dari semangatmu, maka setidaknya aku adalah salah satu orang yang menyebutmu dalam doaku.

#fujay


Sepeda ontel tua itu ia bawa menyusuri kota yang sudah mulai sore, langit jingga mewarnai langit yang luas.

Roda sepeda tersebut terus berputar tanpa lelah. Hingga akhirnya Zevaanya sampai di Cafe yang merupakan tempat ia bekerja sampingan.

Setelah memarkirkan sepeda tuanya. Zevaanya memasuki cafe tersebut. Saat memasukinya harum khas kopi terasa kuat di penciumannya.

Ia berjalan menuju laki-laki yang sedang melayani pembeli dekat pintu masuk.

"Lex, I'm comeback" Tutur Zevaanya pada Alex yang telah berbalik badan.

Alex sedikit terkejut melihat Zevaanya di belakangnya.

Lalu tersenyum ramah pada zevaanya. Tidak lupa mereka melakukan tos ala mereka.

"Van, tidak biasa kau datang tidak tepat waktu" Ucap Alex sambil berjalan menjauhi meja pembeli bersama Zevaanya di belakangnya.

"Biasa, fansku banyak di sekolah jadi susah keluar. Apa lagi kesini pakai mobil sport. Jadi,hati-hatu takut lecet." Tutur Zevaanya dengan mengeluarkan cengiran kudanya.

Alex menggeleng. "Pantes pulang basah, paling juga mobil sportmu di gantung di pager kan?"

Setelah itu mereka tertawa bersama melepas rasa lelah pada diri zevaanya.

"Udah,sekarang kau ganti baju sebentar lagi yang lain juga datang." Henti Alex.

Zevaanya mengangguk lalu pergi kebelakang tempat berganti pakaian.

.......

Mobil sport warna putih memasuki parkiran cafe yang cukup luas. Setelah usai, orang yang ada di dalamnya keluar.

Tiga laki-laki berbalut baju santai tersebut berjalan beriringan menuju cafe yang lumayan penuh.

Mereka Bima, Joshua,dan Zein bersura gurau dalam jalan menuju cafe

Setelah masuk ,mereka menduduki kursi yang jauh dari keramaian di tempat ini. Baru pertama kalinya mereka bertiga kemari untuk menikmati secangkir kopi.

"Cefe ini ramai sekali." Ungkap Bima pada kedua sahabatnya saat duduk untuk memberikan kopi pesanan.

Zein menyesap kopi tersebut lalu berkata,"Bila ingin bertanya,jangan pada kami."

Bima mendengus sebal, lalu duduk menghadap kearah keramaian.

Tidak lama suara terdengar dari arah depan.

"Untuk para pelanggan harap duduk agar yang lain juga dapat menikmati, terimakasih."

Mereka bertiga mengarah pada posisi suara yang pencahayaannya lebih terang.

Jhosua berdiri untuk melihat ke depan, karena pandangannya tertutup oleh orang berbadan buntal.

"Sepertinya akan ada band." Ucap jhosua.

"Sekarang saya akan menyanyikan lagu rosa, tegar. "

Suara alat musik mulai terdengar mengalun-alun merdu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tergoda aku tuk berfikir
Dia yang tercinta
Mengapa tlah lama tak nampak
Dirimu di sini

Jangan kan ingin tuk tersenyum
Tak ada gairah
Ku ingin selalu bersama mu

Kini ku resah~
Diriku lemah tanpamu

Hoo ooo hooo

Gapai semua jemariku
Rangkul aku dalam bahagianmu
Ku ingin bersama berdua~
Selamanya~

Jika ku buka mata ini
Ku ingin selalu ada dirimu
Dalam kelemahan hati ini
Bersamamu~~

Aku tegarr~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Zein menatap kearah perempuan yang sedang bernyanyi dengan menorehkan senyum yang begitu tenang ia terpesona beberapa menit sebelum Jhosua dan bima memukul pergelangan tangan miliknya.

"Kami punya tawaran yang baik untukmu zein." Tawar Bima dengan senyum sumringahnya dengan terus menatap Zein.

"Apa lagi kalian ini." Gerutu Zein dengan memundurkan tubuhnya kebelakang seakan menjauhi tatapan Bima yang seakan mengejeknya

"Dekati perempuan itu dan kencani dia, bila kau bertahan hingga 1 bulan. Aku akan mengembalikan hal yang berharga bagimu." Ucap Jhosua lalu menaik turunkan alis miliknya dengan gerakan mengejek.

"You are serious about your words?"

Zein bersidekap dada mengejek kedua temannya yang membuat ide gila setiap saat,dan yang selalu menjadi korban adalah dirinya.

"Yeah,said seriously. Always serious."

Jhosua membenarkan ucapan yang di ucapkan oleh Bima. Zein memutar bola matanya jengah,ia tidak bisa menolak. Sepertinya.

"Sekarang?"

"No,kita lihat saja nanti." Ucap Bima lalu tertawa jahat bersama jhosua.

"Fuck you bro."

.........

"Ngantuk sekali,terlalu banyak melayani pelanggang. Pinggangku hampir remuk." Keluh Zevaanya dengan membaringkan seluruh tubuhnya di kasur lantai miliknya.

Kruyukk

Zevaanya memegang perutnya yang berbunyi. Ia lupa belum memberi jatah asupan pada perutnya.

"Lapar, ibu pasti sudah tidur, aku gak tega membangunkannya."

Zevaanya membuang nafas lelahnya. Menjatuhkan pergelangan tangannya sehingga menutupi matanya.

"Urusan lapar nanti saja." Ucapnya lalu mencari posisi ternyaman untuk tidur. Ia cukup mengantuk untuk memejamkan mata lebih lama.

Saat ingin menutup matanya, Zevaanya merasakan ada hal yang kurang. Sesuatu yang belum ia lakukan.

Ia membangunkan dirinya lagi, dirinya benar-benar lupa ada satu ritual yang belum ia lakukan setiap malamnya.

Dengan sisa kesadarannya yang masih ada Zevaanya berjalan menuju meja belajarnya. Lampu kamarnya yang sedari tadi minim percahayaan.

Kini terang dengan bantuan lampu belajarnya. Tangannya mengulur mengambil kertas Origami,lalu menggoreskan tinta hitam menjadi rangkaian huruf.

'Yang kesekian kalinya,aku bertemu dengannya. Harapkanku..buatlah dia mengetahui kalau aku bernafas dan mencintainya selama ini secara diam diam.'

#Zevaanya

Setelah menulis hal yang di inginkannya. Ia melipat kertas Origami itu menjadi bentuk Bangau mungil. Lalu memasukannya kedalam Toples besar transparan yang sudah terisi harapan-harapannya yang lain. Lalu kembali berbaring dan memejamkan mata.

"Good sleap and nice a dream."



TBC

Loveeeee:vvv

Bismillaahhh

Komen and vote





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Origami Crane IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang