Halaman belakang sekolah terlihat sepi. Daun-daun berderak membentuk melodi menenangkan yang membuat manusia memejamkan mata menikmati lantunan melodi itu. Sinar mentari pagi mulai hangat di bawah lapisan kulitnya yang pucat. Rumput-rumput yang terpangkas rapi tertutupi oleh daun-daun yang berguguran dari dahannya.
Kotor dan jelek dipandang mata.
Sasuke mengedarkan pandangan, mencari sesuatu untuk membersihkan halaman belakang sekolah ini. Sebuah sapu lidi panjang yang tergeletak di sudut halaman menarik minatnya. Pemuda itu kemudian memutuskan berjalan untuk mengambil sapu itu. Setiap langkahnya membawa suara berisik dari daun-daun gugur yang dipijaknya.
Kotak jus jeruk dan botol yang ia bawa dari rumah, ia letakkan di sudut. Tangannya mulai bekerja untuk menganyunkan sapu itu guna membersihkan halaman yang kotor karena daun gugur. Halaman itu tidak terlalu luas, mungkin hanya sekitar lima belas menit untuk membersihkan halaman ini dengan baik.
Keringat mulai muncul di pelipisnya. Kemeja putih telah ia gulung hingga ke siku. Daun-daun telah ia kumpulkan di beberapa titik halaman agar nanti tinggal ia buang di kantong plastik sampah. Sepuluh menit menyapu halaman, tampaknya telah cukup membuatnya lelah. Kotak jus jeruk yang ia dapatkan dari pria asing berambut pirang itu, kini disesapnya dengan ganas.
Sasuke dalam hati berterima kasih atas kotak jus jeruk ini yang menyelamatkan rasa hausnya.
Pemuda itu sekaarang memilih beristirahat di bawah pohon rindang yang tumbuh di halaman. Membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa kulitnya yang lembab karena keringat. Pikirannya melayang kepada sosok asing yang memberinya kotak jus jeruk yang disesapnya ini.
Orang aneh yang memperlakukannya seperti mereka dekat.
Walaupun Sasuke buruk dalam bersosialisasi, tapi ia tahu bahwa ketika bertemu dengan orang asing, mereka cenderung menahan diri dan bersikap sopan. Tetapi, orang asing yang ditemuinya di koridor tadi jelas tidak mengindahkan ruang pribadi dan rasa sopan. Jujur saja, ia cukup kesal karena keberanian pria asing itu yang mengacak-acak rambutnya seolah mereka adalah kenalan lama.
"Aneh"
"Apanya yang aneh?"
Sasuke berkedip. Sedikit terkejut ketika mendengar seseorang menyahuti gumamannya.
"Kenapa kau kemari, Shikamaru?"
Pemuda yang berjalan menuju ke tempat ia duduk itu menguap lebar. Fitur wajah mudanya tampak lelah dan mengantuk. Bahunya pun merosot jatuh. "Menemanimu bolos"
"Ibumu akan marah jika tahu kau bolos"
Dengusan remeh Sasuke dapatkan sebagai respon. Temannya itu kini berbaring di sampingnya. Menyesuaikan tempatnya agar nyaman dan terhindar dari sinar matahari yang akan menyerang wajahnya. "Dia tidak akan marah jika tidak tahu"
Sasuke mengangguk dan kemudian menyesap jus jeruknya yang tinggal separuh.
"Kau pagi-pagi begini sudah minum jus jeruk?"
"Ini hadiah, sayang kalau dibuang" Sasuke menjelaskan sembari mencari posisi yang lebih nyaman untuk bersandar di pohon. "Guru baru memberikan ini padaku"
Shikamaru membuka matanya yang tadi terpejam. Pemuda berambut nanas ini jelas tampak tertarik dengan cerita Sasuke. "Hah? Guru baru?"
"Hn. Dia bertanya dimana ruangan Kakashi"
Pemahaman sepertinya muncul di kepala si rambut nanas. Pemuda itu ber 'oh' ria dengan santai. "Mungkin dia akan menggantikan Kakashi-sensei karena kudengar Kakashi-sensei akan pindah. Yah, itu hal baik bagimu kawan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Mother? [ItaNaru ft. Sasuke]
FanficDalam hidupnya, kata 'Mama' tak pernah keluar terucap dari ujung lidahnya. Setelah sang Ayah meninggal, Sasuke semakin membenci hidupnya yang berantakan. Ia kesepian, sangat kesepian. Ia ingin merasakan kehangatan dari sosok 'Ibu' dalam hidupnya, hi...